Rasa

425 1 0
                                    

Hari minggu seharusnya menjadi hari untuk beristirahat sejenak dari padatnya aktivitas. Berbeda dengan yang dialami oleh  Bilal. Minggu paginya yang indah diganggu oleh sang ayah, Dirga.

Dengan alasan sebagai penerus bisnis ayahnya kelak, Bilal harus rela tidur nyenyaknya diganti dengan setumpuk berkas-berkas yang harus dikerjakan dan dipelajarinya.

Tak sampai disitu saja ketika Bilal ingin membayar hutang tidurnya dia mendapatkan kabar bahwa sang adik, Cinta jatuh demam.

"Ke dokter?"

Yang ditanya hanya menggelengkan kepala sambil menutupi sebagian wajahnya dengan selimut tebal. Kebiasaan buruk Cinta ketika sedang sakit adalah tidak ingin dibawa ke rumah sakit. Cukup dokter saja yang kerumahnya, dia sangat benci aroma rumah sakit.

"Bang Bilal.."

"Apa?"

"Ini hari minggu, Cinta gak mau les piano"

"Iya.. lagi sakit juga kan" ucap Bilal seraya mengusap pelan kepala Cinta.

"Tapi, mau ke meet and greet mba Kea"

Bilal menghentikan usapan lembutnya, mata sayupnya berubah membesar.

"Tahu kan lagi SAKIT?  panas kamu 39 derajat. Gak usah aneh-aneh" ucapnya seraya menekankan kata Sakit.

Bukan Cinta namanya kalau tak berhasil membujuk Bilal. Dengan memanyunkan sedikit bibirnya, mata yang mulai berkaca-kaca, ditambah dengan suaranya yang parau khas orang sakit.

"Kita kan gak ada yang tahu kedepannya gimana, mungkin ini permintaan terakhir Cinta ke bang Bilal" ucapnya.

"Abang ngantuk ta.. yaudah iya biar abang yang kesana" putus Bilal.

•••

Disambut dengan antrean yang lumayan panjang hanya untuk acara meet and greet. Bilal datang saat sesi terakhir yaitu sesi tanda tangan.

Dengan membawa dua buah paper bag, Bilal pun ikut mengantri. Kalau bukan karena Cinta yang sedang demam dia tidak akan mau berdiri seperti orang bodoh disini.

Bilal paling benci novel apalagi yang bergenre romance, menurutnya ketika seorang pria membaca novel dengan genre romance sangat menjijikan. Tetapi, lihatlah kini dia sedang berada dalam acara meet and greet penulis novel romance dan Bilal menjadi salah satu pria yang menjijikan saat ini.

"Minta tanda tangan dan foto bareng aja"

"Ini apaan?"

"Buku yang mau ditanda tanganin, nah yang ini kado buat mba Kea. Titip ya abangku"

Ya isi dua paper bag yang dipegang Bilal adalah buku-buku yang akan ditanda tangani dan hadiah untuk sang penulis yang dititipkan oleh sang adik.

Tinggal dua orang lagi di depan Bilal, sedikit mengintip karena penasaran dengan wajah sang penulis yang kata Cinta "cantik", namun tak terlihat sebab sang gadis memakai topi berwarna pink dengan rambut yang di gerai, ditambah ia menunduk ketika sedang membubuhkan tanda tangan.

Kini giliran Bilal maju, mata mereka beradu pandang. Sontak keduanya terkejut. Siapa sangka penulis yang di idolakan adiknya adalah orang yang sama dengan gadis yang menghinanya di supermarket beberapa hari yang lalu.

"Mau ditulis apa?" Tanya Kea berusaha profesional.

"Cinta"

"Maaf, mas ini sesi tanda tangan bukan sesi ngegombal"

A NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang