By the way, maaf ya gue update nya lama. Sebenernya alurnya udah ada cuma yang bikin gue kesulitan tuh nyari kata-kata yang bagus-_- salah gue juga sih dari awal pakai kata-katanya terlalu baku wkwk.
Ohiya karena gue gak bisa bikin cerita dengan chapter yang kebanyakan (karena takut gak selesai) jadi gue bikin 10 chapter aja ya? kalo gak 10, 11 deh. eh 12 aja itu udah sama epilogue. eh entahlah yang jelas ga lebih dari itu pokoke.
Jadi karena gue cuma bikin dikit chapternya, mulai dari sini ceritanya bakal panjang. maaf ya kalo bosen ehe. anyways, enjoy yaa. vote dan comment jangan lupa hoho.
***
"Sekarang kamu tahu kan siapa yang mengambil nyawa kedua orang tuaku? Puas?"
"Tidak. Noona belum jawab aku akan terlibat dalam hal apa jika aku bersama denganmu."
"Itu kamu tidak perlu tahu."
"Kenapa aku tidak perlu tahu? Aku ini pacarmu!"
"A..Apa? Kau bercand-"
Bibirku kini dilumatnya.***
Chapter 4
Illusion
Author POV
Latihan pagi hari ini disponsori oleh amarah dari pelatih mereka, Son Sung Deuk. Semua member hanya terengah-engah, menarik napas daam-dalam dan berusaha mengisi tenaga dalam tubuh mereka yang sebentar lagi akan tumbang.
Bukan karena Seokjin yang menari dengan buruk. Ia sudah jauh lebih baik dari awal pertama kali latihan. Bukan karena Namjoon yang setiap kali latihan selalu menyakiti dirinya sendiri, entah itu terjatuh atau salah berpijak saat gerakan meloncat. Bukan karena Taehyung, Jungkook, dan Hoseok yang sering bergurau tanpa melihat situasi sehingga waktu mereka cukup terbuang sia-sia. Dan bukan karena Yoongi pula yang biasanya latihan dengan tenaga seadanya dan lebih banyak beristirahat daripada melakukan gerakan tarian.
Jimin. Ia menghela napas dengan berat, menggelengkan kepalanya seolah berkata
"Park Jimin kau kecewakan aku."
Ia selalu lupa gerakan, lupa posisi, timing yang telat, hingga berkali-kali latihan selalu diulang.
"Kamu itu kenapa Park Jimin? Mau selesai jam berapa ini? Jangan main-main!" Teriakan Son Sung Deuk terdengar hingga lorong lantai 4.
"Maaf Seonsaengnim. Aku minta maaf." Berkali-kali ia membungkukkan badannya.
"Ck. Ya sudah, saya badmood. Kalian berenam boleh kembali ke dorm. Dan kamu," Sang choreographer menunjuk Jimin yang terlihat pucat.
"Ulang lagi sampai 5 kali! Latihan hari ini selesai!."
"Ne. Terima kasih Seonsaengnim. Anda telah bekerja keras." Sahut semua member dengan kompak dimana pelatih mereka hanya mendengarkan mereka dengan setengah hati. Semua member tahu hal itu.
"Ya, Jimin-ah. Kamu kenapa?" Namjoon mendekati pria kelahiran 1995 itu yang sedang duduk lemas.
Jimin menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Sudahlah kalian pergi saja! Pulang sana!" Ia marah. Semua member terdiam, saling pandang satu sama lain.
Kalau Jimin sudah marah, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tandanya ia butuh waktu untuk sendiri.
"Baiklah, kami pergi dulu. Himnae." Namjoon berkata seraya membuka pintu, diikuti member lainnya secara bergiliran sembari melihat Jimin dengan tatapan kasihan.
Jimin membalas tatapan setiap mata member lainnya, seolah berkata
"Sialan, aku tidak butuh dikasihani!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Greatly (Jimin x Seulgi)
FanfictionNot just our love becomes greatly, but also the situation.