Kisah ini tentang Demina seorang gadis jawa yang percaya bahwa takdir dapat diubah dengan kemauan yang keras. Menentang presepsi masyarakat tentang wanita adalah sosok yang lemah.
*Pukul 18:00: saat kehidupan berubah menjadi gelap.
Seperti biasanya saat matahari tenggelam, seluruh kegiatan akan ikut larut bersama tenggelamnnya matahari. Jalanan mulai sepi, Suara nyanyian kodok mulai terdengar pasalnya sekarang adalah musim hujan.
Rumah-rumah warga mulai menutup diri, tak seperti tadi pagi saat warga masih sibuk membicarakan keluhan tentang kehidupan. Kini seperti aku sedang mengurung diri bersama kesunyian.
Didesaku penerangan hanyalah sekedar mimpi, hanya beberapa warga yang mendapat aliran listrik. Hmm sudah adilkah hidup ini..Aku mulai menatap buku sekolah yang kian hari kian lusuh padahal aku sudah menyimpannya rapi mungkin ini adalah ulah mahkluk kecil yang dinamakan rayap.
Lilin menyala dengan api bergoyang-goyang sesekali aku was-was lilin ini akan mati pasalnya jika lilin ini mati aku harus mengakhiri perjumpaanku dengan buku pelajaranku malam ini.
"Nduk, kowe ora tilem?"
"Iya buk"
Aku selalu mengiyakan setiap perkataan ibuku tapi kenyataannya selama ini aku selalu belajar sampai larut malam.
Terkadang ayahku marah, karena ia khawatir jika aku akan jatuh sakit.
"Kau cepat tidur atau tak sobek bukumu?" Ayah berkata keras.
Aku meniup lilin dan beranjak ke kamar tidur, setengah hati kesal setengah pasrah bagaimanapun ini untuk kebaikanku juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
Romance"Temukan sesuatu yang baru, lalu berceritalah sebab duniapun akan bersedia menjadi pendengar setiamu"