Minggu Keempat: Kreativitas itu Tak Ternilai

157 8 0
                                    

"Saya akan berikan sebuah situasi sulit untuk kalian," ujar sang dosen di akhir pertemuan minggu lalu.

"Ciptakan sebuah produk, berbentuk apa saja sesuai dengan pengertian produk yang kita pelajari, dengan satu syarat...," jeda sedetik itu rasanya begitu menyiksa bagiku. "tanpa biaya!"

Riuh bisik-bisik tetangga di antara teman-temanku langsung menyembul malu-malu. Begitu sang dosen keluar, riuh itu kini menjadi rusuh. Semua—berkelompok—berdiskusi mengenai apa yang harus mereka lakukan. Lalu, hampir seminggu setelahnya, pertanyaan dan pembicaraan itu masih saja berdengung di lingkungan kampus. Hingga, akhirnya hari itu, Senin, 3 April 2017, kelas kembali di mulai. Masing-masing kelompok harus siap menampilkan produk yang mereka ciptakan.

 Masing-masing kelompok harus siap menampilkan produk yang mereka ciptakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelompok pertama yang tampil adalah kelompok 3. Kelompokku. Aku bersama kelompok memilih membuat karya daur ulang. Mendaur ulang celana jins yang tak lagi terpakai menjadi sebuah tas lucu, sepasang sandal rumah, dan sebuah kantong dinding (wall pocket). Sekali lagi, mungkin apa yang kami hasilkan bukan hal yang menakjubkan dan tidak benar-benar baru. Namun, apresiasi dari teman-temanku serta dosen itu sendiri benar-benar membuat kami merasa tersanjung dan dihargai. Ya, mereka bukan hanya menghargai produk yang kami tampilkan tetapi juga proses yang kami jalani. Satu hal lagi yang paling penting adalah pengakuan mereka, bahwa kami adalah orang-orang kreatif karena berhasil mencipta.

Bercerita tentang proses

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bercerita tentang proses. Sebuah momen yang tak terlupakan terjadi saat kami membuat karya itu. Momen ini yang membuat karya yang kami buat ini punya arti tersendiri padaku. Kenangan yang tak akan mudah terlupa. Terkunci bersama teman-teman di kampus sendiri saat mengerjakan tugas, siapa yang pernah menyangka? Kecerobohan yang membawa tawa, kepanikan yang membawa cerita terasosiasikan pada sebuah karya. Ini bagian dari proses, proses itu yang membuat suatu hal menjadi tak ternilai harganya.

Kelompok selanjutnya adalah kelompok 1. Mereka menampilkan wayang boneka kertas. Wayang tersebut dibuat sendiri oleh mereka. Salah satu dari mereka memiliki keterampilan melukis yang bagus, membuat wayang tersebut semakin indah. Wayang mereka memparodikan kelas kreativitas yang selama ini kami jalani. Pertunjukan yang membuat kami tertawa keras dan mengalirkan Endhorphine ke seluruh sel yang ada di dalam tubuh. Kami (termasuk dosen) senang dan kami bersemangat. Parodi yang mereka buat benar-benar menggambarkan kondisi kelas saat mata kuliah ini berlangsung, penuh gelak tawa tapi sarat akan ilmu. Lagi-lagi, kami berikan apresiasiasi yang besar untuk mereka, dan kamu tetap mengakui bahwa mereka ada orang-orang kreatif pada bidangnya.

Selanjutnya, kelompok 4 menunjukkan karya mereka. Mereka mendaur ulang barang-barang yang selalu tertumpuk di rumah. Koran dan kardus sepatu. Mereka menyulap kedua barang tersebut menjadi sebuah tempat tisu yang unik dan cantik. Tumpukan koran dan kardus hilang, meja-meja di rumah malah bisa terhias dengan manisnya. Hanya dengan 0 rupiah. Akuilah, bahwa itu memang kreatif! Apresiasi besar juga kami berikan pada kalian kelompok 4, kalian kreatif!

 Akuilah, bahwa itu memang kreatif! Apresiasi besar juga kami berikan pada kalian kelompok 4, kalian kreatif!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelompok terakhir adalah kelompok 2. Kelompok yang penampilannya kutunggu-tunggu. Karya mereka sudah kulihat sedikit saat mereka melakukan proses pembuatannya saat kami sama-sama terkunci di kampus, yang membuatku benar-benar penasaran akan jadinya. Mereka menampilkan sebuah drama musical dipadukan dengan musikalisasi puisi. Sebuah karya dengan jalan cerita yang menyentuh hati. Sebuah karya yang membuat kami berteriak kagum memberikan apresiasi. Sebuah karya tanpa dana dan waktu singkat yang membuat kami tak bisa menghapus pikiran bahwa kalian kreatif. Sebuah karya yang yang membuatku merinding saat menyaksikannya. Sebuah karya yang tak membuatku menyesal karena telah menunggu hasil jadinya. Karya sederhana tetapi terasa menakjubkan.

Dipenghujung waktu, kami semua bertepuk tangan dan tersenyum bahagia. Sang dosen benar-benar senang dengan apa yang kami kerjakan. Kami semua berhasil membuat sebuah karya tanpa biaya! Benar-benar nol rupiah. Situasi sulit: tanpa biaya, bukan suatu yang bisa menghalangi kami untuk berkarya (dalam bentuk apa pun). Hal-hal yang kami buat tanpa sepeser uang itu bahkan bisa bernilai tinggi secara nominal. Meski sesungguhnya, tawa lebar, rasa senang, perasaan bahagia, kepuasan hasil kerja, dan sebuah rasa pemenuhan diri yang kami dapat hari itu dan seluruh memori yang tercetak saat proses pembuatan tak akan pernah ternilai rasanya. Kreativitas itu sungguh tak pernah ternilai harganya.

Jika, kami bisa tetap berkarya meski ada batasan yang dibuat, bayangkan apa yang terjadi jika kita bisa memanfaatkan semua yang kita miliki? Kami Bisa, Kalian Bisa, Kita Semua Bisa! Adakan, Ada, Akui, Apresiasi dan kamu adalah orang yang kreatif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika, kami bisa tetap berkarya meski ada batasan yang dibuat, bayangkan apa yang terjadi jika kita bisa memanfaatkan semua yang kita miliki? Kami Bisa, Kalian Bisa, Kita Semua Bisa! Adakan, Ada, Akui, Apresiasi dan kamu adalah orang yang kreatif.

Aku (enggak) KreatifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang