Hilang

30 1 0
                                    

Hari ini hatiku masih sakit, dari kemarin semenjak ia tiba-tiba berantakan, langsung kucoba mengumpulkan pecahananya, tapi nampaknya, memang butuh waktu untuk membuat hatiku lupa.

Jikalau saja aku bisa kembali ambil alih kendali.

Tapi hati tak bisa kupaksa hati tetap saja arogan.

Semaunya saja ditubuhku.

Begitu kucoba mempelajari hati setelah semenjak aku mengerti tentang perasaan yang lebih berarti, dan nampaknya cuaca menyutujui hati.

Hari ini, berkabut.

Basah.

Kusamakan saja dengan basah yang sekarang ada dihatiku.

Bukan basah agar tumbuh warna-warni bunga setelah dasar kering kerontang.

Tapi ini, mungkin basah keterlalulaan.

Meluap.

Jadilah penuh air.

Banjir.

Sesak.

(Amna Maharani, 3 April 2017)

Masih sakit hati ini, hati yang kukompres dengan air dingin dari sungai yang membeku, sungai yang ketika musim semi tahun kemarin begitu indah, aku dan kekasihku berjalan kaki menghirup aroma bunga yang sebagian masih tersisa tertanam dalam dihati ini, namun hari ini sungai itu membeku. Tapi aku masih bisa berseru namamu dan duduk menyembuhkan diri.

"Sudah waktunya" kau melihat jam tanganmu, aku suka jam tanganmu, jam yang sungguh sangat klasik berwarna keemasan dan kalau bisa bicara jam nya akan berkata, "aku jam tangan dari abad ke 15, dimana sherlock holmes masih sibuk dengan kasus-kasusnya, dan kuberitahu kau anak muda, sherlock holmes adalah fiktif, sama seperti kalian berdua." Jam yang sungguk sok tau.

Aku mau memelukmu dari belakang, kita ada dimusim panas, musim panas terbaik dari kota ter-romantis didunia, kita mengahadap sebuah pemandangan padang rumput hijau dengan landskap pemandangan sebuah kota romantis yang terlihat lumayan jauh, dan yang kita tunggu adalah pesta kembang api terbaik di kota ter-romantis didunia ini.

Kita sudah dari sore duduk disini. Duduk berdua dengan tikar motif ular naga, ini adalah tikar dari negeri cina. Aku tiduran dan menatap langit sore yang percaya tak percaya ada motif tank baja di atas sana, awan putih itu berlalu diganti dengan motif kamu yang bersepeda, walaupun samar aku yakin itu kamu, dan dipadang ilalang kau bersembunyi menyembunyikan cantikmu itu, kau kumpulkan cantiknya buah berry dimusimnya? Aku mencari-cari kau diantara ilalang yang membuat aku sedikit cemas, dan kau sudah dibelakangku berkata.

"Aku lah gadismu"

Lalu malam ini, dengan perut sudah terisi roti lapis dengan selai berry buatanmu, aku memandangi langit yang sama dengan kamu, hanya dengan kamu ! dan aku merasa hangat disekitar tubuhku, apa kau adalah partikel halus yang menyesap kedalam persendianku?

*****

Dan sepertinya malam itu malam terakhir, malam dimana kau hilang kedalam nafasku. Kau pamit membeli bunga untuk diletakkan di tamanmu, taman yang kau rawat dengan baik, lalu ada green house ditengahnya, kau lupa? Kita sudah menanam banyak sayur di green house dan kau sudah berjanji akan memetiknya berdua denganku.

Dan kau hilang.

Bersatu dengan kabut.

Aku sepanjang hari, bolak balik menempel selebaran berisi fotomu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Satu cermin, dengan dua nyawa didalamnya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang