Chapter 1 - Prolog

181 18 1
                                    

Minta perhatiannya sebentar gaes. Cerita ini akan aku revisi yaa.. untuk segi alur ataupun konflik. Eitss.. tapi tenang aja, nama tokoh akan tetap sama kok. Harap dimaklumin ya karena bahasa dan penggunaan tanda baca yang masih acakadul 🙏🙏
Mungkin segitu aja basa-basinya..

Oke.. happy reading 😊


Kringg.. kringg.. kringg..

Bunyi alarm jam weker membangunkanku dari tidur panjangku ini. Segera ku tengok ke arah nakas, jam weker yang berdiri tepat disamping tempat tidur itu.

Argghhh!! Sialan!! Kenapa gak ada yang bangunin aku sih? Aduh fiks telat ini.

Segera tanpa berlama-lama lagi, aku beranjak dari tempat tidur untuk segera mandi dan bersiap ke sekolah.

Tak membutuhkan waktu yang lama aku selesai dan segera bergegas untuk pergi ke sekolah.







***


Sampailah aku di gedung yang amat megah ini. Yap.. SMA Negeri 12 Tunas Bangsa, Jakarta.

Yang konon menurut banyak orang merupakan sekolah terfavorit di Jakarta. Bahkan hanya dari kaum elite saja yang bisa masuk ke sekolah ini.

Tapi.. tidak denganku. Tak sedikit juga murid dari kalangan menengah ke bawah sepertiku ini yang berhasil masuk di sekolah ini.

Jalur beasiswa tentunya. Seperti diriku ini. Kalian tak percaya?? Baiklah biar ku jelaskan sedikit mengenai asal usulku ini.


Namaku Lenasya Ayu Maheswari. Sering dipanggil 'Nasya'. Saat ini aku tinggal bersama dengan ibu dan kedua adikku.

Ayah? Jangan tanya kepadaku, karena aku pun juga tak tahu dimana keberadaannya saat ini.

Hanya saja, saat aku menanyakan keberadaan ayah kepada ibu, ibu hanya menjawab bahwa ayah sudah lama meninggal.

Sejak mengetahui hal tersebut, aku tidak pernah lagi mengungkit soal ayah. Untuk saat ini, akulah yang menjadi tulang punggung bagi keluargaku.

Memang tak mudah di awal,  karena aku harus pintar membagi waktu antara belajar dan bekerja. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku semakin terbiasa dengan hal ini.

Mau bagaimana lagi, kehidupan inilah yang harus kujalani. Ibuku bekerja menjual jajanan kecil di kantin tempat sekolahku menimba ilmu. Aku tak malu. Justru aku bangga mempunyai ibu yang bisa menyekolahkan anaknya sampai saat ini.

Tak hanya menjual jajanan kecil, setiap sabtu sore hingga minggu, ibu akan ikut Nyonya Pratama untuk membantu di rumah mewahnya. Kata ibu, gaji di rumah Nyonya Pratama lebih besar dibandingkan dengan ibu yang hanya menjual jajanan kecilnya.




***

06.59.

"Hahh.. hahh.. haahh.. sampai juga dengan tepat waktu. Satu menit lagi telat, pintu gerbang sudah tertutup." ujarnya sambil berlari menuju ruang kelasnya dengan nafas yang terengah-engah.

Saat hampir mencapai koridor sekolah, alangkah terkejutnya dia dengan gerombolan siswa-siswi yang memadati area itu.

Lohh!! Ada apa ini? Kenapa mereka tak masuk dan justru malah berada di luar kelas? Batinnya bertanya dan mencoba menerka-nerka apa ada yang sedang terjadi.

Bukankah sekolah ini sangat menjunjung tinggi kedisiplinan? Bahkan tidak tanggung tanggung guru akan langsung memberikan sanksi bagi siswa yang sering kali melanggar peraturan sekolah.
Batinnya sambil mencoba berjalan ke depan dan melihat ke depan.


Jangan lupa vottement yah,, 😊
Maaf kalo nulisnya masih acak acakan.. untuk itu aku bakal selalu terima kritik dan saran dari kalian semua. Jangan ragu ragu untuk mengemukakan pendapat.. okayyy 😊😄

See you next chapter 😘😊

Jum'at, 14 April 2017

Nothing On You [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang