Beberapa maid memperhatikan langkah Tuannya yg tertatih-tatih linglung karena pengaruh alkohol. Ini memang menjadi hal biasa setiap paginya bagi para pelayan di rumah Aldo. Hampir setiap pagi juga wanita berbeda yg mengantarkannya ke rumah apabila dirinya terlihat sangat mabok dan tak bisa pulang sendirian.
Arin memandang heran melihat Aldo yg tampak seperti orang gila yg kehilangan arah dan tak ada yg memapahnya. Tentu saja. Bukankah jelas di katakan bahwa maid tidak boleh berdekatan dengan majikannya. Dan itulah yg di lakukan para pelayan di mansion ini, hanya melihat tanpa membantu.
Arin memapah Aldo ke kamar lelaki itu, sebelumnya ia meminta agar Tiris membawa segelas air hangat ke kamar Aldo.
"Do, kamu ini sadar apa enggak sih?" Arin menggoyang-goyangkan tangan Aldo pelan.
Tak ada jawaban.
Ugh..
Sabar Arin, dia ini lagi mabok.
Arin membuka sepatu dan kaus kaki Aldo dengan telaten lantas menyelimuti tubuh lelaki itu.
"Non, ini minumnya" Arin meraih segelas air hangat dari tiris kemudian membiarkan wanita itu pergi meninggalkan kamar Aldo.
"Minum dulu Do" dengan gugup Arin membantu Aldo untuk minum sampai air di gelas itu tandas habis.
Arin memainkan ponsel barunya, kiriman dari mertuanya semalam. Dengan ragu ia menelpon nomor sahabatnya.
Tut tut..
Arin ragu jika Glory brenanve, sahabatnya. Akan mengangkat telpon darinya melihat jam yg kini menunjukkan angka 3. Menjelang subuh.
"Hallo" Arin terkekeh mendengar jawaban malas dari sahabatnya.
"Hallo. Siapa sih nih? Kalau mau usil sama yg jomblo aja sana, gue udah punya pacar kali" lagi lagi Arin di buat terkekeh dengan jawaban Glory.
"Ini gue Arin, Glor"
"What? Arin?" ia nampak terkejut, itu terdengar dari suaranya yg sedikit menyentak
"Kita video call, tapi lo yg nelpon. Gue mau cuci muka dulu, hehehe" mendengar kekehan bodoh sahabatnya, Arin hanya menggelengkan kepala walau ia tau sahabatnya itu tak akan bisa melihat ekspresinya sekarang.
Dengan segera ia kembali menghubungi Glory seperti yg di inginkan sahabatnya itu, video call. Arin dan Glory kini dapat saling melihat wajah satu sama lain. Arin dapat melihat wajah khas bangun tidur sahabatnya, yg begitu jelek. Sedangkan Glory dapat melihat wajah Arin yg terkekeh geli.
"Kenapa lo jutek gitu?" Arin dapat melihat wajah jutek sahabatnya.
"Lo pacaran sama konglomerat gak bilang bilang sama gue, parah lo ya. Sekarang pake acara udah nikah lagi"
"Gak gitu Glo, ini tuh gak seperti yg lo pikirin"
"Maksud lo?"
"Gue nikah sama Realdo karena uang"
"What the hell? Lo nikah bayaran?"
"Sebenarnya--" mengalirlah cerita Arin tentang kejadian yg di alaminya.
"Ya ampun Rin, jadi gimana kabar rumah tangga lo? Lo gak di paksa muasin Aldo itu kan?"
"Ya ampun Glo, pikiran lo tuh ya"
"Ya abisnya kan gosipnya, Realdo Blacker, suami lo itu selalu clubing buat main sama jalang dan mabok-mabokan"
"Ia sih, gue tau itu. Tapi dia gak gitu kok ke gue, lagian gimana mau gituan orang dianya aja dingin banget" balasku jutek
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Devil
Romance"Kalau kamu membutuhkan pekerjaan, kamu bisa menikah dengan anak saya" tawar Dyaprina dengan mudahnya. "Em..maaf, tapi saya bukan pelacur Nyonya" ujar gadis itu ragu. Dyaprina terkekeh dengan ucapan gadis di depannya namun kemudian menampilkan serin...