Just Observe

13 1 2
                                    

Mungkin mata tak hanya digunakan untuk melihat. Adakalanya dalam diam pun kau harus bisa mengamati.
.
.
.
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto. No material profit gained from this fanfiction.

"Just Observe"
Gaara Hinata Fanfiction.

By: MillaChoi

^Happy Reading^
.
.
.
.
.
.
Kenapa kita bernafas?

Pertanyaan bodoh macam apa itu? Ahh bukan. Maksudnya kenapa ada pertanyaan seperti itu?

Well, mungkin seorang pujangga akan menjawab seperti; ada sesuatu yang menjadi alasan manusia untuk tetap bernafas. Entah seseorang, mimpi, atau sekedar menikmati dunia.

Tapi tak ada satu pun yang menjadi alasan bagi Sabaku Gaara untuk hidup, kecuali menunggu malaikat maut sambil sesekali meregang nyawa orang. Menjadi pembunuh bayaran tak begitu buruk, ia hanya memanfaatkan kemampuannya dan membantu orang yang ingin membunuh seseorang.

Gaara selalu bertanya-tanya kapan datangnya malaikat maut? Terus menghirup udara itu sangat membosankan untuk pria yang sudah muncul di planet ini 27 tahun lalu sepertinya. Tidak cukup tua, kecuali bagi mereka yang mengalami keputusasaan.

Usia remaja sudah kehilangan semua keluarga, ledakkan gas. Hanya karena tangan jahilnya yang tak mau diam. Ia lalu dipungut ketua gengster sampai menjadikannya sebrutal ini. Dicap sniper berbahaya. Lumayan membuat lawan segan dan takut, tentu saja.

Malam ini Gaara dibayar untuk menembak jantung Raikage Kumogakure. Pejabat itu korupsi, mungkin anggaran membeli gel untuk membuat rambutnya tetap klimis terlalu mahal atau biaya gym yang belum dibayar. Apapun alasannya, bukan urusan Gaara. Dia hanya perlu menarik pelatuk tepat sebelum acara rapat dimulai, akan ada para petinggi negara datang. Pemuda itu menyeringai, mereka hanya tak tahu bosnya sudah memakan habis uang rakyat.

"Gaara, berhentilah menguyah permen karet itu!"

Berbicara soal misi, pemuda ini memilih Uzumaki muda sebagai rekan. Menurut Gaara, Naruto mungkin bodoh tapi ketajaman matanya tak ada yang meragukan. Si Uzumaki dengan hobinya berceloteh, mengomentari apa saja yang ada di depan matanya. Sangat bertolak belakang dengan kepribadian Gaara yang selalu tenang.

"Fokus saja dengan kemudimu bodoh!" Seloroh Gaara yang membuat Naruto mendecih.

Alis mengerut dan mulut yang terus menggerutu. Tak jauh berbeda dengan wanita yang sedang menstruasi. Ia juga heran kenapa ia harus dipertemukan dengan manusia seperti Naruto.

Gaara kembali mengabaikan pria di sampingnya dan lebih memilih mengamati bangunan-bangunan yang bergerak mundur seiring melajunya mobil yang ia tumpangi. Setiap misi yang diterima, Gaara selalu menunggu peluru yang mampu menembus tubuhnya. Tapi sampai saat ini, hanya luka lebab yang ia dapatkan. Sama sekali tak menantang. Pengawal-pengawal para koruptor itu tak ada gunanya. Hanya menghambur-hamburkan uang saja.

Kali ini ia yang berdecih, seharusnya para petinggi negara itu memperhitungkan keberadaan sniper sepertinya. Bukan menambah pengawalan.

Pikiran Gaara melanyang kesana-kemari sebelum akhirnya ponsel di saku jaket bergetar membuyarkan lamunannya.

"Halo. Gaara kamu dimana ? Kenapa apartementmu kosong ?"

Suara lembut di sebrang sana menyulut penyesalan Gaara yang memberi tahu kode flatnya pada gadis itu.

Sabaku muda itu sebenarnya tak pernah tertarik dengan makhluk bernama perempuan, hanya saja keberadaannya mampu menyita perhatian Gaara yang sebelumnya acuh.

Gadis berdarah Hyuuga itu selalu menempel padanya setiap saat. Padahal di istana gadis itu ada sofa dengan pendingin ruangan yang jauh lebih baik dibanding tempatnya. Tapi Hinata hanya bilang mansion Hyuuga membosankan.
Ya tentu saja dengan buku aturan setebal dosa yang harus dipatuhi.

"Antologi Cerpen"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang