06

359 8 0
                                    

Kisah Salman Al-Farisi Pencari Kebenaran Sejati

Rasulullah SAW pernah bersabda tentang Salman al-Farisi ra :“Seandainya keimanan itu berada (jauh) di bintang Tsurayya, niscaya orang-orang dari mereka ini telah meraihnya”. Muttafaq ‘alaih.

Banyak hati yang tergerak untuk mencari kebenaran. Tak sedikit orang yang mengayunkan langkah, menelusuri jalan panjang demi sebuah hidayah. Namun, kerap kali mereka goyah didera badai ujian, sementara tak jarang jemari melemah melepas hidayah yang sempat digenggam. Inilah Salman al-Farisi ra, seorang sahabat yang mulia. Kegigihannya dalam mencari kebenaran adalah teladan. Kekokohannya menggenggam hidayah adalah bukti kebenaran iman.

Asal Usul Salman Al-Farisi

Salman adalah salah seorang penduduk Persia (dalam bahasa Arab, Faris), karena itulah beliau disebut dengan al-Farisi. Dari sanalah beliau berasal, tepatnya di sebuah desa bernama Jayy, bagian dari kota Asbahan (kota Isfahan, Iran). Ketika itu beliau dikenal dengan nama aslinya Ruziyah. Setelah memeluk Islam beliau bergelar Abu Abdillah, masyhur dengan julukanSalman al-Khair atau Salman bin al-Islam. Ayah beliau adalah seorang pembesar di desanya. Kecintaan yang sangat kepada Salmanmembuat sang Ayah menahan puteranya di dalam rumah layaknya gadis pingitan. Salmanmenjalani hari-harinya sebagai penjaga api, sesembahan pemeluk agama Majusi.

Awal Mula Salman Al-Farisi Meninggalkan Agama Majusi

Ayah Salman memiliki sebuah ladang yang amat luas. Suatu ketika, dia tersibukkan oleh bangunan miliknya dan menyuruh Salman pergi ke ladang. Di tengah perjalanan, Salmanmelewati sebuah gereja Nasrani. Salmankemudian masuk dan mendapati orang-orang Nasrani yang sedang beribadah. Rasa kagum meliputi hati Salman. Dari mereka Salmanmengetahui bahwa Agama Nasrani itu berasal dari Syam (Palestina dan Sekitarnya). Salmanmengisahkan peristiwa itu dan mengungkapkan kekagumannya kepada Ayahnya. Kekhawatiran menghinggapi diri sang Ayah. Karenanya, ayah Salman kemudian membelenggu kedua kaki Salman dan menahannya di rumah. Inilah Salman, sesuatu telah berkecamuk di dalam hatinya. Saatnya mencari kebenaran yang selama ini terhalang dari dirinya. Meskipun rintangan pertama justru datang dari ayahnya sendiri. Hari-hari telah berlalu, tersiar kabar kedatangan rombongan pedagang dari Syam. Kesempatan yang dinanti-nanti. Ketika urusan mereka telah selesai dan hendak pulang ke Syam, Salmanmelepaskan belenggu dari kedua kakinya dan berangkat bersama mereka ke Syam.

Salman dan Agama Nasrani

Sesampainya di Syam, Salman segera mencari tahu tentang orang yang paling utama di antara pengikut agama Nasrani. Bertemulah Salmandengan seorang uskup yang ada di gereja. Salman tinggal bersama uskup tersebut dan melayaninya di dalam gereja. Ternyata, uskup itu seorang yang jelek perangainya. Dia memerintahkan orang-orang agar bersedekah, namun harta sedekah tersebut disimpannya untuk dirinya sendiri. Tak lama uskup itu pun mati. Salman memberitahukan perbuatan uskup tersebut kepada orang-orang Nasrani dan menunjukkan kepada mereka simpanannya berupa tujuh tempayan yang penuh dengan emas dan perak. Mereka pun menyalib uskup tersebut dan tidak menguburkannya. Kemudian mereka menjadikan orang lain sebagai pengganti. Dia adalah seorang yang tekun beribadah dan zuhud terhadap dunia. Salman sangat mencintainya lebih dari siapapun sebelumnya. Salman tinggal bersamanya hingga tiba saatnya uskup yang baik tersebut didatangi tanda-tanda kematian.

Inilah SalmanSalman mendatanginya dan meminta wasiat untuk dirinya, kepada siapa ia harus pergi. Dia pun berpesan, “Wahai anakku, demi Allah, aku tidak mendapati seorang pun yang berada di atas agama yang aku peluk. Orang-orang telah binasa. Mereka telah mengubah agama Nasrani dan meninggalkan kebanyakan agama mereka, kecuali seseorang di Maushil (kota Mosul, Irak). Dia adalah Fulan, ia berada di atas agama yang aku peluk, maka temuilah dia!.  

KISAH SAHABAT NABITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang