Part 3

13 0 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment yaa ^_^
***

Devan Pov

Sekarang sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Saya sudah bersiap-siap untuk pulang. Karyawan sedang bersiap-siap untuk pulang. Saya langsung mengambil tas kerja, lalu menuju lift langsung menuju basement di tempat parkir mobil khusus. Untungnya lift khusus, jadi saya ga harus bertemu dengan para wanita mupeng yang ngeliatin saya. Jujur itu membuat saya risih.

Akhirnya jam enam saya sampe rumah. Ini gara-gara terjebak macet, makanya saya lebih memilih untuk kerja sampai malam, sehingga tidak terjebak macet saat pulang, dan juga saya bisa mengerjakan pekerjaan lebih cepat..

"Malam ma, pa saya pulang" saya menyapa mama dan papa yang lagi mondar-mandir di dalam rumah. Aku menarik dasi yang terasa mencekik leher.

"Iya dev, kamu lebih baik siap-siap sekarang, kita sudah hampir telat ini" jawab mama.

"mang kita mau kemana sihh ma?".

"ini kita mau makan malam di rumah sahabat papa dan mama. Udah sana jangan nanya mulu, siap-siap sekarang".

"Iya ma, ya uda devan siap-siap dulu".

"jangan lama dev, ini uda mau telat".

"Astagaa, iya ma", saya menghela nafas menghadapi sifat mama ini yang suka maksa dan gak sabar. Lalu saya menuju kamar, langsung mandi. Kemudian saya mengambil kemeja abu-abu dan langsung mengenakannya dipadukan dengan celana pajang hitam.

***

Setelah selesai, Devan dan keluarga langsung berangkat menuju rumah sahabat kedua orang tuannya. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh sepasang suami istri. Ternyata keluarga om wikarta dan tante letta. Devan memang mengenal mereka karena sudah pernah bertemu, dan juga ervin anak om wikarta adalah sahabatnya. Mereka pun dipersilahkan masuk ke dalam rumah.

"kalau begitu kita langsung makan malam aja yaa", ucap pak arta kepada mereka.

"baiklah kalo begitu".

Sesampainya di ruang makan, ternyata sudah ero yang duduk disana, tidak sabar untuk makan. Ckckck dasar memang.

"Malam om, tante, kak dev", ucap ero sambil menyalam kedua orang tua devan.

"malam juga ero" jawab kedua orang tua devan. Tak lama terlihat Ervin dari arah tangga, dia langsung menghapiri orang tua devan dan langsung menyalam. Ervin mengambil tempat duduk di sebelah devan langsung, berhadapan dengan ero.

"Hai bro, tumben banget lo mau ikut acara makan malam, biasanya lo kabur", ucap ervin kepada devan.

"biasalah, nyokap gue uda nyerocos trus, ketimbang gue di teror trus, mending gue nurut aja kali ini", sahut devan sambil mendelik melihat mamanya.

"Hahaha, parah lo sama nyokap sendiri gitu", sahut ervin, dan devan hanya mengendikkan bahu.

"Ehh iyaa Mas Tyo dan mbak Vina tunggu bentar ya, Eline bentar lagi turun kebawah kok".

"iya mbak letta, gpp, kita tungguin aja, saya juga pengen liat Eline", jawab mama Devan.

***

Devan Pov

Saat aku dan ervin sedang mengbrol sambil menunggu seseorang kata tante letta, tiba-tiba dari arah tangga saya melihat perempuan. Sepertinya anak SMA, buktinya dia mengenakan dress dengan gambar mickey mouse, dengan rambut panjang di gerai, yah dan mukanya memang terlihat seperti masih anak SMA.

"ayo eline, beri salam dulu sama om prasetyo dan tante vina" ucap tante letta. Ohh, ternyata dia Eline yang selama ini Ervin sebut namanya. Kok saya ga pernah liat ya? Ucapku dalam hati.

"selamat malam, om tante".

"malam juga eline, wah kamu sekarang uda besar ya, makin cantik lagi, udah lama banget tante ga liat kamu".

"iya ma, pangling liatnya, uda cocok nih jadi mantu om". Aku tersedak mendengar ucapan papa. Maksud papa apa coba bilang kayak gitu. Ervin yang duduk disebelahku cuma senyum kecil. Saya pun tidak peduli. Tapii ehh, saya mendengar suara tante Letta.

"eline, itu kamu kok ga nyapa anaknya om tyo", wah dia ga nyadar ada saya di depannya. Saya pun cuek aja dan memasang muka datar.

"Hallo kak, saya eline" dia menyapa saya sambil mengulurkan tangan.

"Devan" jawab ku sambil langsung melepaskan tangan. Lalu, makan malam pun berlangsung dengan obrolan-obrolan kecil. Sekali-kali saya melirik anak itu, ternyata dia dan adiknya Ero malah asik makan tidak peduli dengan sekitar. Bener-bener nih cewek gak ada malu-malunya depan orang. Makan lahap banget kayak lagi lomba sama Ero, Ckckckck.

Setelah selesai makan, kami semua pindah ke ruang tengah rumah om arta. Para orang tua duduk di ats sofa, begitu pun dengan saya dan Ervin. Tapi lihatlah, dasar bocah memang, dia malah duduk di lantai dan sibuk memperebutkan sesuatu dengan adeknya. Dia memanyunkan bibirnya.

Tiba-tiba saya dikejutkan oleh pernyataan kedua orang tua. Ini bener-bener kejutan yang tidak menyenangkan. Bagaimana mungkin saya dijodohkan dengan bocah itu. Ya, ternyata makan malam ini membicarakan perjodohan saya dengan eline. Saya bener-bener syok. Saya ingin rasanya membantah langsung ucapan mereka, tapi saya Cuma bisa bungkam. Terlebih mendengar ucapan mama.

"Udah pa, Devan jangan ditanya lagi setuju atau gak, dia mau ga mau pasti akan menerima perjodohan ini, lagian selama ini mama ga liat dekat sama perempuan. Dia kerja terus, lama-lama mama takut dia berbelok arah lagi. Jadi Devan, jangan membantah mama, kalo kamu mang saying sama mam". Astaga mama, saya diam dengan rahang mengeras dan membelalakkan mata terkejut atas ucapan mama. Sedangkan liat ekspresi bocah itu, jelekk sekali, mata melotot dengan mulut terbuka lebar, aduhhh bener-bener ga enak di liat.

Saya bener-bener tidak habis pikir dengan pikiran para orang tua ini, mereka malah terlihat sangat bahagia.. Saya bener-bener bungkam. Terlebih ternyata pernikahan di tetapkan 3 minggu lagi. Ini bener-bener di luar akal saya. Liat dia bocah itu, malah geleng-geleng kepala seperti orang bego. Ckckck, apa jadinya hidupku nanti.

Akhirnya orang tua kami memutuskan pernikahan diadakan 3 minggu lagi, dan lebih parahnya mulai besok saya harus mulai mengantar jemput bocah itu. Aduhh bener-bener bikin otak mumet.

Saya tidak tega menolak, melihat raut bahagia orang tua saya, saya bener-bener tidak tega untuk membuat mereka kecewa. Biarlah mungkin ini yang harus terjadi, walaupun hati kecilku masih mengharapkan dia yang sudah lama tidak ada kabarnya untuk menjadi pendampingku.

***

Hari ini seperti biasa devan melakukan aktivitas yang membuat otak panas, namun menambah pundi-pundi uang, apalagi kalo bukan berkutat dengan berkas perusahaan, mengecek segala proposal kerjasama.

Tiba-tiba devan teringat lagi dengan pembicaraan kemarin malam. Devan memijit pelipisnya, menarik dasi yang terasa mencekik leher, dan menyandarkan punggung di kursi.

Aku tidak habis pikir, apa yang terjadi, bagaimana aku bisa menikah dengan anak kecil. Ingin rasanya aku protes, tapi mengingat bagaimana raut wajah kedua orang tuaku membuatku urung melakukan hal itu batin devan

Tak lama, hp devan berdering, terlihat nama 'mama' memanggil.
Devan menghela nafas, lalu menjawab telpon dari mamanya.

"Halo ma"

"Iya ma, mang harus hari ini pergi pesen cincinnya?"

"emang ga bisa mama aja yang pesen? Atau gak suruh dia sendiri pergi ke toko?"

"Tapi ma, devan lagi sibuk"

"Iya ma, tapi kan..."

Tuutt....tuutt

*
Astaga, kepalaku rasanya mau pecah, kemarin perasaan baru di bicarakan dan sekarang aku harus pergi ke toko perhiasan untuk memesan cincin nikah.

Akhirnya Devan pun berangkat ke salah satu kampus swasta di daerah Jakarta Selatan. Yahh, tentunya menjemput eline di kampusnya.
Devan mengendarai mobil fortuner ny dengan dongkol.

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang