The "Brightest" Nightmare?

378 44 5
                                    

"Kenapa kamu selalu menghindar dariku?" Pertanyaan itu selalu ia lontarkan setiap kali kita bertemu. Meskipun kami baru bertemu 3 kali. Ah tidak, 4 kali dengan pertemuan di kantor. Aku tidak tau harus menjawab seperti apa lagi karena semua sudah ku jelaskan meskipun tidak sangat jelas.
"Karena aku tidak ingin kamu terlibat."
"Terlibat hal apa?"
"Sudahlah Park Jimin aku mohon jangan dekat-dekat aku lagi."
"Tidak mau."

••
chapter 3:
The "Brightest" Nightmare?

Satu bulan kemudian

Jimin POV

"Ah noona. Sekaliii saja. Kita sudah beberapa hari tidak bertemu." Aku berbicara dengan nada agak sedikit manja meskipun aku merasa ini sangat menjijikan.

"Hajima! (Hentikan!) Itu terdengar menggelikan." Ujar Seulgi diseberang telepon.

"Memang sih. Tapi Noona pasti suka, kan?" Aku mencoba menggodanya tapi yang didapat malah bentakan dari monster.

"Berhentilah menggodaku! Aku tidak suka! Apa kau pikir karena kamu tampan dan terkenal aku langsung jatuh hati padamu?" Ia terlihat begitu marah dan yah... untuk yang kesekian kalinya ia membentakku seperti itu.

"Aku tidak suka kau menggodaku"
"Jangan sok tampan"
"Kau menggelikan"
"Hentikan omongan menjijikan itu aku tidak suka kau mengerti?"

Seperti itu ucapan yang sering ia ucapkan padaku sampai-sampai aku hafal.

Anehnya aku tetap tidak peduli.
Mau dia membentak sekeras apapun aku tetap ingin menggodanya, berbuat manja terhadapnya, menjadi anak kecil baginya.

Karena aku kagum terhadap Noona?
Tapi kurasa ini bukan sekedar kagum.
Suka? Atau malah cinta?

Entahlah, yang jelas aku merasa sangat nyaman dengan Noona meskipun ia, aku tidak tau dia menganggapku sebagai beban atau hanya angin berlalu.

Tapi aku yakin aku bisa mendapatkan hati Noona.

Seulgi noona, gidaryo! (Tunggulah!)

•••

Seulgi POV

Padahal aku masih ada kerjaan. Tugasku kali ini adalah membuat video iklan untuk "The Bulletproof". Meskipun sudah sebulan sejak pertemuan pertama kami, tapi mereka benar-benar tidak punya pendirian sehingga project baru berjalan sekarang. Sekarang, bocah itu malah menelponku.

"Noona!!!!! Kamu belum tidur? Kenapa? Kan sudah malam. Besok kamu kerja bukan? Kamu tidak lelah?" Ia menyerangku dengan banyak pertanyaan yang membuat aku ingin mengumpat dengan suara yang keras.

"Park Jimin, aku masih ada kerjaan. Lagi pula ini baru pukul 10 malam. Mau apa lagi kamu menelponku? Sudah ya!" Aku ingin cepat-cepat mengakhiri mimpi buruk malam ini.

"Ah noona tunggu tunggu! Aku mohon jangan ditutup dulu telponnya. Aku mohon." Ia meminta belas kasihan. Cih, seperti ini kah sifat asli orang terkenal?

"Hhhh apa?" Jawabku dengan ketus. Tanganku masih bermain dengan keyboard dan mouse di atas meja kerja.

"Ayo kita bertemu besok Noona!" Katanya dengan suara yang kencang. Telingaku hampir meledak karena suaranya.

"Yaish! Ya! Tak perlu teriak-teriak bisa, kan? Berisik!" Lagi-lagi aku hampir mengumpat. "Aku besok tidak bisa. Sibuk."

""Ah noona. Sekaliii saja. Kita sudah beberapa hari tidak bertemu." Ia kembali merajuk dan entah kenapa aku malah tersenyum kecil.
Oh tidak, kenapa aku merasa senang?
Aku tidak boleh jatuh terhadapnya.
Aku tidak mau ia terlibat.

"Hajima! (Hentikan!) Itu terdengar menggelikan." Aku berusaha menampik diri sendiri. Bukannya aku tidak menyukainya.

"Memang sih. Tapi Noona pasti suka, kan?"
Dang! He's so on point!

Aku tidak menyangkal bahwa aku menyukai hal itu tapi aku merasa jijik jika aku menjawab "ya". Seperti bukan diriku yang sebenarnya.

Jujur saja aku merasa senang ada seseorang yang bisa ku ajak bicara. Setelah 2 tahun aku tidak boleh berhubungan dengan laki-laki, akhirnya aku diizinkan untuk kembali berinteraksi dengan mereka.

Dan sekarang bocah ini muncul dalam kehidupanku. Aku yakin sebenarnya dia cowok yang dewasa. Aku bisa lihat dari cara dia berpikir meskipun baru satu bulan lamanya kami berinteraksi.
Tapi aku tidak mau ini menjadi terlalu jauh. Dia terlalu polos. Dia terlalu suci. Aku tidak mau kejadian 3 tahun lalu terulang. Dan karena kejadian itu pula aku dilarang berinteraksi dengan laki-laki. Aku takut. Sungguh aku tidak mau dia ikut terlibat.

"Berhentilah menggodaku! Aku tidak suka! Apa kau pikir karena kamu tampan dan terkenal aku langsung jatuh hati padamu?"
Tidak, maafkan aku Jimin. Maksudku bukan seperti ini.

Rasanya kepalaku ingin meledak. Kenapa semua jadi serba sulit?
Keluarga, pekerjaan, bahkan...cinta.

"Ah...maaf noona. Kau marah ya? Maafkan aku." Suaranya sangat memelas. Kini aku merasa bersalah.
Tidak, lebih tepatnya merasa kasihan karena ia harus kenal dengan perempuan sepertiku.

Ku pejamkan mata sejenak dan berpikir keras apa yang harus aku lakukan. Apa jawaban yang tepat. Aku benar-benar tidak sanggup jika ia terus-terusan memelas.

"Park Jimin?" Kini kubuat nada suaraku menjadi sangat lembut.

"Eh...y...ya?" Mungkin dia kaget karena ini pertama kalinya aku berbicara dengan nada selembut itu.

"Besok jangan lupa ketemu sehabis aku pulang kantor. Jam 4 di Starbucks."

"JINJJA? ASSA!!! Noona naeilbwayo!! Gomawoyo!" (Benarkah? Yes! Sampai bertemu besok Noona! Terima kasih!)

"Ne algaesso" (baiklah)

Yah, mungkin satu bulan sudah cukup bagiku untuk mengenalnya.
Ku harap Jimin bisa menerimanya dan membiarkan aku pergi.

Aku benar-benar lelah sehingga terpaksa aku matikan PC dan membiarkan pekerjaanku hanya setengah selesai.

Masa bodo aku lelah.

Tak mau buang waktu, aku langsung mencuci muka dan bla bla bla, persiapan untuk tidur. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Aku tertawa kecil.

"Seulgi-ya, apakah kau bocah yang jam segini sudah tidur?"

Selagi aku membasuh muka, aku memikirkan apa saja yang akan ku lakukan esok hari. Bagaimana aku membujuk Pak Song agar dia tidak marah karena tugasku belum selesai, apa menu makan siang untuk besok, dan... apa yang harus aku lakukan ketika bertemu Jimin pada sore harinya.

Tunggu,
Kenapa aku merasa berat untuk pergi darinya?

Author's note:
Yayy akhirnya update jugaa setelah minggu uts selesai hiks.
Sebenernya udah mulai ngerjain chapter ini dari 2 minggu yang lalu tapi baru sekarang aku selesai-in lol. Oh iya maaf kalau ada yang typo ya karena gak aku baca ulang lagi. Anyways, enjoy the third part!
Pasti pada kepo deh kejadian 3 tahun lalunya Seulgi ada apa dan kenapa dia sampai gak boleh deket sama cowok hehe😁

Secretly Greatly (Jimin x Seulgi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang