Singkat cerita, kami jadi sering belajar bersama, tidak hanya matematika dan ppkn-sejarah, namun juga mapel lain yang kami pelajari bersama. Nilai kami juga semakin membaik, terutama aku. Bu Indira juga terkejut dengan perkembanganku yang begitu pesat. Ia memujiku dan mengatakan kepadaku, "kamu berhasil berubah le". Aku sangat bangga dengan pujian itu dan aku kemudian menceritakannya ke Anin.
"Nin, kalau gini terus, bukan tidak mungkin aku bisa masuk Teknik Elektronika UGM. Seperti cita-citaku sejak dulu." ucapku mengakhiri cerita panjang lebar sebelumnya.
"Oh, UGM ya hehehe" jawabnya dengan singkat.
"Ada apa, Nin?", ada apa dengan Indira ya, batinku.
"Engga kok hehe, kalo aku mau ke hukum UI."
"Wah, keren dong, Nin!" jawabku bersemangat.
"Iya hehe, tapi sayang ya bakalan jauh. Eh udah dulu ya aku mo pulang." Anin pamit dan pulang begitu saja, tingkahnya tiba-tiba aneh setelah aku cerita mengenai UGM. Tak lama aku juga pulang.
Hari begitu cepat berlalu, Anin akhir-akhir ini sulit untuk diajak belajar bersama. Hingga tes kelulusan tiba, aku tidak mau menyia-nyiakannya. Seluruh kemampuanku aku kerahkan demi masa depanku. Dan tes itu akhirnya berlalu. Semua telah selesai. Aku puas dengan usahaku selama ini. Hari pengumuman kelulusan akhirnya tiba, aku lulus dengan nilai hampir sempurna. Dan lebih mengejutkannya lagi, aku mendapat undangan di Teknik Elektronika UGM. "Alhamdulillah......!". Tak lama kemudian tiba-tiba Anin mengirim pesan singkat dan memintaku datang ditempat belajar bersama kita biasanya, ditaman sekolah. "Ini dia, aku harus memberitahu Anin." batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita : Pilihan
Short StoryPilihan terkadang memisahkan kita. Namun, pilihan selanjutnya bisa kita gunakan untuk kembali mempersatukan kita.