Handsome Boy

606 53 3
                                    

Suho terperangah saat melihat hal yang paling di waspadainya muncul begitu saja di belakang Luhan.

Tubuhnya semakin gemetar dan berkeringat. Lidah nya jadi kelu dan tatapannya seperti sedang memohon bantuan pada Luhan.

"Kau yang di kelas tadi kan?" tanya Luhan sembari berdiri tepat dihadapan Sehun.

"Sudah kuduga kau akan mengingat pria tampan sepertiku." jawab Sehun dengan penuh percaya diri. Namun, tatapannya kembali pada target bully-annya.

Saat itu juga Suho ingin segera melepas pakaian yang melekat ditubuhnya.

"Seleramu bagus juga."

Sehun berjalan mendekati Suho. Tangannya menepuk-nepuk pundak pemuda yang sedang gemetaran.

"Tuh kan, sudah ku katakan akan cocok untukmu." Luhan menepuk kedua tangannya dengan bangga.

Suho mengerti keadaan semakin mencekam baginya.

"Ini kau yang pilih?" Sehun mengalihkan pandangannya ke Luhan dan seketika seringaian itu berubah menjadi senyum seorang pemuda ramah nan menawan.

"Ya, aku membantunya mempersiapkan diri untuk Prom Night." Luhan tersenyum dengan manisnya.

"Sehun... disini kau rupanya." kata Kai yang sempat terpisah dengan Sehun dan Kris karena berdebat.

Kai dan Chanyeol menatap bingung suasana aneh yang sedang terjadi di tempat itu. Terlebih lagi Suho berekspresi seperti orang yang sedang dililit oleh Anaconda.

"Aku tidak menduga kalau kalian memiliki pilihan di Departement Store ini." kata Luhan berbasa-basi karena tidak dapat menolak ajakan dari Sehun untuk makan bersama di restoran lantai dasar dari Mall tersebut.

"Seringkali jika tidak ada kegiatan kami mampir kesini." Sehun merespon sembari menusuk kedalam manik indah Luhan.

Yang lainnya termasuk Suho terdiam melihat Sehun sedang melancarkan aksinya. Mereka makan satu meja dengan suasana berbeda-beda. Ia duduk di sebelah Luhan dan berhadapan langsung dengan Kris yang beberapa kali tertangkap berbisik-bisik. Dirinya yakin bahwa pemuda itu sedang merancang kejahilan untuknya.

"Kenapa kau menatapku seperti rusa yang ingin dimangsa buaya?" tanya Kris.

Luhan menoleh dan mengamati kegugupan yang terus terlihat dari pemuda di sampingnya. Seketika Suho menunduk, dan meraih ponsel yang ada di saku celananya.

"Luhan, sepertinya ada kelas Bahasa Korea yang harus kau hadiri, iya kan?" Suho berbisik di telinga gadis itu.

Seperti seseorang yang teringat sesuatu Luhan mengiyakan apa yang di ingatkan Suho.

"Baiklah kami harus segera pulang karena ada banyak hal yang harus di kerjakan." kata Luhan menginterupsi.

Sehun sedikit kecewa karena gadis incarannya pamit pulang. Ia segera mencari sesuatu untuk di intimidasi sebagai alasan Luhan ingin pulang.

"Terlalu sebentar. Apa sebegitu penting sampai belum sempat mencicipi dessert-nya?" Sehun berusaha menahan.

"Maaf tapi, ini cukup mendesak dan aku baru teringat." Luhan langsung menarik lengan Suho dan segera pergi dari restoran tersebut.

"Terima kasih."

***

Suho menghela napas, ia sangat lega karena telah lepas dari kungkungan sekumpulan serigala itu.

"Kau seperti habis lari maraton."

Luhan memperhatikan Suho yang terus bersikap aneh.

"Kau tidak suka kalau aku ngobrol dengan orang-orang tadi?" Tanya Luhan lagi.

"Bukan begitu Luhan... hanya saja aku tidak terlalu akrab dengan mereka. Beda kelas." Jawab Suho.

"Dalam hal kepopuleran atau pelajaran?"

"Kau tau maksudku." Suho hanya menunduk, malu mengakui dirinya yang sebenarnya adalah seorang pengecut.

"Kau ketua organisasi kesiswaan kan? Hal itu sudah menunjukkan bahwa kau lebih dari pada mereka yang hanya memanfaatkan kekuasaan karena latar belakang keluarga dan ketampanan."

"Satu hal lagi, kau itu tampan. Sangat tampan."

Pipi Suho bersemu, sungguh menyenangkan mendapat pujian dari seorang Luhan. Tapi, bukan berarti membuat dirinya tidak lupa dengan kepayahannya.

***
Tubuh berbentuk itu di kucuri keringat. Tatapan tajamnya menuju cermin yang berdiri kokoh di hadapannya.

"Kelas anggarmu sudah selesai?"

"Bisa tidak jangan mengagetkanku!" Sehun memang sempat terlonjak kaget karena Chanyeol.

"Maaf maaf." Ucap pemuda itu. "Ada waktu?"

"Aku mandi dulu."

Mereka akhirnya duduk santai di halaman tempat latihan anggar ditemani dua cangkir teh hijau.

"Baekhyun lagi?"

Chanyeol mengangguk lalu menyesap teh itu sejenak.

"Aku ingin menyerah saja."

"Why?"

"Aku hanya melakukan hal yang percuma. Dia menyukaimu. Jadi untuk apa aku tetap mengejarnya?" Chanyeol tampak putus asa dan terus menunduk.

"Kau tau yang aku rasakan padanya kan?"

Chanyeol mengangguk.

"Kau juga tau aku sedang jatuh cinta pada siapa kan?"

Pemuda itu kembali mengangguk.

"Baiklah, semua sudah terjawab! Selama ini kau yang paling mengerti tentang Baekhyun. Dia gadis yang keras kepala dan bodoh. Butuh keringat yang agak banyak untuk mengalihkan perhatiannya."

"Tunggu sebentar, berarti kau barusan benar-benar mengakui kalau kau menyukai anak baru itu?!"

Sehun tersenyum.

"Apa aku harus mengulangnya dengan di eja?"









TBC

SLOW UPDATE...
Maaf sudah lama sekali tidak update satu ff pun....
Mengingat banyaknya pekerjaan disana sini, membuat waktu dan inspirasi cekak.

So, aku harap terhibur dengan Chap ini yah.

Jangan lupa untuk Vote ff ini

See you guys

How dare you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang