EPIPHANY : O7

349 61 77
                                    

"JAKA AMBIL TOPI GUE!"

Sambil menggebrak meja Rara berteriak kala cowok itu dengan sengaja menyangkutkan topi Rara di fentilasi kelas.

"Maap Ra, ga sengaja." balas Jaka dengan tampang wa-ta-dos nya. Entah motifasi darimana Jaka rasanya ingin sekali membuat Rara kesal. Telinga nya terasa sepi kalau sehari saja nggak dengar Rara teriak-teriak.

Rara mengambil pengahapus papan tulis dan melempar nya kearah Jaka.

Namun sial, meleset. Justru malah kena vas bunga yang ada di meja guru. Untung gak pecah! begitu batin Rara.

"Gak kena, wle!"

Ah sial, Rara ingin murka sekarang juga! Kapan sih, Jaka tidak mengganggu ketenangan nya?! Tanpa pikir panjang Rara mengambil sapu dan mengejar Jaka untuk memukul nya.

Tapi pergerakan Jaka cepat, ia berlari mengelilingi kelas membuat semua orang yang ada di kelas merasa terganggu. Ada juga yang berteriak 'cie-cie' dan juga yang memaki.

"STOOOP!"

Baik Jaka maupun Rara jadi berhenti.

Jeshira, selaku wakil kelas, berteriak sambil berdiri diatas kursinya.

"Lo ganggu tahu gak?! Lo juga ya, Jaka, tahu diri dikit dong kalo si Rara pendek, gak bisa ambil topi nya yang lo sangkutin disana!" Jeshira mencak-mencak sambil menunjuk ventilasi kelas, topi Rara masih tersangkut disana. "Bisa gak kalian akur sehariiii aja! Ntar musuh-jadi-cinta tahu rasa, lo!"

"AMIT-AMITT!" Rara yang mendengar itu langsung melepaskan gagang sapu yang ia genggam dan membuat gestur jijik.

"Amit-amit apa imut-imut?" celetuk Ashel meledek yang langsung di sahuti,

"CIAAAA RARA SAMA JAKAA."

"CIEEE MUSUH TAPI SAYANG, CIEEE!"

Sedangkan Jaka yang menjadi pusat perhatian malah tersenyum menyombongkan diri, lalu berjalan kearah ventilasi diatas pintu kelas nya.

Ia melompat, mengambil topi milik Rara dan mengembalikan nya.

"Nih topi lo."

Dengan tatapan sinis nya Rata menerima, "Makasih!" ucap nya ketus.

Jaka mengangguk, lalu berbalik hendak keluar kelas. Namun sebelum benar-benar keluar, Jaka menoleh dan menatap Rara. "Lo cakep kalo pake topi."

"CIEEEEEE!!"

Detik itu juga, Rara yakin kalau Jaka adalah fakboi.

Kebanyakan memang memandang Jaka begitu. Padahal, dari SMP sampai SMA mantan Jaka cuma ada lima.

Cowok itu memutuskan untuk pergi ke kantin setelah di kabarkan kalau guru pada jam pelajaran pertama tidak masuk.

Biasanya memang sehabis upacara, banyak yang mampir ke kantin. Sekedar untuk membeli minum atau makanan ringan lalu kembali ke kelas. Tergantung siapa guru yang mengajar pada jam pertama, kalau guru nya killer, sih, ya tamat.

Habis upacara langsung mengurung diri di kelas.

Kening nya mengernyit bingung saat melihat Dinda sedang berjalan dengan Fia, yang Jaka ketahui adalah teman sebangku Dinda. Aneh nya, Dinda tampak malu sampai menutupi wajah nya dengan telapak tangan dan berjalan sambil menunduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang