EPIPHANY : O4

487 111 159
                                    

Tiga tahun lalu, baru saja Dinda selesai mandi di sore hari. Diruang tamu sudah ada Ayah dan Ibu nya yang sedang berbincang dengan wajah serius nya, dan Nenek yang duduk di kursi roda pun juga ikut menimbrung.

Dinda tak pernah membayangkan, bahwa sejak saat itu kehidupan nya akan berubah.

Samar-samar yang Dinda dengar, Ayah nya tersandung korupsi. Dinda tahu dan sangat yakin itu pasti salah paham. Ayah nya tidak mungkin melakukan hal serendah itu kan?

Ternyata tidak, Ayah nya hanya secara paksa di berhentikan oleh atasan nya dengan fitnah penggelapan uang proyek. Kejadian itu tidak berlanjut ke ranah hukum, hanya saja Ayah nya Dinda dipecat secara paksa tanpa mendapatkan uang sedikitpun.

Ekonomi keluarga saat itu menjadi turun bahkan anjlok sekali. Ayah nya sempat menganggur beberapa bulan, sampai akhirnya kembali bekerja di daerah Bandung.

Tentu cobaan tak berhenti sampai disitu.

Setelah beberapa bulan bekerja, Ayah Dinda jatuh sakit sampai lumpuh, membuat pekerjaan nya kembali hilang karena kondisi nya yang tak kunjung membaik.

Mereka bingung, apalagi Dinda nantinya akan masuk ke Sekolah Menengah Atas. Pasti membutuhkan banyak biaya, kan?

Sampai akhirnya pertolongan datang dari sahabat sang Ayah, yang berniat ingin mengadopsi Dinda dan menyekolahkan Dinda sampai sukses. Tentu itu kabar baik. Ayah dan Ibu nya Dinda pun memberi tahu kabar itu pada Dinda yang saat itu masih ada kegiatan di sekolah, bahkan sedang berkumpul dengan teman-teman nya.

Sedih? Pasti. Dinda harus ninggalin teman-teman nya dan pergi untuk waktu yang sangat lama. Kalau Dinda boleh egois, ia pasti sudah menolak tawaran itu. Tapi Dinda sadar, dengan ia pergi, pasti beban keluarga nya akan berkurang, kan?

Lalu apa yang bisa Dinda lakukan? Ikut pindah rumah bersama Mama dan Papa nya yang baru. Masuk sekolah baru dan beradaptasi dengan lingkungan baru.

Dinda menghapus air matanya kala mengingat itu. Terlebih dengan ucapan Mamanya tadi, yang tentu saja membuat Dinda kaget dan sakit hati.

Dinda jadi merasa tak enak dengan Jaka, maka dari itu dia mengirimkan pesan pada Jaka, kalau dia tidak bisa keluar rumah karena sedang membatu Mama. Walaupun beberapa kali Jaka mengetuk-ngetuk dinding dan berbicara dari sana, Dinda tak menjawab nya dan beralasan sedang berada didapur untuk memasak.

Dinda lelah, menangis hingga sesenggukan dan berakhir ketiduran.

Dinda lelah, menangis hingga sesenggukan dan berakhir ketiduran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaka berulang kali mengubah posisi tidurnya.

Berkali-kali berbicara pada Dinda lewat dinding, namun cewek itu hanya diam tak ada jawaban. Di hubungi lewat ponsel juga belum ada balasan.

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang