"Anjir, apaan nih," umpat Thif.
Thif terbangun dari tidur nyenyaknya. Pandangannya masih kabur.
"Rumah gue bocor kali yak. Eh tapi kan gak ujan," Thif mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamarnya.
Mata Thif langsung tertuju pada sosok manusia yang sedang mengobrak-abrik lemari nya. Thif tidak dapat melihat dengan jelas siapa orang itu, karena sebagian tubuh orang itu tertutup pintu lemari nya. Ia ingin berteriak saat itu juga, tetapi berhasil ditahannya.
Thif segera turun dari kasur nya secara perlahan dan berjalan mengendap-endap menuju lemari nya.
Ia pun segera mengambil ancang-ancang. Lalu ...
"JURUS BUAYA DARAT MATA KERANJANGG, HIAAATTT."
Thif segera memukuli orang itu dengan ganas nya.
BUGH
BUGH
BUGH"Lathifaaaa ada apa sih ribut-ribut, kedengeran tau gak sampe baw--"
Suara mama nya yang tadinya menggelegar cetar membahana badai ulala itu pun terhenti tiba-tiba.
"Yaampunn!"
"MAMAA ADA MALING MASUK KAMAR THIF. AYO MA BANTU HAJARR," Teriak Thif sambil menduduki tubuh orang itu, Thif tak peduli dengan teriakan dari orang yang dikiranya maling itu. Sekarang, posisi orang itu tengkurap dengan Thif di atasnya.
"ADUH LATHIFAAA ITU ABANG KAMU. LEPASIN CEPET, ITU JUGA NGAPAIN DUDUK DISITU. BADAN KAMU ITU BERAT. NTAR KALO ROTI SOBEKNYA ABANG KAMU BENERAN SOBEK GIMANA," Teriak mama nya.
Thif terdiam sejenak lalu tertawa terbahak-bahak, "Abang? Hahaha mama terlalu banyak mikirin kredit panci yang belum lunas deh kayaknya. Abang kan di Amerika ma, tinggal di rumah Oma."
"POKOKNYA ABIS INI LO HARUS URUTIN GUE, GAK MAU TAU!!!" Orang yang diduduki Thif itu pun langsung berdiri secara tiba-tiba membuat Thif jatuh terlempar ke belakang.
Thif mengusap punggung nya yang menabrak lantai. Tunggu, suara itu ...
"BANG KENZO?" Teriak Thif
"Apa? Puas gebukin gue?"
"HUAA BANG KEKENN, THIF KANGEN TAU GAK. KEMANA AJA LO? GA MIKIRIN ADEK NYA DIRUMAH KESEPIAN DITINGGAL DUA ABANG NYA KE AMERIKA!!!" Thif langsung melompat ke arah Kenzo dan memeluknya.
"Ihh kalian apaan sih teriak-teriak. Ini masih subuh tau. Ntar di denger tetangga, mama juga yang repot digosipin para ibu-ibu komplek," cerocos Mama nya.
Kenzo langsung melepas pelukan Thif dan menjepit hidungnya dengan jari jempol dan telunjuk nya, "Ih lo bau kambing, mandi sono."
"Bang Genta mana?"
"..."
***
Thif berjalan santai menuju meja makan yang diatasnya telah tersedia sarapan pagi yang sebentar lagi akan menghuni perutnya. Semua orang telah menunggunya.
"Pagi semuaa, wahh nasgor buatan emakk," Thif segera duduk di sebelah Kenzo dan menatap seluruh anggota keluarganya yang diam tak bergeming.
Mata nya tertuju kepada sosok di hadapannya yang saat itu sedang menatapnya dengan tatapan sendu. Seketika ia merasa canggung, bahkan lidah nya kaku untuk sekedar menyapa Kakak kandung nya itu.
"P-pagi bang Genta," sapa Thif dengan senyuman kecil di wajahnya.
'Bahkan sampai hari ini pun perasaanku masih sama, tidak berubah. Hanya dia, tidak ada yang bisa menggantikan dia. Walau aku tau, itu hanya akan menjadi imajinasiku saja' batin Genta.