"Kukuruyuuuukkkk"
Aku mengusap mataku pelan, punggungku rasanya sakit sekali.
Segera ku ambil air wudhu, disana sudah ada ibu yang menimba air untuk pagi ini.
Ibuku tersenyum dan aku membalasnya, bapak-bapak sudah berjalan menuju mushollah dan anak kecil berjalan lemas setengah tertidurSetelah sholat, aku membereskan rumah mulai dari menyapu halaman, mencuci piring sampai membantu ibuku memasak. Hari ini udara tidak begitu dingin, kabut tebal menutupi penglihatan. Suara motor tua mulai terdengar.
"Ayo makan nduk" Ucap ibuku dari arah ruang tamu.
Aku mengangguk, tetapi aku masih asik melihat pemandangan dimana Kerbau mulai digiring ke sawah mungkin 1 atau 2 ekor. Dulu dibagian ini aku paling suka karena aku bisa digiring ke sana kemari seperti naik sebuah wahana.
Setelah selesai menyantap sarapan Aku menghela napas panjang.
Hari ini tuhan masih memberi keluargaku rezeki yang halal untuk dimakan.Tepat pukul 06:00 aku sudah siap menuju sekolah, beberapa temanku sudah menungguku diluar rumah.
Seperti biasa, aku dan 2 temanku berjalan menuruni bukit, untuk menuju sekolah perlu waktu 15 menit . Tergantung kadang aku dibonceng teman lelakiku naik sepeda kebo (sepeda tua) itu memakam waktu hanya 8-10 menit lah."Dem kamu lulus mau merantau?" Nana berkata pelan sambil menatap wajahku serius.
"Emmmm kemungkinan tidak, Kalau kalian?"
Tata hanya tersenyum yang menandakan bahwa ia akan merantau sedangkan nana hanya mengangkat bahu.
"Menurutmu merantau itu sulit tidak?" tanya nana lagi.
"Entah" aku mengangkat bahu.
"Tentu sulit kita akan tinggal didaerah orang, sebenarnya aku tidak berkeinginan untuk merantau tapi bapak memaksa " Jelas tata.
"Swasta dong ta?" tanyaku memastikan.
"Yuppp, aku ambil ilmu komunikasi"
"Kenapa ta ambil ilmu komunikasi?" tanya nana
"Sebab aku ingin memberi tau bahwa didaerah kita ini harus dijangkau pemerintah juga sebab kita kan juga bayar pajak" jelas tata.
Aku hanya mengangguk tanda mengerti . Diperjalanan aku bertemu banyak orang, mulai dari paman si pemanjat kelapa, bapak jagung dan Ibu jagung.
Sesekali tata dan nana menyapa mereka dan aku hanya melontarkan senyuman yang dibalas lambaian tangan. Warung-warung tenda mulai dibuka, disini ada tempat wisata yang cukup ramai namun semakin banyak wisatawan semakin buruk pula pemandangan alam disini. Bagaimana tidak banyak sampah berserakan , tingkat kesadaran wisatawan akan sampah aku rasa rendah. Meski ada tempat wisata didaerahku jalanan tetap saja seperti ini, jika hujan turun akan sulit untuk dilintasi.
"Dem, taa aku masuk kelas dulu ya dadaa" pamit nana.
Kini tinggal aku dan tata berjalan menuju lorong sekolah.
Aku dan tata satu kelas."Ta, menurutmu bagaimana kehidupan luar ya?"
Sambil meletakan tas dan duduk tata mencerna pertanyaanku, ia mengedipkan mata dan mulai tersenyum menghadap dinding langit.
"Aku rasa kehidupan di ibukota itu menyenangkan, Jalanan beraspal, Gedung tinggi, sekolah yang mewah dan banyak hal lain mungkin kayak surga ya dem"
"Aku rasa begitu ta"
Lama aku dan tata membayangkan tentang kehidupan Ibukota. Bu intan akhirnya datang ia adalah guru PKN sosok bu Intan sangat disukai murid senyumnya yang manis serta cara bicaranya yang lembut.
Tangannya mulai menggoreskan kata dipapan, kapur putih ditangannya membuat baju rapinya terkena sebuk dari kapur tulis .
"INDONESIA" itulah tertera di papan.
"Anak-anak berikan tanggapan kalian tentang Indonesia!" seru bu intan.
Dodi mengangkat tangan dan berdiri "Indonesia adalah negara yang kaya akan rempa-rempa" .
"Indonesia adalah negara yang makmur"
"Indonesia kaya akan pulau"
"Indonesia adalah negara yang makmur untuk sebagian orang"
Semua orang terdiam, menatapku dengan penuh tanda tanya. Aku langsung duduk aku takut pernyataanku akan negeri ini salah.
"Dem, Jelaskan maksud dari kalimat kamu nak" seru bu Intan dengan senyumnya yang khas.
"Aku tidak tau, aku rasa begitu" Jawabku sambil menundukan kepala.
"Tidak masalah, memang nyatanya begitu kan?" Cerah menyautiku dia setuju akan pernyataanku.
"Baiklah akan ibu Jelaskan, Negara ini adalah negara yang kaya, kaya akan pulau, kaya akan SDA dan lain-lain"
Tapi bu Intan tak menanggapi pernyataanku.
Bel istirahat berbunyi.
"Dem, dipanggil bu Intan diruang guru?"
Aku berjalan menuju ruang guru , bu intan langsung menyambutku dan mempersilahkanku duduk.
Resah, itulah yang ku rasakan. Aku rasa aku tak membuat kesalahan sama sekali tapi mengapa aku harus dipanggil sampai ke ruang guru.------------------------
Aku tidak tidak pernah menyengajakan sebuah rasa kecewa untuk bersarang dihatimu.
Tapi setidaknya sadarlah, bahwa kita adalah manusia yang memiliki pemikiran berbeda jika kita tak mencoba untuk menjadi 1 arah -novitasari

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
Romance"Temukan sesuatu yang baru, lalu berceritalah sebab duniapun akan bersedia menjadi pendengar setiamu"