Episode 5

87 19 1
                                    

News.

Ting tong...

"Jamsimanyo." (Tunggu sebentar) Sahut Sohyun sambil melepaskan pelukan dari Joo Hyuk.

Bel apartement mereka berbunyi, dan itu menghentikan aktivitas mereka. Joo hyuk segera pergi ke toilet untuk membersihkan wajahnya, sedangkan Sohyun yang membukakan pintu. Baru saja ia membuka pintu Sohyun cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Seorang pria asing berpakaian serba hitam dengan tubuh kekar seperti bodyguard.

"Nugusaeyo?" (Siapaya) tanya Sohyun dengan polosnya.

"Saya rekan kerja Joo Hyuk, mau mengantarkan ini." Ia memberikan sebuah surat beramplop putih. Sohyun menerimnya lalu pria itu pergi begitu saja. Sohyun kembali masuk dan menutup pintu.

"Siapa?" Tanya Joo Hyuk.

"Teman mu, Ini." Sohyun memberikan amplop itu.

Joo hyuk menerima amplop itu, sekarang dia duduk disofa dan membaca lembaran surat didalamnya. Sohyun yang juga penasaran ikut duduk disebelahnya dan menatap Joo hyuk lekat.

"Isinya apa?" Tanya Sohyun.

"Ah bukan apa-apa." Joo hyuk segera melipat dan memasukan kertas tafi kedalam amplopnya.

Joo hyuk prov.

Aku membaca surat yang tadi baru saja aku dapatkan. Melihat surat dari kantor tempat ku bekerja yang memerintahkan ku untuk pindah bekerja di pulau jeju selama beberapa bulan untuk mengurus parawisata disana. Tapi apa yang harus ku lakukan, mengatakannya pada Sohyun atau tidak, menerimanya tawaran ini atau tidak. Tapi gaji yang ditawarkan cukup besar dan itu bisa membuat ku cepat menikahi Sohyun.

"Isinya apa?" Tanya Sohyun, yang segera menyadarkan aku.

" ah bukan apa-apa." Aku segera memasukan surat itu kembali kedalam amplop dan menyimpannya di laci meja.

"Jinja?" Tanya Sohyun tidak yakin. Mendengar itu aku berjalan mendekatinya dan menempelkan tanganku di kedua pipinya.

"Jinjayo." Aku mencubit kedua pipinya dan membuatnya sedikit meringis kesakitan sambil mencubit kedua pipiku juga. Sekarang kami cubit-cubitan.

"Lepas," ucapku tidak jelas.

"Joo hyuk dulu yang lepas." Mendengar itu aku semkin mengencangkan cubitanku sampai pipinya kemerahan.

"Araseo araseo" Dia mengalah dan melepaskanku duluan. Sekarang aku juga melepaskannya.

Gadisku ini sedang mengelus pipinya yang sakit. Dan itu membuatnya terlihat imut. Aku tidak sabar untuk bersamanya selamanya. Kurasa aku harus menerima tawaran itu.

"Sohyunna nanti malam kita dinner yuk." Dia mengangguk. Aku senggaja mengajaknya dinner romantis untuk membicarakan ini padanya. Kuharap dia mengerti dan menyemangatiku.

◆◆◆◆

Sohyun prov.

Sesuai janjinya. Aku dan Joohyuk candle light dinner romantis disebuah restaurant. Dengan dress putih yang membalutku dan poni yang kubiarkan jatuh kebawah membuatku mungkin sedikit manis dari biasanya. Sedangkan Joo Hyuk malam ini sangat tampan dengan kemeja putih dan jas coklatnya. Menu yang sudah berada di depan kami yaitu steak dan wine.

Aku dan Joohyuk duduk berhadapan. Aku sangat senang karena sudah lama kami tidak seperti ini, terakhir mungkin enam bulan yang lalu.

"Joohyuk makanan disini sangat enak." Ucapku sambil memotong daging steak untuk suapan kedua ku.

"Lain kali kita makan lagi disini, oh iya bagaimana dengan pekerjaanmu Sohyun. Apa ada masalah?" Tanya Joo hyuk.

"Hanya membutuhkan florist untuk hiasan toiletnya." Jawabku yang sedang dipusingkan mencari toko bunga yang akan berlanganganan

"Aku bantu mencarinya." Dia membelai rambutku dan mengangkat gelasnya. Aku juga mengangkatnya karena mengerti apa yang dia maksud.

Cheers!

Kami menyentuhkan kedua gelas dan meminum sedikit winenya.

"Oh ya Joohyuk bagaimana dengan pekerjaan mu dikantor apa ada masalah dengan surat tadi?" Tanyaku yang melihat kelakuan aneh dari Joo Hyuk.

"Hmm ini." Dia memberikanku sebuah kartu florist. Kurasa dia ada masalah dan berusaha menyembunyikannya dariku dengan mengalihkan pembicaraan.

"Joohyuk, ada masalah apa?" Tanyaku lagi, kali ini dengan nada yang sedikit menekan. Bukannya menjawab dia malah diam, aku mengengam pungung tangannya dan menatapnya lekat. Dia menatap mataku yang berusaha menyakinkannya bahwa katakan saja.

"Sebenarnya surat itu, surat pemindahan kerja ku ke jeju selama enam bulan, jadi kita akan hubungan jarak jauh." Ucapnya. Aku terkejut sudah pasti tapi kurasa ini mungkin yang terbaik untuk karirnya.

"Hanya itu? Kupikir apa. Tidak papa, aku akan selalu disini menunggumu dan menyemangatimu. Percaya aku kan." Aku mencoba meyakinkannya. Aku tidak bisa memungkirinya walaupun aku sedih.

I think thats the best way for us.

"Aku janji aku akan segera melamarmu." Ujarnya sambil mengecup pungung tanganku.

"Berangkat kapan?"

"Sekitar lusa." Jawabnya sambil kembali memotong steaknya.

"Ah lusa." Ucapku lesu dengan senyuman.

Sebentar lagi kami akan berpisah dan itu membuatku tidak tenang. Entah kenapa, rasanya aku jadi ragu.

To be continue....

Don't wait for your loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang