١٢ | Bahagia atau Sedih

6.6K 413 2
                                    

"Aku kira ini akan menjadi hal terindah dalam hidupku, tetapi lagi-lagi Allah belum mengijinkan aku untuk bahagia dulu."

——————————

SINAR matahari menyeruak sebuah kamar. Disana ada gadis yang masih nyenyak di alam mimpinya. Suara kicauan burung seakan memanggilnya untuk bangun tidur. Jam weker sudah berbunyi berulang-kali dan menggema ke penjuru ruangan. Dengan malas, ia bangun dan pergi ke kamar mandi dengan jalan gontainya.

Selang beberapa menit ia telah keluar di kamar mandi. Ia menggunakan baju santai. Warna peach warna andalannya— yang lengannya ukuran ⅞. Celana jeans melekat pas di tubuh bagian bawahnya. Ia memoleskan wajahnya ayunya dengan bedak bayi, dan sedikit polesan lipsglos di bibir mungilnya. Setelah itu, tiba-tiba darah mengalir begitu saja tanpa permisi di lubang hidungnya. Bau anyir menyeruak di indra penciumnya. Kepalanya mendadak pusing, dan berkunang-kunang. Mendadak penglihatannya sedikit buram.

Menurutnya, itu sudah terbiasa.

Semenjak ia keluar dari rumah sakit beberapa minggu yang lalu, ia sering mengeluh kepalanya sakit, mimisan , pingsan, dan lain sebagainya. Ia hanya mengatasinya dengan minum obat yang dikasih oleh tantenya.
Tantenya kembali lagi ke rumah yang dulu. Dan Roy — mantan kekasihnya dulu — ia akan menikah sebentar lagi. Tapi kalian jangan berburus sangka terlebih dahulu, teori orang yang bilang bahwa "Meskipun mantan, dia juga sama-sama menjadi bagian hidupnya. Dan cinta pertama, sulit melupakannya. Sulit move on."  Tapi, beda dengan Prilly, karena ia sudah bertekad untuk melupakannya, ia juga bahagia nelihat Roy akhirnya menikah dengan gadis pilihannya, dan mungkin lebih baik dari dia. Gadis beruntung yang akan mengisi hidupnya bersama Roy. Dia? Juga akan menikah. Tapi kalian jangan berburuk sangka! Ia menikah dengan

Ali.

Ya, Ali. Gladish sudah menerimanya. Mungkin ia sadar (?) entahlah. Memikirkan itu membuatnya kepalanya pening. Ia keluar menuju seorang wanita baya yang sedang asik menjahit.

"Pril, udah bangun, nduk? Enakan belum badannya? " Resi benar-benar khawatir oleh calon menantunya.

Ya, Resi sudah tau kejadian kecelakaan itu. Ia diberitahu oleh Ali dan Gladish. Ia mengerti bagaimana situasi saat itu. Sekarang prilly sudah menjadi calon menantunya. Tinggal persiapan pernikahannya.

Di ruang keluarga, ketiga orang itu sedang membicarakan sesuatu yang serius. Suasana hening, dan tegang.

"Gladish, kamu beneran enggak papa? Udah enakan belum badannya? Kamu sekarang tinggal di rumah bunda aja ya? Sekalian ngurusin acara pernikahan kalian, sudah hampir dekat." ucap Resi mengelus kepala Gladish dengan sayang. Ia, kasihan dengan calon menantunya itu.

"Bunda, Gladish minta maaf ya. Gladish gak bisa nerusin pernikahan ini. Meskipun saya mencintai Ali, tapi hati Ali sudah untuk seseorang. Saya tahu, ini sangat mendadak, tapi saya gak bisa terus-terusan memaksakan Ali untuk mencintai saya. Kalaupun kita akan menikah, tapi hati dan pikiran Ali bukan untuk Gladish, itu sama saja nyakiti hati Gladish. Ada perempuan yang sangat tulus, cantik, dan sopan yang cocok untuk Ali. Mereka juga sama-sama saling mencintai. Gladish, juga sudah mengikhlaskan semua ini. Gladish sadar, kalau cinta itu gak bisa dipaksaain."  ucap Gladish dengan menundukkan kepalanya, ia lega telah mengucapkan semua itu. Meskipun harus merelakan cintanya, ia akan tetap menganggap Ali sebagai abangnya.

"Kamu? Kenapa kamu bicara seperti ini? Maksud kamu, siapa gadis yang cocok dengan Ali? " tanya Resi kebingungan dengan calon menantunya itu. Kenapa ia tiba-tiba membatalkan acara pernikahannya dengan anaknya? Padahal hari pernikahan sudah dekat.

Hijrah Cinta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang