SATU HARI DI BULAN DESEMBER

64 11 9
                                    

BERSAMAMU MEMANG TAK PERNAH MUDAH. TAPI SETIDAKNYA DARI SITULAH AKU BELAJAR SATU HAL, BAHWA CINTA ITU PERIHAL BERJUANG

   Mataku masih terus saja memandangi dua burung yang sedang berterbangan. Mereka terlihat seolah sedang berkejar kejaran. Langit pagi ini memang tampak cerah. Matahari tertutup awan tipis. Cahayanya redup. Ditambah lagi hamparan rumput hijau dan pohon yang menambah indah tempat ini.

   "Kau sudah sering kesini?" tanya seorang pria dari arah belakang. Ia terlihat tersenyum. Langkah kakinya berjalan mendekat kearah ku.

   Aku menoleh ke belakang. Lalu membalas senyumnya itu.

   "Tidak, ini baru pertama kalinya aku datang kesini." kini ia sudah duduk di sampingku. Bangku di tempat ini terhitung sedikit, ukurannya pun kecil hanya muat untuk dua orang saja, itupun dengan jarak yang hanya sejengkal. Tanganku menutup novel yang ada di pangkuanku tapi belum sempat dibaca.

   "Kenapa kau memilih datang ke tempat ini?" tanyanya lagi.

   "Aku tak terlalu tahu tempat - tempat di sekitar kampus ini." jawabku seraya mengambil ponsel dari dalam tas ku. Aku mahasiswi baru di kampus, bahkan tergolong orang baru di kota ini. Sebelumnya aku tinggal di praha ikut dengan orangtua ku yang dinas disana. Dan sekarang aku memilih kuliah di indonesia dan tinggal bersama eyang.

   "Lain kali kau harus ikut denganku, akan ku tunjukan tempat yang lebih indah daripada tempat ini. Ku yakin kau akan merasa nyaman di tempat itu." ucapnya dengan wajah serius. Lagi-lagi dia menatap kearah ku dan tersenyum.

   Waktu berjalan begitu cepat. Obrolan singkat kami berakhir sampai disitu saja. Ku lihat jam di ponselku menunjukan pukul 10.25

   "Maaf aku pergi dulu, masih ada jam tambahan." ucapku padanya, kakiku melangkah meninggalkan ia sendiri di tempat itu. Dia hanya tersenyum, lalu menganggukan kepalanya.

   Aku mempercepat langkah kaki ku menuju ruang kelas. Di sepanjang koridor, aku masih terus saja memikirkan pria tadi. Aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengan pria tadi. Padahal sebelumnya aku belum pernah bertemu dengannya, bahkan namanya pun aku tak tahu.

                        📌📌📌

   Tiba di depan pintu kelas. Aku berdiam diri sebentar.

   "hei dis sini." ucap seseorang yang berada di antara segerombol orang yang sedang mengobrol. Aku menatap ke arah mereka dan tersenyum. Aku memilih untuk melangkahkan kaki menuju tempat duduk. Aku memang tak terlalu suka mengobrol, waktu luangku pun banyak dihabiskan untuk membaca novel.

   Ku buka novel yang belum sempat dibaca tadi. novel ini sudah lama, covernya pun sudah usang. hanya saja aku malas membacanya. Bukan karna jalan ceritanya yang tak menarik, tapi karna orang yang memberiku novel ini yang membuatku enggan untuk membacanya. Ya novel ini adalah hadiah pemberian dari seorang pria yang pernah mengisi hidupku (dulu). Sebenarnya novel ini kutaruh di bagian paling bawah rak buku, tapi hari ini entah kenapa ingin sekali membaca nya. lembar demi lembar kubuka, dan yang membuatku sedikit terkejut adalah ketika sampai di bagian akhir novel ini. Ya aku paham betul ini tulisan tangan siapa.

   "Maaf jika aku tak bisa menjadi lelaki terhebatmu. mungkin selepas kepergianku, kau akan mendapatkan yang lebih baik dariku."
                                                TEO

   tak terasa air mataku menetes di pipi.

  "Ah... Seharusnya aku tak usah membaca buku ini, harusnya  dibiarkan saja terbengkalai di rak buku." gumamku, tanganku mengusap air mata yang jatuh di pipi. Tak lama kemudian dosen datang, kututup novel itu dan kumasukan kedalam tas.

HUJAN DAN SECANGKIR KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang