Weekend

267 25 11
                                    


Lagi-lagi Nathan bolos keesokan harinya dan juga besoknya. Mahasiswa teladan kelas kami baru saja tak masuk kuliah selama 3 hari berturut tanpa keterangan. Dia bahkan pernah tak masuk seminggu tapi baru kali ini dia tak masuk tanpa mengabariku.

Tak berteman aku begitu merana kesana kemari bersama teman sekelas lain tanpa benar-benar punya teman bercerita. Kalau dia sampai tak masuk karena hal tak penting, aku akan mencabik-cabik Nathan begitu ketemu.

"nih. Laptop elo." Malam minggu. Aku duduk dipojokan tempat biasa duduk bersama Nathan. Dalam hitungan detik, si anak laptop muncul bersama susu kotaknya.

Laptopnya selesai hari ini dan aku kehilangan uang. Moodku jelek dan menghilangnya Nathan membuat moodku semakin jelek.

Dia mengembalikan laptopku dan langsung memeriksa laptopnya. Setelah yakin laptopnya bisa berfungsi dengan baik dia baru memandangku.

"oke. Kita udah gak punya urusan lagi. Lo gak usah sapa gue kalau kita pas-pasan." Katanya. Anak kurang ajar. "tapi, lo serius gak paham foto yang gue lihatin tempo hari?"

"kita bisa gak saling kenal mulai sekarang?" tanyaku sewot sambil menghidupkan laptop. Aku hampir terpekik saat wallpaper laptopku menyala. Dia memajang foto wanita nyaris bugil. Gelagapan, aku berusaha mengganti foto itu secepat mungkin. Berakhir dengan aku memajang foto jalanan yang diambil dari dalam mm tempo hari. Dia memindahkan beberapa foto diluar folder fotoku.

Aku memakinya dan dia terbahak.

"sekali lagi gue kasih tahu, Willy gak begitu berkualitas. Kalau lo gak suka sama si jangkung, lo bisa pedekate ama gue. Gimanapun, kita punya kenangan indah. Sampai sekarang gue masih penasaran. Kalau wangi coklat, bibir lo rasa coklat juga gak ya?"

Sebelum aku sempat melemparnya dengan apapun, dia sudah berdiri menjauh. Dari jarak aman, dia melayangkan kissbye dan keluar lobby. Anak itu benar-benar membuatku jengkel.

Lobby dimalam minggu selalu ramai. Kami tak punya jam malam dimalam minggu. Kebanyakan keluar asrama tapi sebagian besar Cuma nongkrong di lobby. Dari keramaian itu, duduk sendiri jelas bukan pilihan yang bijak.

Pura-pura sibuk dengan laptop, aku jadi memperhatikan foto-foto yang disodorkan si bocah itu tempo hari. Ada apa dengan foto ini? Apa ada penampakan?

Berapa lamapun aku memandanginya, aku tak bisa menemukan apapun.

Nathan. Sungguh. Dia begitu jahat meninggalkanku sendiri.

Saat itu, aku menangkap teman sekamar Nathan yang melintas bersama pacarnya. Mereka selalu bersama dan sekarang dia sendiri.

"Nathan..."

"gak usah takut, pukulan gue lebih mematikan dari Nathan. Dia kemana?"

Dia melihat pacarnya, ragu untuk buka mulut. "dia bilang jangan kasih tahu elo."

Aku serius saat aku bilang pukulanku lebih sakit. Badanku boleh kecil tapi pukulanku cukup menyengat.

"dia sakit. Badannya panas udah berapa hari. Udah kedokter kok. Sama dokter dia disuruh istirahat."

"dia demam dari jumat?" itu hari aku tak melihatnya.

"gak. Dari rabu sore udah panas."

"tapi dia masih ketemu gue malam jumat."

"waktu ujan itu kan? Dia Cuma keluar mau nganterin paying. Iya, itu hari terakhir dia keluar. Berapa hari ini dikamar. Batuk, ingusan."

***

Aku mati-matian membujuk penjaga asrama cowok untuk mengijinkanku masuk. Setelah hampir menangis, dia akhirnya mengantarku ke lantai 2. Ke kamar Nathan.

One Week Love 1 (completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang