1

5.8K 237 29
                                    

BAB 1

Eryl berlari ke pinggir lapangan. Saat ini dirinya sedang mengikuti pertandingan olahraga antar SMA dan ia yang memang anggota basket putri pun ikut andil dalam pertandingan ini. Eryl mengambil botol minumnya dan segera meneguknya tak santai. Bagaimana tidak, ia kesal karena skornya dengan lawan masih tertinggal. Padahal ia sudah kelelahan dan merasa bosan dengan permainan yang mengedepankan kekerasan ketimbang bakat seperti ini. Teman-teman sesama anggota basketnya pun sama sekali tidak bisa diharapkan. Mereka memilih membawa bola sendiri dan memasukkannya sendiri tanpa mau bekerja sama. Itulah yang menyebabkan bola lebih mudah di steal dan lawan pun mudah mencetak skor lagi dan lagi. Eryl hanya mampu memutar bola mata malas, ia pun tidak ingin berkomentar. Percuma saja, ucapannya tidak akan didengar. Hanya dua orang yang bisa ia harapkan dalam tim basketnya, Sina dan Glori, sepupunya. "Nyong, lo oper bola ke gue aja. Biar gue yang masuki entar," ujar Sina yang baru duduk untuk mengambil botol minumnya. Eryl melirik sebentar sebelum kembali melihat keadaan di bangku istirahat lawan.

"Oke dan lo Glo, lo kalau gue beri bola langsung shoot aja. Gak usah lo oper lagi ke yang lain. Biar gue yang ngejar tuh bola," perintah Eryl ke Glori yang dibalas anggukan mengerti.

"Eh, Nyet udah denger belum kalau Maudi mau melabrak si Erel katanya," kata Sina seolah membawa informasi paling penting di tengah situasi mendesak ini yang bukannya mengundang keantusiasan tetapi dibalas kebingungan yang nampak nyata di dahi Eryl. Ga salah Erel dilabrak?

"Serius lo? Ah elah gak mungkin si Erel dilabrak yang ada si Maudi yang dilabrak sama Erel. Kaya gak tahu aja sih lo sama Erel diakan kerabat dekatnya setan,"bantah Glo. Eryl tersenyum menyeringai.

"Gue bilang ke Erel kalau lo omongin dia."

Glo menoleh terkejut. "Oh ya? Lo mau ngadu? Cih gue gak takut."

"Menarik," kata Sina yang menyimak obrolan singkat mereka sambil mengangguk-ngangguk kepalanya. Membayangkan betapa serunya melihat perdebatan Erel dan Glori nanti.

"Tai." Mereka pun tertawa. Waktu timeout habis. Mereka kembali ke lapangan, tinggal satu kuarter lagi dan pertandingan selesai. Seperti yang telah mereka diskusikan, Eryl selalu merebut bola dan mendribble-nya dengan begitu mudah. Selanjutnya ia akan memberikan bola ke Sina untuk di lay-up. Bola masuk dan memberikan point untuk timnya.

Lagi. Eryl selalu mendominasi bola sesekali ia berteriak agar teman-temannya memperkuat defense mereka. "Tia, jaga disitu!" teriak Eryl. Tangannya masih sibuk men-dribble bola. Setelah yakin tidak ada yang bisa lolos dari penjagaan, Eryl mengopernya ke arah Glori yang sayangnya tidak dijaga oleh lawan. Kelengahan itu dimanfaatkan dengan baik. "Shoot." Glori langsung men-shoot bola hingga timnya menambah skor, three point.

"Nice," ujar Eryl lalu berlari ke daerahnya semula. Saat ini Tia yang memegang bola, Eryl berlarian mendekati agar Tia mengoper kepadanya karena ia dekat dengan ring lawan. Namun, dengan bodohnya Tia malah tidak mengoper dan ingin memasukkannya sendiri. Alhasil bola pun dengan mudah di rebut oleh Maudi.

Eryl menggeram. "Bodoh."

Kembali lagi Eryl mengejar bola yang dipegang oleh Maudi. Dasar bodoh memang, teman-temannya menjaga di daerah lawan hingga tak ingat menjaga daerahnya sendiri. Eryl berlari cepat untuk merebut bola. Setelah berhasil, ia bisa melihat Sina yang berlari dekat dengan ring sebelah kanan. Eryl mengoper dan bola langsung di tembak ke ring. Namun sayang, tangan Maudi sempat mengenai bola sehingga bola pun gagal masuk. "Aishhh kampret," umpat Sina sambil berlari ke sudut lapangan untuk mengoper bola. "Babu, si ni lo," teriak Glo.

Mendengar panggilan itu mereka pun mendekat. Siapa lagi kalau bukan si Eryl atau Sina. Untungnya mereka paham dengan panggilan Glo. Anggap saja itu kode rahasia mereka. Glo mengoper ke Eryl dan ia berlari maju. Sekarang Eryl yang men-dribble. Lagi lagi si Maudi menghalangi. Eryl dengan lihai mengangkat tangan kirinya agar Maudi tidak dapat menggapai bola sedang tangan kanannya masih men-dribble.

Achilles' HeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang