Chapter 4

781 47 8
                                    

# Me wo akete. Me wo akete kure yo!

Ciiiit ...

Roda hitam itu sempurna terhenti di depan lobi rumah sakit. Yusaku dengan segera turun dan menghampiri meja resepsionis, diikuti dengan keluarga mouri dan kedua polisi.

"Kudo shinichi masih berada di ruang operasi. Anda tidak bisa mengunjunginya." Jelas sang petugas setelah ditanya. Alis Yusaku bertaut, terlihat sekali raut cemas di wajahnya. Ia mengusap dahinya yang berkeringat

"Ruang operasi 5." Lanjut sang petugas tak tega melihat wajah-wajah cemas.

Tanpa menunggu lama,  Yusaku kudo dan keluarga Mouri segera melangkah cepat ke arah ruang operasi 5 berada. (Sementara, Takagi dan sato menanyakan keadaan korban-korban yang lain.)

¤¤¤

Angka lima terpampang jelas di pintu biru itu. Lampu bulat di atasnya tampak merah menyala, tanda sedang ada operasi di dalamnya.

Derap langkah terdengar bergaung di lorong panjang. Terhenti di depan pintu biru itu. 

Air muka Ran terlihat sangat bersalah melihat pintu operasi yang mana ia tahu terdapat orang terkasihnya di dalam. Matanya terpejam berharap cemas, sebelum pintu biru itu terbuka ...

Krieet ...

Kepala Ran mengadah, seorang dokter dengan baju operasi keluar dari balik pintu itu. "Keluarga Shinichi Kudo?" Tanyanya pelan.

"Ya! Saya ayahnya. Bagaimana keadaan anak saya, dok?" Yusaku segera angkat suara.

"Kami sudah berusaha sekuat tenaga, namun ..." Kalimat dokter itu terputus, membuat yusaku dan ran merasa kehilangan harapan, tak berani bersuara.

"Namun apa dok?" Melihat keadaan ayah sang korban dan putrinya, kogoro memberanikan diri bersuara.

"Ia masih dalam keadaan tidak sadar, dan belum melewati masa kritis. Dan, sayangnya ia harus kehilangan tangan kirinya."

JDAAARRR !!!

Ucapan dokter itu bagaikan petir yang menyambar. Walaupun Yusaku sudah mengetahuinya, ia masih berharap bahwa itu adalah tebakan yang keliru.  Ia tak mampu membayangkan putranya hidup tanpa tangan.

Sama seperti Yusaku, Ran juga shock akan berita ini. Air mata segera mengalir deras dari matanya. "Ini semua salahku!" Ran jatuh terduduk di lantai rumah sakit. Ia menangis tersedu-sedu.

Kogoro berinisiatif menghiburnya, tetapi dihentikan oleh Eri yang menggelengkan kepalanya. Kogoro pun mengurungkan niatnya, ia hanya menatap prihatin putrinya.

"Apakah ... apakah kami boleh menjenguknya, dok?"

Dokter itu menghela nafas, "Silahkan. Tapi mohon untuk tidak bersuara. Kudo-kun membutuhkan ketenangan."

Yusaku Kudo hanya mengangguk pelan. Diikuti dengan Ran -ayah dan ibunya tidak ikut- .

Tiit ... tiit ... tiit ...

Bunyi monitor pencatat detak jantung mengisi keheningan ruang perwatan itu. Kabel pendeteksi nadi terhubung dengan jari yang tergeletak lunglai.

"Shinichi ..." gumam Yusaku menghampiri putra semata wayangnya. Jarinya yang mulai berkerut mengusap pelan lengan pucat Shinichi.

Yukiko hanya menatap suaminya dengan terisak bersama Ran. Ia tahu sejak dulu bahwa profesi anaknya sebagai detektif sangat berbahaya. Seperti tahun lalu ketika ia tertembak. Namun, waktu itu ia dengan cepat melewati masa krisisnya dan segera sadar. Terlebih, pemulihannya cepat dan ia bisa masuk sekolah. Pada saat itu, walaupun sempat khawatir, Yukiko tak merasa perlu mengunjungi putranya. Ia memilih meninggalkannya di bawah perawatan Ran dan ayahnya, beserta Agasa-hakase dan shonen tantei-dan. Tapi sekarang, lihatlah. Anaknya terbaring koma antara hidup dan mati. Ia mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

Saat keadaan hening, hanya terisi detak pada monitor dan isak tangis, tiba-tiba mesin yang memonitor keadaan Shinichi berbunyi, mengeluarkan suara bising, menandakan keadaan gawat.

"Shin-chan?! SHIN-CHAN!!!" Teriak Yukiko. Ia takut melihat Shinichi kejang dan sulit bernapas.

"Dokter!!!" Panggil Yusaku segera sambil berlari keluar. Sementara Ran berdiri mematung.

Dokter dan paramedis dengan cepat masuk dan meminta Yukiko dan Ran untuk keluar. Kogoro dan Eri yang sedari tadi menunggu, bertanya dengan raut kecemasan 'Ada apa?'.

Tangis Ran pun pecah untuk yang kedua kalinya.

________________________________________________________________

Halo semua!
Ini dia, chapter 4 yg ditunggu-tunggu! (Adakah yg menunggu?) Maaf untuk update yang begitu telat. Karena mengalami writer's block dan harus mempersiapkan diri untuk berbagai ujian. Yah, jadi begitulah.

Btw, udh mau lebaran nih. Minal aidzin wal faifzin. Mohon maaf lahir dan batin.

Detective Conan: Mei Tantei San, Ikanaide Yo.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang