KIM SOO HEE
langit kembali memberikan gumpalan hitam. Angin pun mulai berhembus kencang. Orang-orang yang berada di jalanan mulai berlarian mencari tempat berteduh ketika butiran air jatuh ke bumi.
Dari cafeshop, duduk sendiri seorang gadis. Matanya menatap lurus keluar jendela. Begitu kosong. Satu tangannya memegangi dada. Apa aku harus merasakannya lagi. Tapi kenapa? Apa yang terjadi kepadaku?
Soo hee meletakkan beberapa lembar uang di atas meja. Ia terlalu malas untuk berjalan menuju kasir. Kemudian ia bangkit dan berjalan mendekati pintu keluar. Seketika itu juga semilir angin langsung menyentuh sekujur tubuhnya.
Kepalanya menengadah menatap langit. Hujan semakin lebat. Tapi ia tidak peduli. Ia mulai melangkah menembus hujan. Bersamaan itu juga air matanya mengalir.Ia terisak, begitu sakit, sangat sakit rasanya. Ia berhenti lalu berpegangan pada pohon yang ada di dekatnya, tubuhnya sangat lemah sekarang dan kepalanya mulai bereaksi. Ketika pandangannya mulai menggabur, berulang-ulang Soo hee memukul kepalanya tanpa ampun.
Sedetik kemudian ia merasa goyah, tubuhnya membentur sesuatu yang keras. Dan ia lupa apa yang sudah terjadi selanjutnya. Semuanya menjadi gelap gulita.
"Soo hee, Soo hee, ini eomma."
Perlahan kedua mata Soo Hee terbuka. Di lihatnya wanita paruh baya dengan raut wajah cemas. Apa yang sudah terjadi kepadaku?"Kamu pingsan di pinggir jalan, untung ada orang baik yang menemukanmu. Bagaimana kalau orang jahat. Eomma sangat khawatir."
Soo hee mendesah, ia mengurut keningnya pelan. Rasa pening merajai kepalanya. Melihat Soo hee yang ingin duduk. Cepat-cepat Sung ah, ibu Soo hee menopang tubuh anaknya itu.
"Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?"
Soo hee menggeleng, menatap ibunya nanar. Untuk menahan air mata yang sudah mulai menggenang di pelupuk matanya itu. Di gigitnya bibir bawahnya kuat. Sung ah mengelap butiran air dari pipinya. Ia menangis.
"Eottokhae eomma..." tangis Soo hee. "Eottokhe, eottokhae eomma. Gaseumi apha... aphayo eomma." Isaknya. Ia mencengkeram bajunya dan mulai memukul-mukul bagian dadanya cukup keras. "Ini sungguh menyakitkan."
Sung ah membelai puncak kepala Soo hee lembut. Melihat anaknya penuh dengan penderitaan itu seketika membuat hatinya sakit. Sekuat tenaga ia menahan air mata agar tidak terjatuh. Ia tidak ingin jika itu akan menambah penderitaan anaknya.
"Kamu bisa melawannya, sayang."
Soo hee menggeleng cepat. "Tidak bisa! Aku sudag melakukannya. Semuanya!" Pekiknya. "Hajiman... dia tidak ingin pergi eomma."
"Soo hee, eomma..."
Belum selesai Sung ah berkata. Soo hee memotong, "apa eomma pernah berpikir kalau aku sudah gila?" Ia menatap wajah Sung ah lekat.
Sung ah menelan ludah. Soo hee kembali mempertanyakan itu. "Anio."
"Apa eomma percaya jika aku mempunyai dunia lain?"
"Anio."
"Gaege wae! Wae!" Teriak Soo hee. Hingga membuat Sung ah terlonjak kaget. "Kenapa rasanya ada sesuatu yang mengganjal di dadaku! Rasanya sangat sakit eomma! Aku sudah tidak bisa lagi menahannya. Setiap hari, aku selalu merasakannya. Dan..." kalimat Soo hee berhenti. Ia mengatup bibirnya yang bergetar. "Naneun... bogosipho."
***
KIM JONG DAE
Di dunia ini ada dua masalah yang sering menjadi buah bibir. Jiwa dan pikiran. Banyak yang menyalah artikan kedua kata itu. Hingga kebanyakan orang menganggapnya masalah kejiwaan. Padahal untuk menanggapi masalah kejiwaan tidak ada sangkut pautnya dengan jiwa dan pikiran.
Pergi dan bertemu dengan psikolog di anggap memiliki arti dirinya mengalami masalah kejiwaan. Akan tetapi bagi orang-orang yang mempelajari psikologi sebagai studi sistematik dari perilaku dan pengalaman. Perilaku menunjukkan adanya manifestasi nyata yang di lihatnya dari makhluk hidup. Sedangkan pengalaman menunjukkan adanya proses bagaimana perilaku tersebut terbentuk.
Setiap orang memiliki masalah, ringan atau pun berat dan terkadang merasa tidak memiliki cukup kemampuan untuk mengatasinya. Oleh karena itu, jangan melihat masalah sebagai sesuatu yang sepele sehingga tidak memerlukan psikolog.
Menyepelekan masalah sama seperti meremehkan kondisi kejiwaan. Karena kehidupan yang baik adalah kehidupan yang kesehatan raga dan jiwanya seimbang.
Ketika sakit, walaupun hanya sekedar pilek. Segeralah menemui dokter untuk menyembuhkannya. Penanganan yang cepat dan tepat akan membuat kesehatan lebih baik.
Salah satu peserta seminar mengangkat tangan. Jong dae menghentikan presentasinya, kemudian menatap wanita yang kini sedang menatapnya tajam. Sebuah mata yabg di penuhi kesedihan. Ia bisa merasakan apa yang sedang di alami semua orang. Tapi tidak untuk satu orang ini.
"Ada sanggahan, Nona?" Tanya Jong dae memulai percakapan.
Peserta lainnya ikut menatap wanita yang berada di bagian bangku paling belakang.
"Jika kita merasakan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya serta rasa sakit tak tertahankan. Gerakan napas yang tidak beraturan. Lalu... kita merasa ada sesuatu yang hilang. Semua itu tidak di ketahui penyebabnya. Meskipun berusaha melupakan, tetapi tetap saja ia terus datang. Aku pikir, aku akan..."
"Kelainan obsesif kompulsif." Potong Jong dae. "Penyakit ini di tandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah gagasan, khayalan, atau dorongan yang berulang, tidak di inginkan dan menganggu yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan. Kompulsif adalah desakan atau paksaan untuk meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi."
Kemudian Jong dae mengarahkan LCD projectornya kelayar besar yang ada di belakangnya itu. "Penyakit ini terjadi pada 23% orang dewasa. Dan penyebabnya tidak di ketahui." Jelasnya. Ketika ia menoleh lagi kepada wanita tadi. Bahunya melemaskan. Lagi, lagi menghilang. Di genggamnya LCDnya erat, rahangnya mengeras. Entah kenapa bayangan wanita tak di kenalnya itu selalu menghantui pikirannya.
Bersambung....
***
Ini cerita ku yang ketiga. Mungkin besok aku akan update kelanjutannya. Jadi aku harap kalian menyukai 'Promise'
Jangan lupa vote dan comentnya ya!!!
Maaf jika ada typo.
Baca juga Falling in Love ya!! Kisah cinta antara dua Kakak-Adik tiri yang berusaha mengahadapi kenyataan dunia...
Salam manis,
SulisTia
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
RomanceMerasa sakit yang luar biasa. Merasa ada sesuatu yang mengganjal. Merasa sulit untuk bernapas. Merasa ada yang hilang. Merasa aku akan gila.