Semilir angin menerpa wajah Revo dan Thif yang sedang memandang suasana pagi kota Jakarta dari rooftop sekolah.
"Gue denger dari anak - anak katanya tadi pagi lo berangkat bareng cowok ya? Pake gandengan tangan segala lagi. Siapa? Gebetan baru?" tanya Revo dengan pandangan tetap lurus ke depan.
Thif langsung menolehkan kepala nya ke arah Revo "Eh Bukan siapa - siapa kok. Dia itu Dave, sahabat gue dari kecil. Dia juga 1 tahun lebih muda dari kita. Yakali gue suka sama brondong" kata nya sambil tertawa kecil.
"Oh, kirain gebetan baru lo. Kan gak lucu kalo PDKT nya sama gue, jadian nya sama cowok lain" kata Revo.
Revo langsung menghadap ke arah Thif dan menggenggam kedua tangan Thif, membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya
"Thif, gue mau ju-"
"ABANGGG, NGAPAIN SIH BERDUAAN DI ROOFTOP SAMA NIH CEWEK. KALO MAU BOLOS ITU YANG BERMUTU DIKIT KEK, INI BOLOS NYA SAMA CEWEK KAMSEUPAY KAYAK DIA"
Revo dan Thif menoleh ke sumber suara. Disana, berdiri Reva dan antek - antek nya, Sally dan Luna.
'Yaoloh, geng cabe bangkok ngerusak suasana banget sih, ga bisa banget liat orang bahagia, gue sumpahin selama 30 hari 30 malam hidup lo ga bakal tenang, dasar cabaii!.' Batin Thif.
"Lo apaan sih Rev, terserah gue dong mau gue bolos sama kakek - kakek, nenek - nenek, sama banci pun bukan urusan lo." Balas Revo sengit.
Reva hanya cengo melihat sikap Revo yang lebih membela Thif dibandingkannya.
"Eh Revo, udah berani ya lo sekarang bentak - bentak gue demi cewek menjijikkan kayak dia." Reva menunjuk Thif tepat di depan wajah Thif. "Mulai sekarang, jauhin dia atau hidup dia ga bakal tenang."
"Berani lo nyentuh dia, lo tau akibat nya." Bentak Revo lagi.
Itulah mereka, Reva dan Revo. Saudara kembar yang sekarang sedang perang mulut karena satu wanita, ya Thif.
"Thif, ke bawah aja yuk." Revo langsung menarik tangan Thif menuju pintu Rooftop.
Sampai di dekat tangga, Revo langsung memegang kedua pundak Thifa dan menghela napas panjang.
"Vo, maaf ya gara - gara gue, lo jadi ribut sama Reva." Kata Thifa lembut
Revo menggeleng "Santai aja kali Thif. Udah biasa juga, paling ntar balik lagi. Oh iya, kalo Reva berani ngapa - ngapain lo, bilang ke gue. Gue bisa beresinnya."
Thif hanya tersenyum mendengarnya.
"Gue sayang sama lo." Kata Revo tiba - tiba.
Mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Revo tersebut, seperti banyak kupu - kupu yang berterbangan di perut Thif. Satu kata yang mendeskripsikan perasaannya sekarang. Bahagia.
***
"Thif thif thif" panggil Irene, sahabatnya yang paling heboh itu saat Thif sedang berjalan menuju kelas.
"Lama amat lo ke toilet, Giselle udah ngabisin 3 mangkok bakso, lo belom balik - balik." Kata Irene
"Yee enak aja, gue juga dibantu Fanny kali. Gue 1 setengah mangkok, Fanny juga." Protes Giselle tak terima.