Nando berjalan menuruni tangga. Ia akan pergi ke kedai depan komplek. Nando berjalan menuju parkiran namun tangannya di cekal oleh Freya. Freya adalah adik kandung Nando, sejak kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya Nando dan Freya hidup berdua di rumah sederhana peninggalan kedua orang tua mereka. Nando siswa Smp Gn, yang mempunyai prestasi di bidang akademik dan non akademik yang cukup baik namun, semua berubah saat orang tuanya meninggal. Freya pun sama ia yang sangat aktif dalam berbagai bidang kini menjadi pendiam. Nando dan Freya selalu berusaha agar perusahaan yang di bangun oleh papahnya tidak bangkrut karena, itu satu-satunya sumber kehidupan mereka.
"Apa?" tanya Nando. Freya menggeleng lalu ia memeluk Nando.
"Freya takut bang. Abang jangan tinggalin Freya kayak Mom sama Dad." ujar freya seraya meneteskan air mata.
"Hei ... Kok nangis, abang akan selalu disini sama Freya. Abang gak akan biarin satu orang pun nyakitin adik abang ini." pelukan itu semakin erat.
"Kamu ikut abang aja yuk , ambil jaket terus tutup pintunya." freya mengangguk lalu berlari menuju kamarnya.
Jalanan kota Bekasi saat ini cukuplah lancar. Mungkin karena sudah siang. 'Cafe Qween King' begitulah tulisan yang tertera di pintu masuk. Nando mencari ketiga sahabatnya siapa lagi kalo bukan Artha, Reza serta Vino. Pojok dekat cendela, mungkin begitulah deskripsi lokasi duduk mereka. Nando dan Freya pun duduk lalu memesan beberapa makanan.
"Diem mulu tha." ujar nando kepada artha yang sendari tadi memainkan laptopnya. Artha yang di ajak berbicara hanya mengangguk lalu fokus lagi ke laptopnya.
"Gimana do? Udah siap jadi kakak kelas belum lu?" tanya Reza.
"Dek lu siap kaga gua hina pas mos?" sontak semua mata tertuju pada nando, kecuali artha.
Pletakk
Nando hanya tertawa melihat ketiga temannya. "Yaudah klo gua sih siap-siap aja. Btw ntar tuh mos ribet kaga?"
"Tanya tuh sama frozen" ucap reza. Saat hendak tanya nando sempat bingung kemana freya pergi tanpa seizinnya. Nando berdiri duduknya untuk mencari freya. Namun tangannya dicekal artha. Semua mata yang ada di sebelah nando pun menatap artha heran. Artha pun menunjuk dimana freya berada.
🍁🍁🍁
Awan hitam, hujan tak lama lagi akan turun namun, alena belum pergi untuk mencari tempat berteduh. Alena terus berjalan hingga ia tak sadar sampai disebuah cafe. Sudah jauh ia pergi meninggalkan rumahnya. Mungkin bisa disebut kabur dari kenyataan. Namun faktanya tidak seperti itu. Alena pun masuk kedalam cafe tersebut.
Brukk
"Auuw" ringis alena. Semua menatap siapa yang di tabrak oleh nando.
"Sorry." ujar nando seraya menatap alena.
Alena pun mengangguk lalu pergi meninggalkan nando. Semua mata terpaku bagaimana ada seorang cewek yang bisa cuek ke mereka.
Akhirnya nando pun memanggil freya dan mengajak nya untuk segera pulang.
Alena memesan beberapa makanan untuk dibawanya ke apartermen. Ia duduk sambil memainkan ponselnya tanpa ia sadari makanan yang ia pesan sudah jadi. Alena melangkahkan kakinya meninggalkan cafe tersebut. 15 menit ia sampai di apartermennya, di masukan makanan tersebut pada wadah lalu ia membawanya ke depan tv. Ia memakan dengan perasaan santai namun pikirannya masih tertuju pada ucapan Mamahnya. Ia pun segera menempiskan pikiran buruk lalu mencuci wadah tersebut.
Alena saat ini sudah siap untuk masuk ke smp barunya. Smp Gn, sekolah pilihan papahnya. Sebenarnya alena tak berniatan untuk masuk ke sma tersebut namun karena paksaan papahnya ia pun mau menuruti keinginan papahnya. Ia oun melangkahkan kakinya pada koridor Smp Gn, dilihatnya pada Mading 'VII B' begitulah tulisan yang tertera. Alena pun mencari letak kelasnya.
Brukk
"Sorry. Sini gua bantu," suara lembut wanita tersebut. Alena pun mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang menolongnya.
"Eh, iya. Kamu bukannya yang kemarin sama empat cowok ya?" tanya alena polos.
Freya pun mengangguk lalu menjulurkan tangannya. "Freya alansky." Alena pun menjabat tangan freya, " Alena putri. Panggil aja ale," freya pun mengangguk lalu berpamitan pada alena.
Alena pun melanjutkan pencarian kelasnya, tak lama ia pun bertemu dengan saudara kembarnya -Alana. Alena pun tak cukup berani untuk mendekati alana karna ia tau kalau sifat alana mirip dengan sifat mamahnya yang egois dan selalu iri.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Alone
Teen FictionCintailah aku dengan kekuranganku, karena kesempurnaanmu tanpa kekurangan ku tak akan lengkap. -Fernando A. Aku mencintai kekuranganmu dan secara perlahan kamu juga akan mencintai kekuranganku dan secara perlahan akan menjadi kesempurnaan kita. -Ale...