Chapter 3

38 5 1
                                    

Dug...dug...dug...

Suara itu membangunkan dua anak manusia yang sedang terlelap.

Elang membuka matanya karena suara tersebut. Dengan waspada dia melihat ke arah luar jendela. Ada beberapa zombie yang sedang mengetuk-ngetukan kepala-nya ke tembok.

Elang's pov

"Jen...jen...bangun"Ucap Elang sambil mengoyang-goyangkan tubuh Jena.

"Apa?" Ucap Jena masih setengah sadar.

"Sstt....jangan berisik. Di depan pintu ini ada sekumpulan zombie. Sepertinya mereka tidak mempunyai mangsa lagi untuk diburu."

Lalu Jena melihat melalui jendela. Zombie itu seperti sedang tertidur sambil berdiri.

"Lalu kita harus apa? Gua laper banget."

"Gua juga gak tau. Kita harus menunggu sampai zombie-zombie itu pergi. Kita gak tau apa-apa tentang zombie itu. apa kelemahannya. Apa kelebihannya. Jadi kita harus berhati-hati."

"Baiklah" Ucap Jena pasrah.

Drtt..drtt...

"Bunyi hp siapa itu?" Ucap Elang sambil melihat sekeliling.

"Ah hp gua. Hp gua masih ada di rok putih gua. Bentar." Ucap Jena sambil merogoh rok putihnya.

"Dari siapa? Apa diluar sana masih ada yang selamat?" Ucap Elang bersemangat.

"Dari Sarah. Te..men gu..a lang, dia masih hidup." Ucap Jena gemetar.

"Halo. Sarah...Lu masih hidup?"Ucap Jena.

"Jen...Ah syukurlah lu angkat telpon gua. Gua kira lu gak selamat. Gua selamat Jen. Lu dimana sekarang?" Ucap Sarah

"Gua di ruang kepsek rah. Bareng Elang."

"Oh syukurlah. Gua di ruang audio visual Jen. Semua yang selamat ada di sini. Lu dan Elang harus bisa ke audio visual malem ini juga. Karena besok pagi ada penjemputan oleh TNI di rooftop." Ucap Sarah

"Hah? Malam ini? Lu gila gua aja gak tau gimana caranya buat melalui zombie-zombie itu. Gimana gua bisa ke ruang Audio rah? Ruang audio jauh banget dari ruang kepsek." Ucap Jena keras.

"Ssttt....Jen udah gua bilang bicara pelan-pelan." Ucap Elang sambil membekap mulut Jena.

Dug....dug...

Suara ketukan disusul geraman itu berasal dari arah pintu.

"Sial....Sepertinya kita ketahuan."Ucap Elang.

"Enngg...kita harus gimana lang."Ucap Jena panik.

"Tenang. Dan jangan berisik. Berhenti bicara dan tutup telponnya sekarang."

Jena langsung menutup telponnya.

"Masuk ke dalam kamar mandi sekarang." Ucap Elang.

Jena langsung berlari dan masuk kedalam kamar mandi.

Sementara Elang mencari senjata untuk melawan para zombie. Dan dia menemukan beberapa stick golf di dekat lemari.

"Syukurlah. Pak kepsek nyimpen stick golfnya diruangannya."

Dan dia langsung bergegas masuk kedalam kamar mandi.

"Jen...pegang ini." Ucap Elang sambil memberikan satu stick golf kepada Jena.

Dug...dug....

Suara dari pintu makin terdengar kencang. Sepertinya para zombie sudah mengendus bau mangsanya.

"Gimana ini. Gua gak mau jadi zombie lang." Ucap Jena sambil berbisik ketakutan.

"Sabar. Gua lagi cari cara."

Seperti sebuah keajaiban. Elang melihat ada satu ventilasi yang terbuka di paling atas tembok kamar mandi.

"Jen. Ada ventilasi tuh diatas. Lu naik kepundak gua sekarang."

"Oh. Oke. Oke."

Jena pun naik kepundak Elang. Dan langsung mengapai ventilasi tersebut.

Brukkkkk.....

Suara pintu terjatuh. Dan geraman semakin mendekat.

"Jen. Tarik gua." Ucap Elang.

Jena pun langsung menarik Elang.

Tetapi ada tangan yang menarik kaki Elang dari bawah.

"Argghh....Arghh..."Geraman zombie tersebut sambil terus menarik Elang.

"Aaaa....Jen tarik gua jen." Ucap Elang.

Dan Jena pun berusaha menarik Elang lebih kuat lagi.

Brukkk.....

Apa yang terjadi selanjutnya. Penasaran? Tunggu di chapter selanjutnya. Annyeong....

~To be Continued~

~

Blood RuinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang