untuk kata dan luluh yang pernah jatuh dariku, aku persembahkan satu lagi bait-bait bagimu, duhai mega serta seluruh isinya
usah kamu resapi,
mereka sudah jenuh yang keruh
lihat saja mataku sampai tidak bisa lagi menafsirkan dentuman tiap penggalannya
mana lagi yang perlu aku bagi?aku, si manusia pengaduh
lambat bergerak
terlunta-lunta di masa peralihan
inginnya yakin, lah jadinya terhempas di rimbanya orangBodoh!
dengar kan, aku sendiri sering meneriaki batin ku
menjejali dengan salah dan pasrah
entah, mana lagi yang perlu aku benahi karena ini
seharusnya merugilah aku karenanya
tapi lagi-lagi terbenamini bukan malam namun terlalu dingin
seperti tidak ada sekat lagi antara baju yang kukenakan dengan kulitku
bulu kudukku meremang, takutku menjalarAku seperti hidup pada fatamorgana
mereka tidak mengerti inginnya aku
betapa aku sering mati-matian menahan tangis, berduka bersama mimpiku yang redup
bahkan lenyap dibawa gelak tawa
aku hendak menyalahkan waktu yang saat itu tidak memberi ruangrasanya ingin sekali berteriak dan memaki betapa inginku mesti terbunuh keharusan yang sesak
betapa mereka dengan asyiknya bilang aku kurangfana sekali
menyibak menit-menit penting yang lantas begitu acuh pada cita-cita si pengaduh ini
gelisah teramat rusuhlalu aku meniduri semua gelisahku,
sedu sedan menggugumendongak tinggi seakan hari masih berjanji yang pasti terjadi
Tapi tidak pernah terjadi
dengar saja, tidak perlu kamu resapi
aku hanya butuh didengaryang harus disadari hanyalah betapa aku yang menyerah dan gamang dengan pasti dan semua bayang-bayang yang rimbun di balik hari