5

2.1K 130 13
                                    

Algis memasuki hotel yang sudah ramai. Ia bisa melihat teman-temannya yang sudah larut dalam permainan. Memang ia sedikit terlambat datang karena ada sesuatu yang mewajibkannya untuk menyelesaikan masalahnya saat itu juga. Algis berjalan ke arah Andra yang menikmati hidangan yang disediakan.

"Woy bro datang juga lo. Sendiri?" tanya Andra heran. Bukannya perempuan tadi pagi meminta jemput ke sahabatnya ini? Tapi kenapa cewe itu gak keliatan?

Algis tak mengangguk ataupun menggeleng. Ia hanya diam menikmati segelas minuman alkohol yang berada di depannya. Ia tahu apa maksud ucapan Andra namun ia memilih tak ambil pusing. Perempuan tadi pagi yang ia tahu bernama Eryl itu sedari tadi mengirimkannya pesan LINE tapi ia tak membalas. Boro boro di balas dibaca aja enggak.

"Gis, gak ikut tuh seru tau."tunjuk Andra ke arah orang-orang yang berkumpul membentuk lingkaran. Algis menoleh dan mendapati Abrisam dan Aydan disana. Tampaknya mereka menikmati permainan itu.

"Gak tertarik."ujar Algis yang kembali memfokuskan pandangannya ke arah band yang sedang tampil.

Andra pun mengangguk maklum dan kembali menikmati hidangan. Tiba-tiba Algis bangkit berdiri. "Mau kemana?"

"Toilet."

Andra mengangguk. Algis pun berjalan ke arah toilet yang ada di hotel tersebut. Samar-samar ia bisa mendengar suara erangan kesakitan namun ia tak ambil pusing. Ia pun masuk ke toilet sebagaimana tujuan awalnya. Setelah selesai, Algis membasuh tangannya dan kembali ke acara. Saat di lorong, kembali lagi Algis mendengar suara erangan karena penasaran Algis pun mendekat ke sumber suara.

Dekat toilet cewek.

Algis melangkahkan kakinya cepat. Entah kenapa lorong itu gelap. Sangat tidak mungkin kalau hotel berbintang lima seperti ini minim pencahayaan bukan? Karena penasaran Algis pun berjalan dengan pencahayaan seadanya.

"Arkhh...." Algis menunduk. Ia merasa telah menabrak seseorang. Ia menyipitkan matanya, siapa sebenarnya yang sedang ia tabrak. Namun karena pencahayaan yang begitu minim, Algis tak tahu. Merasa bersalah Algis menyambut uluran tangan wanita itu untuk membantuya berdiri tetapi setelah wanita itu berdiri bukannya melepaskan tautan tangannya ia malah semakin dekat dan merapatkan badannya. Algis terdiam kaku apalagi wanita itu memeluk bahunya erat. Samar-samar Algis bisa mencium bau alkohol begitu pekat dari nafas wanita itu. Algis yakin wanita itu mabuk berat.

"Tolong gue..."ucap wanita itu dengan suaranya yang bergetar.

Algis tahu suara ini. Suara perempuan yang mengecup pipinya tadi pagi saat jam olahraga. Wanita yang secara sengaja ia jatuhkan harga dirinya di kantin. Algis yakin ini suara Eryl murid kelas XI IPS A.

"Tolong gue..." ucapnya lagi. Algis mengerutkan kening ketika sekilas ia melihat wajah Eryl yang sayu.

"Please..." Algis bingung. Eryl semakin mengeratkan pelukannya ditambah lagi ia menenggelamkan wajahnya di dadanya. Ini aneh. Algis pun menggendong Eryl karena kasihan dengan suaranya yang terus mengiba.

Algis membawa Eryl menuju lobi. Ia melepaskan jasnya dan menyampirkannya ke badan Eryl. Cahaya yang terang membuat Algis bisa melihat wajah Eryl yang memerah dan matanya yang sayu. Ia tak bodoh untuk memahami situasinya. Perempuan ini baru saja meminum obat Rohypnol. Obat yang dikenal dapat menyebabkan amnesia. Mereka yang biasanya meminum obat ini tidak memiliki memori malam sebelumnya. Ini gila. Ia harus membawa gadis ini pulang namun ia tak tahu dimana alamatnya. Ia tak melihat tas gadis itu. Tak ada pilihan lain, Algis pun memesan kamar hotel.

Segera saja ia membawa Eryl ke kamar hotel dan merebahkan gadis itu dengan kasar. Algis berdiri menatap tajam Eryl sambil berkacak pinggang. Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia tak tahu apa yang harus dilakukan kepada wanita ini. Bukan lebih tepatnya kepada gadis SMA yang menjadi korban obat Rhopynol. Lagipula ia tak sepicik itu untuk mengambil kesempatan.

Achilles' HeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang