AWAL

4.7K 111 2
                                    

Suara riuh teriakan segerombolan murid perempuan SMA Merah Putih terdengar di beberapa sudut koridor sekolah. Dengan rok sempit yang melingkar, dan baju yang diperkecil serta suara seheboh microphone konser semakin membuat beberapa murid lain menggelengkan kepala. Kai, Monita, Zia dan Elena. 4 siswi yang selalu menjadi objek perhatian seantero Merah Putih kini tengah berlari saling mengejar. Dan fokus yang dikejar tak lain tak bukan, Kai. Kai baru saja berhasil menyembunyikan dua tas milik Monita dan Elena.

"WOI! Balikin tas gue anjir!" teriak Elena sambil menaikkan roknya agar lebih leluasa mengejar Kai yang berlari menuju kamar mandi. Monita pun sama, ia bahkan siap membawa kemoceng sambil berteriak kencang.

"Anjrit!" teriak Monita. Kai yang hanya tertawa kencang memperhatikan kedua temannya mengejarnya pun semakin senang karna telah berhasil mengerjai mereka berdua. Sementara Zia sibuk mengejar tanpa tau maksud teman-temannya mengejar Kai.

"Eh pelan-pelan sih larinya, gua cape!" Zia terhenti sambil memegangi dadanya karna sudah menuruni tangga dari lantai 3 sampai lantai 1. Sedangkan Monita dan Elena sudah berhasil mengepung Kai di toilet.

"Balikin tas gua gak!" kata Elena. "Pasti lu umpetin tas gua di tong sampah kan?" sahut Monita lagi. Terakhir kali, Kai bahkan pernah membuang tempat pensil Monita ke tong sampah di belakang sekolah namun berhasil di temukan oleh Babeh, penjaga sekolah.

"HEHEHEHEHEH...." Kai hanya cengengesan sambil berkaca. Dan akhirnya yang terjadi, mereka bertiga justru tertawa saking lelahnya berlarian.

"Eh mampus si Jia masih di diluar! Tar kalo si cempreng ngeliat dia, abis kita!" Elena menepuk dahinya. "Ketauan dah kita cabut pelajaran dia!" Monita menimpali.

"Goblok sih lu! Cabut ngajak-ngajak dia. Dia kan oon, pasti ntar gabisa ngasih alesan sama mpreng kalo ditanya kita pas pelajaran dia kemana." Ucap Kai sambil membenarkan rambutnya yang sedikit lepek karena bercucuran keringat.

"Chairmate lu tuh Mon!" ledek Elena. Tak lama, seorang gadis berperawakan pendek dengan wajah yang bersimbah keringat serta masam menatap ketiga temannya bergantian.

"Pasti lagi ngomongin gue kan!" Zia tiba-tiba nyelonong masuk ke kamar mandi dan menatap cermin. "Dih pede aje lu sapri! Untung aja lu buru-buru kesini, kalo kaga? Bisa ketauan kita cabut." Kata Kai. Zia hanya memanyunkan bibirnya sambil membuka keran air.

"Eh ini mah enaknya ngadem abis keringetan di kantor guru." Usul Monita. Mata berbinar langsung terpancar di wajah keempat gadis tersebut. Dan tak sampai 3 menit, keempat siswi tersebut sudah berada di dalam kantor guru dengan alibi ingin menanyakan tugas kelompok pada Mam Elfi, guru bahasa inggris mereka.

"Eh Mam cantik, mau Kai kipasin ga?" modus Kai menyapa guru kesayangannya yang selalu bisa diajak kerjasama dalam kenakalannya. Mam Elfi menoleh menatap keempat anak didiknya dengan menggelengkan kepalanya.

"Yaampun ini anak! Bukannya ke kelas malah kesini." Mam Elfi yang tengah mengerjakan beberapa laporan keuangan sekolah langsung menghentikan kegiatannya. Keempat siswi tersebut langsung duduk di bangku kosong yang ada di samping meja Mam Elfi tanpa persetujuan.

"Numpang ngadem ya Mam. Di kelas aku panas, udah gitu bau apek lagi!" alasan Monita sambil mendramatisir mimik wajahnya. Mam Elfi memang sudah mengerti sifat-sifat keempat siswi tersebut dan hanya mengangguk saja jika mereka memberikan alasan yang sebenarnya ingin mengatakan 'cabut' dalam arti halus.

Sambil bercengkrama dan bergosip, tiba-tiba pintu kantor guru terbuka menampakkan seorang siswa yang berjalan menuju meja Mam Elfi. Kai yang sedari tadi sudah melihat siswa tersebut hanya melongo diam, begitu juga dengan ketiga temannya. Sepertinya, Kai belum pernah melihat ia di sekolah ini. Laki-laki dengan perawakan tinggi, dengan mata elang yang cukup tajam dan dapat Kai pastikan bahwa perempuan manapun yang ditatap olehnya pasti akan langsung jatuh dalam pesonanya.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang