Tak Sekuat Baja

177 4 1
                                    

"Mohon dijaga pandangannya mas, Kea ini aset gue yang paling berharga"

"Manis sih" ucap Bilal sambil terkekeh malu karena ketahuan diam-diam memandangi Kea.

Di Cafe tempat biasa Bilal, Rasya, dan Rio menghabiskan waktu mereka untuk sekedar nongkrong biasa atau tak jarang mengerjakan tugas-tugas kampus. Bedanya kini ada tiga orang bidadari dihadapan mereka.

Cinta, yang merasa tertipu dengan tawaran sang kakak yang mengatakan ingin mengajaknya makan ice cream vanilla kesukaannya tetapi malah terdampar duduk dihadapan Rio. Semangkuk Ice cream vanilla memang ia dapatkan tetapi tidak diikuti dengan mood yang baik.

Kea, yang tadi pagi ditawari oleh Rasya sepupunya untuk ikut hangout bersama akhirnya memutuskan untuk bergabung. Bukan karena adanya Bilal disini, melainkan Kea rasa dirinya memang membutuhkan udara segar sejenak dengan bersantai ia harap ide-ide untuk melanjutkan tulisannya yang sempat tertunda segera terselesaikan.

Dan yang terakhir Putri, dengan alasan keceplosan Rio memberitahu pada Putri bahwa ia akan hangout siang ini dengan Bilal disini. Tidak membuang kesempatan Putri pun segera datang ke cafe ini. Namun siapa sangka aura disini begitu canggung ditambah dengan kehadiran seorang perempuan yang Putri tidak kenal dan Bilal sang pujaan hati sedari tadi tertangkap oleh kedua matanya sedang mencuri pandang pada perempuan tersebut.

"Cinta kok mukanya ditekuk gitu" tanya Rio.

"Pasti ini ide kak Rio kan nyuruh bang Bilal bawa aku kesini?"

"Iya. Tapi kan ada mba Kea juga disini masa kamu masih bad mood" bujuk Rio.

Kehadiran Kea memang membuat mood Cinta sedikit membaik. Tetapi, adanya Putri makin membuatnya kesal setengah mati. Cinta memang tak pernah menyukai Putri, padahal Putri selalu berusaha merebut hati Cinta dengan membelikan makanan, pakaian bahkan novel untuk Cinta. Tetapi tetap saja tak membuahkan hasil sama sekali.

"Ada kakak juga kok" ujar Putri, ia merasa ketiga lelaki ini terlalu mengaggungkan Kea. Putri tak suka itu, ia tak pernah di anggurkan seperti ini sebelumnya.

"Kak Putri kan gak diundang ngapain ikut sih" jawab Cinta sinis.

 Bilal sebisa mungkin menahan tawanya dengan menutup mulutnya. Cinta terlalu jujur pikirnya.

"Cinta gak boleh bicara seperti itu. Ayo minta maaf" ucap Kea.

"Gak usah sok baik. Gue tahu lu itu pura-pura baik di depan mereka kan?" Celetuk Putri. Sudah ia bilang ia tak suka dengan hadirnya Kea disini, kini Kea belaga ingin menjadi pahlawan di depan Bilalnya.

"Put" tegur Bilal pelan.

"Kamu jangan ketipu sama wajahnya yang sok polos"

"Lagian dia siapa sih? Dari tadi aku perhatiin mata kamu tuh cuma lihat dia aja. Kamu sadar gak disini ada aku juga?" lanjut Putri.

"Putri! Cukup!" Bentak Bilal.

"Pertama gue gak pernah undang lo kesini, kedua gue gak suka lo ngomong kasar ke Kea. Gimanapun perasaan gue ke dia itu urusan gue, bukan urusan lo! Masalah perasaan lo itu udah pernah kita  bahas put. Tolong lo ngerti"

Putri hanya diam. Ia tahu hati Bilal memang belum terbuka untuknya. Namun ia tak akan pernah mengizinkan siapapun untuk mencoba masuk kedalam hati Bilal. Ia yang lebih dulu kenal Bilal bukan Kea.

Dengan berat hati Rio menawari mengantar Putri pulang sebelum keadaan makin memburuk. Toh memang tadi Putri datang bersama dirinya. Dan sebelumnya Rio sudah memprediksikan ini akan terjadi.

Niat ingin bersantai sejenak hancur seketika karena urusan hati. Inilah yang tak pernah Kea inginkan, bermain dengan urusan hati.

"Kita pulang yuk, sya" bisik Kea pada Rasya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang