4

2.3K 132 7
                                    

Eryl menuruni tangga tergesa-gesa. Bayangkan sekarang sudah pukul setengah delapan dan ia telat satu jam. Eryl menghela nafas kesal memang sih ia sudah biasa terlambat tapi mengapa maminya itu tidak membangunkannya?

Eryl duduk di meja makan dan tidak mendapati siapapun disana. Ia mengambil roti dan selai sambil sesekali mendengarkan musik di youtube. Meskipun telat sarapan tidak boleh di lewatkan.

"Anjir anjir kenapa gak ada yang bangunin gue sih."gerutu Erel yang baru juga turun dari tangga. Erel mendekat ke arah Eryl dan mengkuti jejak kakaknya.

"Mami mana?" Eryl mengedik bahu dan masih memakan rotinya.

"Lo udah mikirin yang semalem?"tanya Erel yang paham dengan kegundahan hati saudara kembarnya. Ikatan batin mereka terlalu kuat. Kalau satu sedih yang lain akan sedih. Kalau satu sakit yang lain juga ikut sakit. Tentu saja itu bukan hal yang mustahil. Mereka dari masih janin pun sudah berbagi plasenta yang sama dan tempat yang sama. Mereka mengenal satu sama lain seperti mereka mengenal diri mereka sendiri.

"Udah."jawab Eryl asik dengan tontonannya.

"Lo yakin?"

"Gue gak pernah seyakin ini."kata Eryl mantap.

"Apa yang gak pernah seyakin ini? Hayo cerita sama mami."ujar Reta tiba-tiba mengejutkan mereka dari belakang.

"Ngagetin aja sih mi.."dengus Erel kaget.

"Sengaja. Kalian gak berangkat? Hampir jam delapan loh."kata Reta melirik jam tangannya.

"Bentar."

Reta mengangguk. "Sekolah punya kalian sih ya makanya seenakjidat masuknya."sindir Reta lalu berjalan ke arah sebrang meja.

Erel cengengesan. "Mami juga dulu gitu kan. Sama aja berarti."

Reta memutar bola mata malas. "Yaiyalah lo kan anak gue, muka kalian aja ikutin gue."

"Bilangin papi nih."

"Ngadu aja terus. Lagian mami gak takut."ucap Reta penuh seringai.

Eryl menghela nafas. Bisa-bisa ia ikut gila karena berada disini lebih lama bersama maminya. Ia pun bangkit berdiri dan menyalimi tangan maminya.

"Bye Eryl berangkat dulu." Reta mengangguk dan mengecup pipi Eryl.

"Belajar yang bener."

"Mami juga dulu gini."

"Eit eit gini-gini mami sarjana loh."kata Reta bangga. Erel dan Eryl memutar bola mata malas dan langsung pergi meninggalkan Reta yang masih tersenyum gak jelas.

Eryl memarkirkan mobilnya agak jauh dari sekolahan. Ia pun melanjutkan dengan berjalan kaki beriringan dengan Erel. Hingga mereka tiba di depan sekolah, ia pun mendekati satpam.

"Pak buka gerbangnya, mau masuk." Pak satpam mendelik dan tetap duduk menikmati tontonan ftv pagi.

"Pak, bukain. Saya dispen pak jam 8 baru masuk."kata Erel memberi alasan. Seingatnya teman satu kelasnya yang ikut paduan suara diberi surat dispen dan baru masuk jam delapan dan itu bisa dijadikan alasan. Beruntung ia memiliki otak yang cerdas. Cerdas membodohi orang wkwk.

Pak satpam menatap ragu. Ia memang tahu kalau ada siswa yang masuk jam delapan karena sudah ada pemberitahuan sebelumnya. Tak ingin salah, ia pun membiarkan mereka berdua masuk. Tentunya kehadiran mereka di jam delapan dan masuk dengan santai membuat murid semakin tak suka dan takjub. Susah kalau sudah jadi murid kesayangan guru.

"Anjirrr kalian berdua. Ah kalau gitu mending gue dateng siangan tapi bokap gue bangunin."keluh Glori.

"Lah mending kali lah gue gak dibangunin sama mami gue. Mana papi gue duluan kerja lagi."

Achilles' HeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang