Setelah selesai membersihkan tubuh dengan mandi air hangat, Kea menyalakan benda berbentuk persegi panjang berlogo apel yang terletak di atas meja belajarnya.
Menulis adalah salah satu pilihan untuk menghabiskan waktu luang. Ditemani dengan tetesan air hujan yang masih setia turun diluar sana. Biasanya saat hujan turun Kea dapat dengan mudah merangkai kata demi kata yang ingin ia tumpahkan kedalam suatu cerita. Namun tidak untuk saat ini, pikirannya terbagi menjadi dua.
Tidak fokusnya saat ini diakibatkan oleh kejadian di supermarket tadi. Seorang laki-laki yang baru tiga kali ditemuinya secara tidak sengaja, mampu membuat pikirannya seperti ini.
Sebenarnya mau apa Bilal terhadapnya? Ingin balas dendam akan kejadian beberapa hari yang lalu kah atau memang ikhlas memberi tumpangan terhadap Kea? Kea sadar ucapannya saat itu memang sangat keterlaluan. Namun siapa yang peduli. Selama ini orang-orang disekitarnya pun tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan terhadap Kea. Jadi untuk apa Kea peduli kepada mereka.
"Fokus fokus fokus, kalau kamu gak fokus kapan mau selesai ini cerita" ucap Kea meyakinkan dirinya seraya menepuk-nepuk kedua pipinya.
"Permisi Non, dipanggil ibu dan bapak dibawah" itu Bi Sri, asisten rumah tangga Kea.
"Iya, nanti Kea turun"
"Sekarang Non, soalnya ada pacarnya tuh lagi diintrogasi sama bapak. Kasihan mukanya pucat gitu"
"Pacarnya siapa?"
" Ya pacarnya non Kea lah, masa pacarnya bibi"
Siapa laki-laki yang malam-malam begini nekat kerumah dan ngaku jadi pacar Kea. Sudah tidak waras rupanya orang itu.
Dengan penasaran Kea pun turun keruang tamu yang berada dilantai satu. Seraya sedikit mengintip dibalik tembok sebelum benar-benar bergabung dengan kedua orang tuanya.
Bagaimana tidak terkejut, pacar eh maksudnya laki-laki yang dimaksud Bi Sri adalah Bilal. Kedua orang tuanya sedang berbincang-bincang dengan Bilal. Amira dengan senyum ramahnya sedangkan sang suami Bagaskoro dengan tampang sangarnya. Dan benar kata Bi Sri, wajah Bilal sedikit pucat. Kea yang tak tega pun langsung bergabung dengan mereka bertiga, mungkin aura ketegangan itu akan sedikit berkurang dengan hadirnya Kea.
"Ngapain malam-malam kerumah orang, gak tahu orang lain mau istirahat apa?" Ucap Kea.
Jangan salahkan Kea yang kembali bertanya dengan nada ketusnya. Sebenarnya ia tak berniat ketus, namun entah mengapa jika berbicara dengan seorang Bilal nada bicaranya selalu seperti ini.
"Mba Kea, bicaranya sopan sedikit dong. Ini kan tamu" ucap Amira mengingatkan.
"Nak Bilal cuma mau balikin ponsel kamu yang tertinggal di mobilnya tadi" lanjut Bagaskoro masih dengan wajah tak bersahabatnya itu.
Rupanya niat Bilal baik, ia hanya ingin mengembalikan ponsel yang tertinggal. Namun sejak kapan ponsel Kea tertinggal di mobilnya Bilal? Kea sendiri bahkan tak sadar jika ponselnya tertinggal.
"Oh ya?" Hanya itu yang keluar dari bibir Kea.
Sungguh ia sangat malu sekali telah menuduh yang macam-macam terhadap Bilal.
"Kalau begitu saya permisi dulu om, tante, Kea, Assalammualaikum"
"Waalaikumsalam" ucap ketiganya serempak.
Setelah kepergian Bilal, Bagaskoro langsung mengintrogasi anak gadisnya itu.
"Kok bisa tertinggal?" Tanya Bagaskoro langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Novel
RomanceHanya sebuah kisah yang ringan, jangan berharap lebih dengan kisah mereka. Jangan berpikir akan ada sebuah adegan tragis atau patah hati yang berkepanjangan. Sebab ini bukanlah sebuah novel, bukan seperti novel-novel yang sering ditulis oleh Kea. In...