Part 4-LIDD

31 10 8
                                    

Rera dengan sigat menaiki sepeda lipat milik seseorang bernama Abi. Tentu saja orang itu Kak Abi, Rera memang sengaja membeli sepeda yang sama dengan si kakak ganteng itu. Ya...maklumlah Rera kan memang fans sejati Abi Lovers.

Saat keluar dari parkiran, tiba-tiba si Manda mencegat Rera.

"Hehehehhh, STOP!!! Mau kabur kemana kau.."Manda mengeluarkan tawa liciknya.

"Man minggir gak lo, gue cepet-cepet nih!" Rera memiringkan sepedanya, menghindari badan Manda yang menutupi jalannya.

"Re...besok gantungan bajunya udah harus ditangan gue,"teriak Manda kepada Rera yang sudah pergi meninggalakannya.

"OK"Rera hanya menjulurkan jempol.

      ♡♡♡---- ILDD ----♡♡♡♡

"Mana lagi Kak Abi,"tengok kanan-kiri.

Saat sudah melihat punggung Kak Abi dari kejauhan, Rera malah dihalangi oleh lampu merah.

"Aduh kenapa harus lampu merah???"Gadis berambut terurai itu meremas rok abu-abunya.

20 detik kemudian, lampu bermetamorfosa menjadi hijau. Rera mendapatkan posisi pertama dijalan dari sekian banyak kendaraan.

"Kak Abi...Kak A-Biiii...berhenti!!" Untuk pertama kalinya Rera meneriaki nama itu.

Karena Kak Abi tak kunjung mendengarnya, Rera secara sukarela membuntuti hingga sampai rumahnya.

Rera hanya berhenti di depan pagar hitam kediaman Kak Abi. Ia tidak berani masuk ke rumah calon mertuanya.

"Aduh mati gue, Kak Abi udah keburu masuk. Masa gue harus masuk ke dalam trtus ketemu camer. Wajah gue kan masih kumut-kumut," guman Rera yang tengah mengintai dari balik pagar.

Karena kondisi Rera yang belum siap bertemu camer, ia mengutuskan untuk menukarkan sepedanya esok hari. Saat mulai menaiki sepeda, tiba-tiba seseorang dari dalam mobil bewarna oren memanggil namanya. Rera terkejut.

"Mami..."Rera melongo.

"Re...kamu ngapain di depan rumah Jeng Dewi?"

"Lha Mami sendiri ngapain disini?"

"Gimana sih, inikan rumah temen pengajian Mami,"kata wanita cantik berkerudung hitam sambil keluar dari dalam mobil.

"Hah temen,"guman Rera

"Yuk masuk," ajak Mami Rera.

Rera tidak bisa menolak ajakan Maminya. Ia terpaksa masuk meski kini seluruh tubuhnya keringat dingin.

      ♡♡♡---- ILDD ----♡♡♡♡

"Wah, Jeng Rini, saya udah nunggu lama lo, yuk masuk ke dalam," kata ibu Kak Abi mempersilakan masuk.

"Anaknya cantik ya...Jeng Rini," puji ibu itu sambil mengelus rambut panjang Rera.

"Makasih tante," Rera menyerobot maminya yang akan berbicara.

"Hemmm," Mami Rera tersenyum melihat tingkah anaknya.

30 menit sudah Rera mendengarkan perbincangan maminya dengan Tante Dewi. Rera sebenarnya sangat mengantuk, tapi ia tetap bertingkah elegan di depan camernya. Tapi namanya juga ngantuk berat, Rera menguap dan...

Tiplak tipluk (Terdengar suara sepatu menuruni tangga)

"Kak Abi.."  Rera langsung memelekkan mata selebar-lebarnya.

Kak Abi dengan sopan menyalami Rera dan Maminya. Ia memberikan senyum kecilnya kepada Rera, sebagai tanda orang yang dikenal.

"Jeng Rina, kenalin ini anak saya yang paling gede, Abi." Tante Dewi memperjelas.

"Hay dek Rera," Kak Abi melambaikan tangan kepada Rera.

Perkataan Kak Abi membuat kedua ibu-ibu yang tadinya mengoceh menjadi hening seketika dan saling tatap-menatap.

"Jadi kalian udah saling kenal," Tante Dewi menunjuk Reta dan anaknya.

Rera menjawab dengan anggukan disertai senyuman meringis.

"Yaudah kalau begitu, Bun, Tan, dan Dek Rera....Abi berangkat les dulu," pria itu menyalami ibunya.

"Hati-hati Kak," sifat centil Rera mulai keluar dan orang-orang sekitar hanya bengong melihat aksi Rera.

"Oh ya Mi, Tan aku ke depan dulu" Rera mengikuti langkah Kak Abi menuju halaman depan.

"Kak Abiii tunggu," Rera membuat Kak Abi memutar badannya.

"Ah iya dek, ada apa?"Suara lembut itu membuat lela gugup.

"A-a-a itu Kak,"

"Iya," Kak Abi menatap mata Rera sambil menunggu apa yang akan dibicarakan gadis ini sebenarnya.

"Sebenarnya, sepeda yang Kak Abi gunakan tadi itu sepeda saya," penjelasan Rera dengan bahasa seformal mungkin.

"Sepeda ini dek?"Kak Abi memegang stang sepeda.

"Iya Kak yang itu,"

"Astaghfirullah, maaf dek saya khilaf, saya tidak terlalu memerhatikan sepeda yang saya gunakan, soalnya sepeda kita hampir mirip," Kak Abi mengelus dada.

"Gue gak salah denger, barusan Kak Abi bilang kata kita," Rera malu-malu.

"Gapapa Kak, manusia itu pasti punya salah, yang terpenting sepeda kita sudah kembali," Rera kembali mengeluarkan kata-kata  yang sok bijak.

Kak Abi tiba-tiba mengeluarkan teropong dari dalam tasnya, seraya berkata,"ahhh, ini dek sebagai bentuk permintamaafan saya."

"Enggak usah repot-repot Kak, lagipula ini kan teropong yang biasanya Kak Abi gunakan untuk menyelesaikan perkara,"

"Kalau begitu, apa yang dek Rera Inginkan?"

"Ehmmm,"Rera berpikir.
"Aha! saya ingin gantungan baju Kak Abi,"Ide genius itu muncul dengan sendirinya.

"Hah, gantungan baju," Kak Abi mulai pusing dengan permintaan Rera. Tapi apa boleh buat, ia harus mengabulkan permintaan Rera.

Untung saja Kak Abi tidak menanyakan alasan mengapa meminta gantungan baju kepadanya. Mungkin dia lelah.


TBC

Terimakasih yang udah mau ngelihat kelanjutan cerita LIDD yang ke empat. Aku akan lebih senang jika kalian komen dan vote ceritaku. Tunggu kelanjutan ceritanya ya...karena sebentar lagi Rera akan menjelajahi dunia paralel yang seru..ye...

Written By:
Sofia Maharani







Love In Different DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang