Happy reading 😊😊
Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca. Cekidot..Yahh.. dipagi ini, suasana kelas begitu ramai. Tidak lain dan tidak bukan hanya karena seorang laki laki yang sedang membacakan puisi absurdnya itu di depan kelas. Siapa lagi jika bukan si Edi? Yupp.. jika kalian belum kenal siapa edi, kalian bisa membacanya di chapter sebelumnya. Anak paling gila dan rada rada somplakk dikelasnya. Tapi, menurut anak lain jika tak ada edi maka akan diibaratkan seperti sayur tanpa garam. Yah.. kelas akan terasa sunyi dan sepi tanpa ada kegilaan dan banyolan khas yg dibuatnya itu. Okelah kembali ke topik. Jika kalian ingin tau seperti apa puisi yg dibuat edi hingga hampir seluruh kelas menertawainya dengan apa yg dibacanya itu. Oke ini dia..
Upil itu seperti cinta, kecil tapi lengket.
Upil itu ibarat cinta, setiap orang pasti memiliknya.
Upil itu seperti cinta, jika dibiarkan, maka akan semakin terakumulasi dalam jumlah yang banyak.Memendam upil sama saja dengan memendam perasaan cinta, membuat dada terasa sesak. Karena upil dan cinta sama-sama membuat seseorang sulit untuk bernapas.
Ngupil pagi-pagi itu ibarat cinta yang terlalu lama dipendam. Semakin lama semakin ingin dikeluarkan.Gak ada upil gak rame. Begitu juga dengan cinta, gak ada Cinta maka gak ada Rangga.
Upil itu ibarat cinta. Sangat sulit untuk dikeluarkan.
Upil itu ibarat cinta. Sebagian orang masih malu-malu untuk mengakuinya.Upil. Terdiri dari 4 huruf, U-P-I-L. Sama seperti cinta, yang terdiri dari huruf C-I-N-T-A. *gw juga gak tau hubungannya apa*
Perasaan setelah ngupil itu sama seperti perasaan setelah menyatakan cinta. Lega, tapi masih malu-malu.
Ngupil ditengah keramaian sama hal nya dengan nembak seseorang ditengah sholat berjamaah. Malu-maluin!Melewati hari-hari tanpa ngupil ibarat seorang pujangga tanpa cinta. Hampa. Gundah dan gulana.
Ngupil itu sehat, seperti cinta yang juga menyehatkan.Ngupil itu…ah! Persetan dengan upil!!
Cinta itu…ah! Persetan dengan upil!
Upil dan Cinta itu..ah! Persetan dengan Rangga!Kenapa Rangga tega meninggalkan Cinta???
Kenapa Rangga tega menyakiti perasaan Cinta??
Apa karena Cinta ketahuan ngupil di depan Rangga?Apa karena upilnya Cinta lebih besar dari lubang hidungnya??
Apa karena Rangga gak suka kalo Cinta ngupil pake jempol kaki??
Ah! Persetan dengan upil!!Ada Apa Dengan Upil??
Kenapa upil menjadi serumit ini??
Upil! oh Upil!Nasya POV
Benar kan? Bayangkan saja bagaimana reaksi para anak anak kelas. Hampir seluruhnya tertawa terbahak bahak melihat hasil puisi karya si Edi itu. Tapi sepertinya itu tidak akan berpengaruh kepada satu orang. Yah.. hanya satu orang. Siapakah dia? Ternyata Pak Cipto. Dia seperti sedang menahan amarah yang akan meledak, melihat salah satu anak didiknya yang rada rada somplak. Tapi tidak dengan Edi, bahkan dengan santainya setelah dia selesai membacakan puisi itu dia kembali berjalan ke bangkunya dan duduk dengan wajah tanpa dosa." EDI.. SEKARANG JUGA CEPAT KAMU KELUAR DARI KELAS SAYA HINGGA JAM PELAJARAN SAYA BERAKHIR!!! SEKARANG JUGAAA!!"
" Tapi pak, apa kesalahan saya? Saya merasa tidak memiliki salah terhadap bapak. Saya juga telah menulis puisi dengan benar sesuai dengan tema yang bapak sampaikan. Bukanya temanya bebas ya pak? " jawab edi dengan muka polosnya itu.
"Memang saya mewajibkan membuat puisi dengan tema yang bebas Edi. Tapi bebas bukan berarti kamu boleh asal memilih puisi itu. Lagian puisi macam apa itu? Upil oh upil.. astaga.. bapak bisa gila lama lama ngadepin murid kayak kamu " ucap pak Cipto dengan rasa kesal
"POKOKNYA SEKARANG JUGA KAMU KELUAR DARI KELAS SAYA. LEBIH BAIK KAMU KELUAR DARI KELAS DAN BELAJARLAH SENDIRI DI PERPUSTAKAAN. KEMBALI JIKA JAM PELAJARAN SAYA TELAH BERAKHIR!! " ucap pak Cipto dengan nada yang
tegas.※※※※※※※※※※※
Nasya POV
"Hahhh.. akhirnya selesai juga.. ukhhhhh" ucap gw sambil merentangkan tangan karena pegal dan lelah jadi satu. Yah.. tepat jam 3 sekolah telah selesai. Dan kini gw dengan perlahan mulai melangkahkan kaki ini untuk pulang dan ingin rasanya kembali ke kasur untuk bermuara ke alam mimpi. Namun ternyata, semua tidak seperti apa yang aku bayangkan. Secara mengejutkan, ketika aku mulai melangkah dengan santai, di depan sana tepatnya di hadapanku berdiri sesosok lelaki yang sangat ku benci. Siapa lagi jika bukan Davin."Mau apa lo kesini? Gak cukup puaskah lo nyakitin gw dulu? Gak cukup puaskah lo permainin gw dulu? Gak cukup puaskah lo dulu ninggalin gw tanpa alasan yg jelas? GAK CUKUPP PUASKAH LO SELAMA INI NGEHANCURIN SEMUANYA? JAWABB KALO ADA YANG TANYA ITU!!!"
"Len, plisss.. kasih gw kesempatan buat ngerubah semuanya. Gw janji Len. Lo bisa pegang janji gw. Lo bisa percaya sama kata kat.. "
"Bullshit lo dev, daridulu lo itu sama aja. Bukanya gw gak percaya sama lo, tapi lo itu sering banget ngehancurin kepercayaan yang selalu gw kasih buat lo. Darimananya lagi gw harus percaya sama lo? Hahh? JAWABB DEV.. DIMANANYA GW HARUS KASIH PILIH.." sebelum Nasya menyelesaikan ucapannya, Devan langsung memeluknya dengan erat. Nasya langsung menangis dengan histeris. Dia sedari tadi telah menahannya, sekarang setelah Devan memeluknya seolah apa yang ditanggung Nasya terlepas begitu saja. Yahh.. dia menangis. Biarlah dikata dia cengeng. Toh hanya sekali ini dia menangis. Meluapkan semua apa yg ditanggungnya.
"Sssttt.. udah dong Len. Gak malu lo diliatin anak lain. Nangis gini kayak anak kecil." Kata Devan mencoba menenangkan
"Hiks.. biarr.. hikss.. inn.. khann.. hiks.. jarang jarang lo liat gw nang.. hiks.. nghiss.. selama ini gw kan selalu kuat di depan orang banyak.. " ujarnya sambil menyeka ingus yang keluar dari hidungnya itu.
" Aduhhh.. ingus lo nih.. kena seragam gw. Lo jorok amat sih? Yaudah mending sekarang lo gw anter pulang aja, udah agak sorean. Takutnya kemaleman. Jangan sangkut pautin semua masalah pribadi kita dengan urusan sekolah. Lo paham kan? "
" Bukan berarti gw maafin lo Dev,, "
Ujar Nasya dengan lirih."Gw tau kok, lo gak bakal bisa maafin semua apapun itu kesalahan gw dulu. Tapi cukup dengan lo nerima kehadiran gw disisi lo itu jauh lebih baik Len. Jadi gw mohon lo jangan pernah ngehindarin gw apapun dan dimanapun itu. Gw gak akan sanggup lagi Len,, " ucapnya seakan menjawab Nasya dengan tatapan yang sayu.
Nasya tidak menghiraukan itu, dia pun berbalik pergi dan menunggu diparkiran. Dia hanya malas menanggapi itu semua. Baginya itu semua hanya akan membuang buang waktu saja. Toh dengan nerima dia kembali mungkin lebih baik. Daripada harus mendendam dengan masa lalu tak ada gunanya. Tapi bukan berarti dia memaafkan semua kesalahan Devan. Tidak. Dia belum sepenuhnya memaafkan Devan.
" Hahhhh.. rasanya sangat tidak bisa dipercaya. Dia memporak porandakan hidupku, lalu menghilang, lalu kembali lagi. Ya Tuhan apa yang harus ku lakukan? " gumamnya secara lirih sambil mendongak menatap ke langit yang saat itu telah terlihat jingga. Sepertinya dia harus benar benar pulang.
Maafkan kalau jelek. Makin gaje ceritanya. Aku ngehargain banget untuk kalian yamg udah mau nyempetin mampir ke work aku ini. Nyempetin baca cerita ini, walaupun gak ninggalin vote. Gak papa. Kalian udah mau baca aja aku seneng. Oke deh..cukup sampai sini aja cuap cuap gak pentingnya.. bye..
Salam hangat 😘😘
Rabu, 4 Oktober 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing On You [PROSES REVISI]
RomancePROSES REVISI "Kamu gak pernah tahu gimana rasanya jadi aku Vin. Karena kamu gak akan pernah mau tahu apa yang selalu aku rasakan. Kamu selalu egois Vin. Kamu cuma pecundang yang dengan bebasnya masuk lagi ke dalam hidupku. Mau kamu apa sih Vin, ak...