6. Two side and her die

502 49 16
                                    

Warning EYD belum diperhatikan, typo bertebaran.

.
.
.

"..jadi lo dikunci rombongan pas mau keluar kelas?" tanya Akim setelah mendengar penjelasan dari Dika, salah satu siswa kelas IX-B.

"Yah gitu, pas mau keluar anak-anak ngunci kita dari luar. Untung masih hidup, tapi yah persediaan makanan kami gak mencukupi." keluh Dika, memerhatikan teman-teman nya yang telah sadar dari pingsan sebab rehidrasi.

"Jadi kalian gimana, mau ikut kami keluar dari kelas ini?" sahut Uul sambil mengambil bangku untuk duduk disebelah Dika. Mata laki-laki itu membulat.

"Lo-lo yakin kita bisa keluar?!" Uul mengangguk menanggapi. Begitu pula dengan Akim mengangguk.

Di sisi lain ruangan, nampak dua orang gadis yang terduduk lemas mengingat kejadian tadi.
Gita menahan tangisnya agar tak pecah, sedangkan Riri termenung. Mereka berdua adalah teman dekat Taniya-perempuan yang hampir menjadi zombie dan mati di tangan Kania.

Tama mendekat dan berniat untuk menenangkan keduanya.
"Git, Ri, walau gue bukan teman dekat Taniya, tapi seenggaknya gue juga sedih dengan kematiannya. Gue gak bisa bayangin kalau itu yang terjadi sama Wibi atau pun Avnie.." kata Tama sambil mengelus pundak Gita. Avnie datang dari arah belakang dan memeluk pelan baik Riri maupun Gita.

Beda dengan Gita, reaksi Riri hanya diam tak mengeluarkan kata-kata apapun. Isna yang sedang membantu membereskan kelas itu memandang Riri dengan pandangan aneh. Seharusnya dia sedih bukan? Kenapa hanya diam? Itulah kata yang terlintas di kepalanya.

Kembali ke sisi anak laki-laki, mereka sedang duduk melingkar.
"Guys, gue ngerasa bersalah atas kematian Bobby.. " keluh Wibi pelan, karena nyawa salah satu anggota kelasnya hilang ditangannya.
Akim dan Uul mengangguk mengerti.
"Tapi ini juga bukan kesalahan lo Bi. Gimana pun lo ngelakuin ini adalah langkah yang baik buat kita dan dia. Seenggaknya alm, gak jadi salah satu dari mahkluk itu." jelas Ariq, membenahi perkataan wibi.

Dika yang hanya memerhatikan mereka angkat bicara.
"Mereka itu makhluk apa?" tanyanya.

"Mereka zombie" jawab seseorang yang perlahan berjalan ke arah anak laki-laki.

"Zom-zombie?! Bukannya itu cuma ada di film-film? Serius lo, Kan?!"

Kania, seseorang itu mengangguk.
"Gue serius, mereka zombie. Tapi sekarang mereka ada di kehidupan nyata dan pasti ada seseorang yang nyebarin virus penghidup mayat itu." jelas Kania yang tampak mengetahui segalanya.

Semua yang ada di ruangan itu terkejut. Wibi yang telah berpikir pun bertanya. "Tapi siapa yang nyebarin virus itu?"

"Yang pasti orang yang udah menggigit Abdi." jawab Kiki, menyimak percakapan mereka.

"Benar. Tapi selebihnya masih tanda tanya." simpul Kania.
Mereka pun terdiam semua.

"Uhukk!" terdengar suara batuk Dias, salah satu teman Dika. Diikuti dengan batukan teman Dika yang lain. Wibi, Uul, Ariq, Akim dan Abi pun berdiri dari duduk mereka dan membantu Dika.

"Lo gak papa Guys?" tanya Wibi kepada kedelapan lelaki kelas IX-B yang pingsan itu.

"G-gak papa ko-kok.." jawab Bagus yang bersender di tembok sambil menormalkan nafasnya.

"Syukurlah." desah lega Dika.

'Setelah ini lo tau kan apa yang bakal kita lakuin?'

# #

05.57 am

Beberapa remaja itu sudah bersiap dengan senjata seadanya untuk keluar dari kelas yang sudah dihuninya.

Epiq menatap tajam ke Dini yang tampak ragu saat akan membuka pintu kelas itu. Begitupula dengan Winda, Fuje, dan Mey yang agak takut saat Dini memegang kenop pintu.

"Eh ular, kok diam?" tanya Epiq.

Dini memutar bola mata bosan. "Yah sabar, dong! Kalau gak lo aja yang buka nih pintu?!"

"Eh pa lo bilang? Gue yang buka? Gak salah dengar tuh?! Siapa yang malam tadi ngajak perginya jam enam? Setan kah?" sindir Epiq.

Dini yang kesal menyentak perut Epiq dengan ujung meja didekat pintu itu.
"Nah mamam tuh!"

"Eh ular cepetan buka?!" perintah Okka yang kesal dengan Dini yang sengaja mengerjai Epiq.
Fadly menggeleng kepala memerhatikan tingkah mereka.

Perlahan Dini membuka pintu itu. Dari jauh tampak mayat hidup yang berjalan lambat. Mereka pun keluar perlahan-lahan.

Saat langkah mereka mendekat ke arah zombie, sontak Winda berteriak melihat betapa menjijikkan nya mahkluk itu. Fuje pun begitu, ia berteriak kencang saat zombie mendekat me arah mereka.

Teriakan mereka yang mengundang zombie itu membuat Epiq, Fadly dan Okka kewalahan menghabisi zombie.

"Oyy! Jangan teriak-teriak!" perintah Fadly sembari menghancurkan tengkorak kepala zombie.

Seolah tak mendengar perintah Wibi, anak perempuan itu tetap berteriak histeris, terlebih tangan Winda yang sudah digapai oleh zombie.

"AAA! TOLONG!" Teriak nya meminta pertolongan.
Mey yang hendak mendekati dan membantu Winda tertahan karena Dini sudah menarik tangannya untuk tidak melakukan apa-apa,membiarkan Winda.

Fuje yang tak tahan langsung membantu Winda. Namun naas,tangan Winda sudah digigit oleh zombie itu.

"Akh!" teriak Winda kesakitan.

Fadly yang akan membantu mereka terhenti karena mayat hidup berdatangan dan mengepung mereka.

Fuje terduduk menangis melihat tubuh Winda yang sedang digigit oleh zombie. Ia bukan teman yang baik, tak dapat menyelamatakan nyawa temannya.

Zombie berdatangan karena mendengar tangisan Fuje. Mey segera melepas tarikan tangan Dini dan menarik tangan Fuje untuk berdiri dan berlari dari tempat itu.

"Akh!" kali ini Fuje merasa nyeri disebabkan sepasang gigi tertancap di tangannya.

Mey yang tak peduli dengan keadaan Fuje tetap menuntunnya untuk berlari ke arah teman-temannya yang sudah menjauh dari kumpulan zombie itu.

'Winda..!' batin Fuje melihat tubuh Winda yang tengah dikerubungi oleh zombie. Sedangkan Mey sudah menangis sejadi-jadinya, berlari sambil menarik tangan Fuje untuk menjauh.

.
.
.

TBC💀

Hae 😄 Gi maaf ya, Untuk seminggu atau dua minggu depan Gi bakal hiatus :"( maklum sibuk ujian penentu kelulusan :')
Semoga kalian tetap stay dengan cerita ini pas Gi back :') di vote comment yah sayy :'*

Bye~~

Into the Zombie's World : Z-class |Discontinue|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang