Pada tangga 3 januari aku dan keluargaku berangkat ke RS pusat jantung nasional harapan kita untuk bersiap-siap pada tanggal 4 januari aku akan di operasi. Setelah mengantarkanku ke rumah sakit, mereka pulang lagi. Satu persatu orang berkata kepadaku.
"semoga lekas sembuh".
Dan akupun hanya tersenyum.
Aku diperiksa darah, dan pada hari itu aku sibuk cek sana sini, jika yang di operasi tidak siap mental maka operasi akan di undur lagi.
Aku merasa sedih ini operasi besar dan keluarga ku pulang ? hanya ada ibu dan tresna saudaraku yang menemaniku. padahal ini hasilnya 50 : 50. kalo ga berhasil mungkin aku akan meninggal. lalu ayah ?
Ayah? Ayah kemana ketika aku sedang di operasi? Ayah kenapa tidak ingin menemani ibu? Mengapa ayah pulang? Aku selalu melihat ketika ada yang di rawat, selalu saja di rawat oleh ibu dan ayahnya.Tapi ayah kenapa kau tidak disampingku pada saat itu? Padahal aku sangat ingin kau ada menemani ibu dan mendengar hasil operasiku.
Tapi sudahlah ayah, aku tidak ingin memaksamu untuk selalu ada untukku.
Aku selalu merasa sedih ketika melihat ibuku kesana kemari berjuang agar aku dapat sembuh seperti dulu, menebus obat ke apotek, di panggil dokter tentang resiko operasi, dan waktu itu persediaan darah di RS pusat jantung nasional habis, jika tidak menemukan darah itu sekarang maka aku akan di undur operasinya.
tak pernah letih segala cara ibuku lakukan untuk aku bisa sembuh bahkan dengan nyawa sekalipun,ketika stok darah itu habis di rumah sakit ,kau tahu? Ibuku mencari-cari darah yang cocok denganku? Dimalam hari? Di ibu kota jakarta? Di temani oleh satpam RS harapan kita ? ketika mencari di PMI kosong, Perjuangan yang begitu amat besar ketika mencari orang-orang yang sehat yang tidak terkena narkoba,perjuangan yang tak sia-sia ketika ibu bisa dapat mendapatkan darah dari orang orang yang berjenis golongan darah AB+ yang sama denganku.
Aku tahu percis perjuangan Ibu untuk aku sembuh, Selama aku di Sekolah, di rumah, siapa yang siap siaga 24 jam ketika aku sakit itu Ibu yang ada di samppingku. tadinya aku pasrah, kalau memang tuhan memanggilku, karena aku sudah tidak tahan lagi dengan sakit yang di derita olehku. tapi aku melihat malaikat tanpa sayap itu menginginkan aku pulih dan ceria lagi seperti dulu Ibu selalu bilang " JANGAN PUTUS ASA".
Aku tahu penyakit ini sangat ditakutkan oleh orang di luar sana, sudah banyak orang yang mengalami penyakit jantung itu meninggal, tapi itu semua tergantung dengan rasa semangat kita untuk sembuh dan jika tuhan berkehendak, untuk menyembuhkan penyakit itu.
Aku berbaring di kasur, sembari memikirkan apa yang akan terjadi esok? apakah operasiku dapat berjalan lancar?
Keesokan harinya pukul 8 pagi, 4 januari 2013 aku dibawa ke ruang operasi,dengan hati yang tenang dan mengikhlaskan semua,aku yakin operasi ku akan lancar dengan diantar hanya dengan ibuku..
aku jalan menuju ruang operasi, ketika di depan pintu operasi aku tidak tega melihat Ibu yang berkaca-kaca, menahan tangisnya.
"Aku berkata ibu doakan anakmu agar senantiasa di beri kesabaran dan di lancarkan operasinya.. tidak usah khawatir ini jalan terbaik bu agar aku tidak sakit-sakit lagi, dan aku bisa sembuh total".
Aku akan selalu mendoakanmu nak... kamu pasti kuat menjalani semuanya.
Masuklah aku dalam suatu ruangan yang aneh bagiku, disana sudah terpapar analisis penyakit aku di gambarkan seperti disebuah papan, sudah ada dokter bersama para susternya sudah siap-siap,suster menyuruhku berbaring dan akupun berdoa al-fatihah seketika itu tak sadar lagi aku langsung tertidur.
3 jam aku dioperasi ,aku di pindahkan ke ruang ICU, setelah operasi itu selesai.Ketika beberapa jam aku sadar ada ibuku yang menanyakan aku ketika aku sedang terpulas tidur. Tiba-tiba aku terbangun dan melihat Ibu
"Kamu ingat ibu nak?".
"Ingat bu".
Aku belum bisa membuka mataku sepenuhnya, karena memang pengaruh obat. tapi aku merasa ibu sangat senang sekali melihat operasiku berjalan dengan lancar.
Suara khas yang terdengar di ruang ICU, dinginnya ruangan itu. Membuatku terbangun aku terbaring lemas,aku lihat sisi kanan sisi kiriku mereka merasakan hal yang sama.betapa tak tega ketika melihat bayi,yang sedang kritis dia seperti kesulitan bernafas dan dokter mengerumuninya.betapa aku sangat bersyukur? Allah telah menyelamatkan aku dalam pasca operasi? Mungkin diluar sana ketika di operasi mungkin ada yang gagal
ketika itu aku memakai alat pernafasan yang melalui mulut, dan ketika suster akan membersihkannya. aku malah memegang erat tangannya secara kasar dan suster itu bilang.
"jangan brutal".
ya gimana ga sakit orang kaya ditusuk-tusuk ketika dibersihkan, membersihkannya juga emang cepat coba kalau pelan tidak akan sakit, tapi mungkin emang harus seperti itu agar sembuh. Aku selalu memakai penghangat tubuh, karena kedinginan di Ruang ICU.
aku tidak boleh banyak minum, makan pun sedikit. Tubuhku banyak sekali di pasang alat-alat. huh menyebalkan membuatku susah gerak.
Dokter bertanya kepadaku
"bagaimana sudah enakan? Tenang sekarang mah gak bakal pingsan-pingsan lagi gitu katanya sambil tersenyum"
"Alhamdullilah enakan dok"
Setelah kondisiku makin membaik,aku dipindahkan ke ruang penyuluhan,luka operasi ini belum mengering,masih terasa sakit yang menggerogoti tubuhku.aku yakin aku akan sembuh.Aku di beri infusan, dokter sudah bilang kepada suster karena lukannya masih basah. Cairan infusan nya harus di perlambat.
Tetapi pada saat cairan infusku habis, suster menggantinya.
Ketika sudah di ganti, kenapa dadaku terasa panas?
Ternyata suter terlalu cepat dalam memberikan cairan infus itu, hingga luka yang ada di dalam dadaku ini masih terasa panas.
Akupun jadi takut, aku takut suster itu sengaja mempercepat cairan itu.
Seperti di film-film juga yang susternya ingin membunuh seorang pasien karena suruhan orang lain.
Aku jadi berpikir yang tidak-tidak, karena kesalahan itu fatal bisa membuat pasiennya terluka lebih parah lagi.
Aku pun protes terhadap dokter.
"itu tuh suster itu, terlalu cepat. Jadi aku sesak nafas dok".
"tenang ya de, nanti akan dokter kasih tau".
Setelah 3 hari di operasi aku di ruangan biasa yang dulu pernah aku tempati seperti bayi lagi, aku belajar jalan, bangun, dan berlatih menggerakan tanganku. menghadirkan psikolog kesehatan anak juga.
Aku berjalan di tuntun oleh saudaraku tresna, aku berjalan mondar- mandir di area lantai 8 itu.
Ketika aku sedang berjalan aku tidak boleh membungkuk oleh suster punggungku di tepuk aku bilang
"heh jangan membungkuk".
eh suster , habis gimana sus susah udah kebiasaan jalan kaya gini setelah di operasi.
"jangan, kamu harus tegak".
Susternya baik, aku lupa lagi namanya. dia selalu mengingatkanku untuk sabar dan jangan mengeluh. banyak ko pasien yang seusia aku yang terkena penyakit jantung, dan mereka sembuh hingga tak menyangka mereka sudah besar dan selalu main ke RS harapan kita.
YOU ARE READING
Ketika Sakit Menerpa
Non-Fictionini adalah kisah nyata beberapa tahun aku mengalami ini