BUGH.
Gadis kecil yang sedang duduk di bangku taman itu pun menoleh.
Suara dentuman keras yang berasal tidak jauh dari tempat dimana ia berada, berhasil mengalihkan perhatiannya dari komik kesukaannya.
"Dave!" Thif kecil segera berlari kearah suara tadi dan membuang komik nya ke sembarang tempat.
Dave meringis, "Thif, sakit."
"Kok bisa jatuh? Dave sih gak hati-hati," ujar Thif sambil membantu Dave berdiri. Dave kecil baru saja terjatuh dari sepeda nya. Di lutut dan siku nya, terdapat luka kecil yang mengeluarkan darah segar.
Dave menangis, "Thif, Dave gak bakal mati kan?"
"Hahaha, ini cuma luka kecil. Sini Thif obatin, Dave tunggu di sini bentar ya."
Thif langsung pergi darisana. 5 menit kemudian, Thif kembali dengan nafas yang tersengal.
"Itu apa?" Tanya David.
"Udah Dave diem aja."
Dengan lincah, Thif segera membersihkan luka David. Kemudian, ia menempelkan Hansa-plast bergambar mobil-mobilan yang sudah diteteskan betadine ke lutut dan siku Dave.
"Beres," kata Thif sambil bertepuk tangan gembira.
Dave memeriksa luka nya, "Wah Thif hebat."
"Iya dong, kan aku pernah diajarin Ibu Guru cara ngobatin luka."
Dave tersenyum manis.
"Ah ada ice cream, aku beli dulu ya. Kamu mau rasa apa?" Tawar Thif kepada Dave.
"Samain kayak Thif aja deh."
Thif langsung berlari menuju gerobak ice cream yang berada tak jauh darisana.
Tak butuh waktu lama, ia datang menghampiri Dave dengan 2 cone ice cream di tangan mungilnya.
"Nih yang kamu."
"Makasih ya Thif, Thif sahabat Dave yang paling baik deh."
"Sama - sama."
Hening sejenak.
"Thif."
"Hmm."
"Thif mau janji sama Dave gak?"
"Janji apa?"
"Kita tetap gini terus ya sampe dewasa nanti. Thif gak boleh jauh - jauh dari Dave. Kita harus sama - sama terus. Dave sayang Thif. Nanti kalau udah besar, Dave mau Thif jadi pacar Dave."
Thif tertegun mendengar perkataan yang keluar dari mulut anak seumuran David.
"Ih Dave, kita kan masih kecil, gak boleh bahas yang gituan."
"Iya tapi Thif harus janji kalau udah besar kita gak boleh jauh - jauhan. Kalau perlu, sekarang aja Thif jadi pacar Dave."
Konyol memang, tapi itulah Dave. Dia memang pintar bicara sejak kecil. Bahkan, David sudah menguasai 5 bahasa asing dalam umurnya yang masih sangat kecil.
"Dave, dengerin ya. Kita kan masih kecil, aku juga udah anggap kamu sebagai adik. Nanti deh, kalau kamu udah SMA baru boleh pacaran."
Mata Dave berkaca-kaca mendengar perkataan Thif, "Thif janji ya sama Dave kalau Dave udah SMA, Thif mau jadi pacar Dave."