"Atavi tungguin gue! Gue belum selesai ngomong."
Malam itu, tepatnya pukul 11.03 WIB, suasana kos putri yang berada di tengah kota itu sedang hening, sebab para penghuni kos sedang terlelap. Namun teriakan salah seorang gadis membuat ia memecah keheningan.
Teriakan gadis itu terdengar sangat jelas dan lantang, membuat Atavi yang hendak meninggalkan gadis itu akhirnya menoleh.
"Apa sih, nggi. Gue tuh capek denger lo ngomongin soal Ino mulu," geram Atavi yang terus saja berjalan keluar dari kamar tanpa memalingkan muka.
Gadis itu, yang sering disapa Atavi, semenjak menjejakkan kaki dibangku SMA memilih untuk tinggal di kos. Orang tua Atavi sangat sibuk dengan pekerjaan mereka membuat Atavi harus lebih mandiri dalam menjalani hidupnya. Di kos yang letaknya tak jauh dari sekolahnya, Atavi ditemani oleh 4 gadis yang merupakan teman kamarnya, salah satunya adalah Anggi. Mereka berlima bersahabat.
"Sebagai sahabat yang baik, gue cuma ngasih tau yang terbaik buat lo, Ino tuh pengen deket sama lo."
Atavi mendengus kesal. Akhirnya Atavi menatap Anggi.
"Ya terus? Kalo Ino pengen deket sama gue, gue harus ngapain?" tanya Atavi acuh.
"Ya ampun, Atavi! Lo tuh buta atau gimana sih? Gue tuh heran banget sama lo, tau ngga? Jelas-jelas Ino itu salah satu siswa most wanted di sekolah kita. Kalo gue jadi lo, gue bakalan langsung terima ajakan Ino buat pulang bareng."
Atavi kembali berlalu begitu saja, hendak pergi menuju dapur sambil berkata, "Itu lo, bukan gue. Lo aja sana yang pulang bareng sama Ino, gue sih ogah!"
• • •
Atavi's pov
arghhhh!!
Semua kejadian ini membuatku frustasi. Kejadian yang berawal dari sang pelaku utama yaitu Davalino Aldisto yang sering dipanggil Ino, mengajakku pulang bareng yang disaksikan oleh banyak siswa di sekolahku.
Bagaimana tidak. Ia mengumumkannya di koridor utama menuju gerbang sekolah. Saat itu jam pelajaran telah usai dan para siswa melewati koridor itu karena merupakan jalan utama untuk keluar dari sekolah.
Flashback.
Mataku terbelalak. Kaget. Karena seseorang muncul dihadapanku secara tiba-tiba di koridor saat aku hendak pulang menuju kos.
"Hallo," sapanya singkat.
Aku mengerutkan kening.
"Atavi Chrida? Lo dengerin gue ngomong gak sih?"
Aku masih mengerutkan kening. Diam. Tidak menjawab.
Kemudian aku merasa ada yang menggenggam tangan kananku dan menariknya.
"Lo ikut gue," katanya.
"Hah?! Apa-apan lo! Lepasin tangan gue! "teriakku setelah sadar dengan apa yang sebenarnya terjadi. Membuatku menjadi pusat perhatian di koridor itu.
Tangannya terangkat, melepaskan pegangannya pada tanganku sambil berkata,"Wehh.. Santai. Gue cuman pengen ajak lo pulang bareng kok pake motor gue. Itu aja. "
Kemudian aku melihatnya tersenyum. Senyuman itu adalah senyuman khas yang sering ia tampilkan. Senyuman yang dapat membuat banyak cewek luluh dalam sekejap. Ya, senyum mematikan itu.
Membuatku——
Braakkk!
Bunyi keras itu membuatku kembali tersadar dari lamunanku. Membuatku tersentak. Kaget.
Melihatku yang tersentak, sang pelaku yang mengebrak meja pun terkekeh.
"Heh, Nggak baik ngelamun siang-siang. Lagi mikir apaan sih? " tanyanya penasaran.
"Lo bisa gak sih, gak bikin gue kaget!? " teriakku kesal.
"Sorry vi, habis lo tuh gemesin banget, " katanya sambil mengacak-acak rambutku. Kemudian duduk disampingku.
"Ihhh.. Apaan sih? Gue tuh udah sisiran lo malah berantakin, "kataku sambil memanyunkan bibir. Kemudian menata kembali rambutku yang berantakan akibat ulahnya.
"Kalo lo manyun, gue malah makin pengen berantakin rambut lo," katanya yang masih terkekeh.
Aku hanya diam. Tidak merespon ucapannya. Kemudian melanjutkan kembali aktifitasku yang tertunda akibat lamunanku, yaitu mengerjakan soal matematika yang dapat membuat siapa saja pusing karena mengerjakannya.
"Eh, gue tadi beliin lo sosis di kantin. Lo pasti laper, " sambungnya sambil menyodorkan sosis ke arahku.
"Ya ampun, Bagas Absaldi! Ini tuh perpus! Lo ngapain bawa makanan ke sini?! "
"Buat dimakan lah, bego. "
Aku menepuk jidatku sambil berkata, "Lo tuh yang bego! Anak SD aja tau gak boleh bawa makanan ke perpus. "
"Habis, gue tau lo lagi sibuk mempersiapkan diri buat olimpiade matematika. Jadi gue bawain makanan kesukaan lo," kata bagas. "Biar lo semangat," katanya sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
Aku terkekeh melihatnya. Kemudian mengambil sosis dari tangan Bagas dan melahapnya. "Makasih ya, lo juga semangat buat olimpiade fisikanya."
Tidak lama kemudian aku mendengar sebuah teriakan.
"Atavi Chrida! " panggil ibu petugas perpustakaan sekolahku sambil melotot.
Aku menoleh kemudian tercengir.
"Hehehe.. sorry bu, tadi sosisnya dibawain Bagas. Jadi salahin bagas aja, bu, "kataku membela diri.
"Enak aja. Lo kan yg makan. Salahin Atavi aja, bu, "kata bagas tidak mau kalah.
"Enak aj——"
"Kalian berdua salah! Keluar dari perpus sekarang sebelum ibu marah! "tegas bu Rina, ibu petugas perpus.
Aku pun segera membereskan buku-buku pelajaran yang berserakkan di meja, kemudian beranjak keluar dari perpus meninggalkan Bagas dengan kesal. Lalu menghampiri sahabat-sahabatku yang sedang berbincang di dalam kelas X MIPA 2.
"Girls, ada hot news apa aja? Nimbrung dong! " kataku bersemangat.
Namun mereka berempat tidak meresponku. Mereka malah menatapku sambil tersenyum menggoda.
"Ada apa? " tanyaku tidak mengerti.
~ To be continue ~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Honey
Teen FictionGadis lugu yang pernah merasakan sakitnya dikhianati membuatnya menutup diri. Namun tanpa ia sadari, semakin ia menutup diri, semakin sering pula seseorang mendekatinya. Akankah kisahnya berakhir bahagia?