Satu

72 4 0
                                    

Pembaca yang baik, tolong beri tanda jika terdapat kesalahan dalam penulisannya ya... :)

Terima sehun...

******

Setelah turun dari tukang ojek tadi aku memilih untuk berjalan kaki, tidak memakai kendaraan umum seperti kataku kepada si bapak tukang ojek tadi. Dan akhirnya sampailah aku disini, di sebuah minimarket yang tidak jauh dari tempatku turun tadi, untuk sekedar membeli minuman pelepas dahaga. Entah sudah berapa lama aku duduk di kursi depan minimarket ini

Aku melirik jam yang melingkar di pergelanganku, pukul 10.05. Itu artinya sudah hampir satu setengah jam aku duduk disini, pantas saja udara sudah mulai panas. Lebih baik aku pulang saja, daripada luntang lantung tidak jelas seperti ini.

Aku bangun kemudian melangkahkan kakiku untuk mencari angkot atau mungkin taksi yang melewati jalan ini. Dengan hak setinggi 5 cm yang menyangga, kakiku rasanya pegal sekali.

"Hiks, Hiks, Hiks." belum sempat aku berjalan 10 langkah, pendengaranku seperti menangkap sebuah suara tangis. Tangisan seorang bocah lebih tepatnya.

Aku menolehkan kepalaku ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara. Dan disebelah kanan--- tepat 5 meter dari tempatku berdiri, aku menemukan seorang gadis kecil--- yang tampak manis dengan seragam TK kotak-kotaknya, sedang menundukan kepalanya dengan punggungnya yang bergetar menahan isakannya.

Secara refleks, kakiku melangkah menghampirinya. Sesampainya di depan dia, aku berjongkok untuk mensejajarkan tinggiku dengannya. Tanganku terulur untuk mengangkat wajahnya yang menunduk, aku ingin  melihat wajahnya lebih jelas.

"Hei kamu kenapa anak manis? Kok nangis hmmm?" tanyaku menatap wajahnya yang penuh air mata.

"hiks, hiks, hiks, Huaaaa." Bukannya menjawab pertanyaanku. Ia malah menangis semakin kencang. Sontak saja aku langsung menariknya kedalam dekapanku untuk meredakan Tangisannya. Bagaimana kalau ada orang yang melihat dan mengiraku berbuat yang macam-macam kepadanya? Bisa di sangka penculik aku. Padahalkan aku hanya bertanya.

"Cup, cup, cup. Sayanggg. Tenang ya, gapapa ada Tante disini. " Ucapku sambil mengelus rambut hitam panjangnya. Akhirnya ia pun membalas pelukanku.

Cukup lama kami berpelukan, sampai akhirnya tangisannya tak seheboh tadi. Setelah kurasa ia sudah cukup tenang, aku mengurai pelukan kami. Menatap wajah bulatnya yang tadi sempat di penuhi air mata. Kuhapus sisa air mata yang menghiasi pipi chubby nya.

"Are You Okay?" Ia menatapku dengan  mata setengah bulatnya. Kenapa aku katakan setengah bulat? Itu karena dia sipit. Jadi matanya yang hampir bulat terhalang oleh kesipitannya hahaha. Ngomong-ngomong tentang mata, aku baru sadar mata milik anak ini mengingatkanku kepada seseorang.

Kulihat dia menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaanku tadi. Aku tersenyum melihat itu. Anak yang manis.

Aku bingung harus memulai percakapan dengan kalimat apa. Aku takut salah memberi pertanyaan ataupun pertanyaan, hingga akhirnya membuat dia menangis lagi seperti tadi.

Masalahnya yang aku hadapi saat ini adalah seorang anak kecil yang jika kuperkirakan umurnya mungkin sekitar 5 tahun. Dan melihat dari seragam yang ia kenakan, sepertinya dia salah satu murid dari TK seberang.

Aku yang seorang anak Tunggal--- yang adik atau kakak saja tidak punya, apalagi keponakan--, jelas sangat sadar akan minimnya pengetahuanku tentang anak kecil.

Dari pada salah langkah dan membuat anak orang menangis (lagi), akhirnya aku memilih untuk mengajaknya membeli es krim untuk kemudian menikmatinya di bangku depan minimarket yang sebelumnya aku duduki.

Kami duduk bersisian di kursi yang bahkan baru beberapa menit yang  lalu akan aku tinggalkan. Kami  menikmati es di tangan kami dengan kehenginan yang merajai. Aku merasa seperti sedang berlomba diam-diaman. Kami terlalu sibuk dengan es di tangan kami, sampai tidak memperdulikan kendaraan yang berlalu lalang di depan kami. Kami 

Kulihat dari ekor mataku sesekali ia mendongakkan wajahnya untuk menatapku, kemudian kembali menunduk ketika aku balas menatapnya. Satu hal lagi yang aku ketahui dari anak ini, selain manis dia juga pemalu. Gemasss sekali aku dibuatnya. Ingin rasanya kubawa pulang anak ini, kalau tidak mengingat orang tuanya yang mungkin akan mengkhawatirkannya.

Terlalu lama hening, sampai akhirnya aku yang tidak tahan dengan keheningan yang mengelilingi kami. Akhirnya aku yang harus mengalah dan mengeluarkan suaraku yang sejak tadi aku tahan-tahan.

"Tante boleh kenalan sama kamu gak?  Nama kamu siapa?" aku tersenyum sambil mengulurkan tanganku, membiarkan tanganku mengambang, menunggunya menyambut uluran tanganku.

Dengan ragu-ragu ia membalas uluran tanganku, menatapku dengan mata setengah bulatnya yang mengingatkan aku kepada seseorang. "Nama.. Aku.. Aa.. Abel" katanya dengan terbata-bata. Aku ber-oh-ria.

"Nama yang cantik, secantik orangnya." Abel---anak itu, tersenyum mendengar balasanku.

Aku memang tidak berbohong saat mengatakan dia cantik. Dengan mata setengah bulat, dan poni rata yang menghiasi keningnya, membuatnya terlihat cantik dan lucu disaat yang bersamaan.

"Tante juga cantik, mata tante bulat kaya mata cewek-cewek yang ada di kartun yang suka Abel nonton sama Daddy" Katanya dengan mata berbinar. Diluar dugaanku ternyata anak ini lebih cerewet---dalam artian terbuka, dari yang aku kira.

Sudut bibirku terangkat mendengar penuturannya. Akhirnya anak ini mau bicara juga. "Oh yaaa? Kamu suka banget nonton kartun pasti yaa?" Pertanyaan bodoh Hani, jelaslah anak kecil suka menonton kartun, memang nya apa lagi yang bisa di tonton oleh seorang anak di umur---yang aku perkirakan, sekitar 5 tahun selain kartun?

"Ohiya, kenalin nama Tante---"

"Abelll!!!" Belum sempat aku menyebutkan namaku, suara bariton di depan kami menginterupsi perkataanku. Nada suaranya rendah namun tersirat ketegasan di dalamnya.

Dengan cepat gadis di sampingku ini melangkahkan kakinya dengan setengah berlari menuju ke sosok lelaki di depan sana.

Aku terpaku melihat pemandangan di depan mataku. Bukan! Bukan karena rasa haru atau apapun itu, melihat mereka berpelukan. Melainkan karena rasa kaget sekaligus perasaan ahh entahlah, akupun bingung menjelaskan apa yang saat ini aku rasakan terhadap diriku sendiri.

Laki-laki itu... laki-laki itu kenapa bisa disini? Dari sekian banyaknya manusia di Bumi ini, kenapa harus laki-laki ini yang aku temui hari ini? Perbuatan apa sudah aku lakukan di masa lalu sehingga membuatku tertimpa kesialan yang bertubi-tubi hari ini? Terlebih setelah mendengar gadis kecil---Abel, itu memanggilnya dengan sebutan "Daddy" Ingin aku berlari menjauh dari tempat ini, tapi kakiku seperti dipaku dan bokongku seperti terkena lem yang membuat tubuhku benar-benar menempel dengan kursi ini. Yaaa Tuhan ingin sekali aku menenggelamkan diriku rasanya.

******
Halo._.

Yang baca dapat salam dari Abel dan yang dipanggil "Daddy" sama Abel ❤️ hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang baca dapat salam dari Abel dan yang dipanggil "Daddy" sama Abel ❤️ hehehe.

28 Oktober 2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Is You ⏺️Sehun EXOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang