١١ | Mengikhlaskan dia

6.7K 407 2
                                    

"Kalau cinta, ya diperjuangkan. Jangan hanya melihat dan kesal sendiri karena orang yang di cintai tidak melihat kita. Cowok yang memperjuangkan, cewek yang menunggu,"

----------

DI tempat lain, dua insan sedang tertawa bahagia. Menikmati keindahan taman. Angin mengalun begitu indah. Kicauan burung bersiur sangat indah. Daun-daun dan bunga yang ada di taman, bergoyang kesana-kemari mengikuti hembusan angin. Tawa canda menggema di seluruh taman rumah sakit. Siapapun yang melihat pemandangan ini, akan merasa bahagia, pasti merupakan pasangan yang sangat serasi dan saling mencintai, tapi hanya kelihatan dari penampilan luarnya.

"Hahahaha ampu, Li!!!"

"Itu balasanmu!" Ali menggelitik bagian pinggang dan perut Gladish dengan begitu keras yang membuat sang empunya tertawa keras dan terbahak-bahak karena merasa sangat geli. Ali pun menyudahi acara menggelitik karena tak mau Gladish terlalu lelah.

"Li, gimana kabar Prilly?" tanya Gladish dengan suara begitu lirih. Meskipun, pertanyaan yang ia lontarkan sendiri menyakiti hatinya karena menerima kenyataan, bahwa orang yang dicintainya, mencintai orang lain.

"Entahlah, aku belum bertemu dengannya setelah kejadian dulu. Ia tidak menghubungiku sama sekali, bahkan hanya bertemu untuk menjengukmu," Ali berkata seperti itu seperti ia menyerah dengan semuanya, menyerah pada takdir. Bahkan, ia tidak memperjuangkan cintanya, tidak berserah diri pada Allah SWT.

"Li, kalau kamu cinta sama dia, kejarlah. Gapailah apa yang kamu mau. Mungkin kita gak jodoh. Aku gak papa kok kalau kamu sama dia. Aku ikhlas, mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Aku sadar, maaf, kalau kamu tidak bisa memperjuangkan cintamu karena aku. Sekarang, kamu cari Prilly dan nikahi dia, aku akan membantumu." ucap Gladish dengan mantap.

Ali mencari kebohongan dimatanya. Nihil. Tidak ada. Yang ada hanya kebenara. Alipun mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, ayo kita ke kamar, kamu pasti lelah karena terus-terusan tertawa." Ali mendorong kursi roda Gladish menuju kamarnya.

Saat diperjalanan menuju kamar Gladish, Ali menghentikan langkahnya saat melihat pemandangan di depan. Badannya mematung, lemas, dan tidak berdaya. Rahangnya sangat mengeras. Bagaimana tidak, orang yang ia cintai selama ini ada di rumah sakit yang sama. Apakah feeling yang selama ini ia rasakan benar? Feeling tentang keberadaan Prilly yang berada di rumah sakit yang sama dengan Gladish. Dan, yang lebih menyakitkan bahwa ia melihat Prilly dengan laki-laki lain. Mendorong kursi rodanya dengan sesekali melempar senyum satu sama lain. Uh, hatinya merasa disambar ribuan jarum. Apakah ini karma telah meninggalkan orang yang cintai begitu saja? Mungkin. Sedih, kecewa, dan bahagia menjadi satu. Sedih karena ia melihat keadaan Prilly yang parah, dengan duduk di atas kursi roda yang sama dengan Gladish, tapi wajahnya sangat pucat. Kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa berusaha mencari keberadaan Prilly setelah kejadian itu. Dan bahagia, ia melihat Prilly memakai jilbab, ia menutupi aurotnya. Prilly kelihatan sangat cantik, dan anggun. Balutan gamis berwarna abu-abu dan jilbab syar'i yang senada dengan bajunya.

Tapi, Ali tak kuasa menahan rasa sakit. Matanya mengeluarkan cairan bening. Menangis. Ya, Ali menangis. Apakah ada yang salah jika seorang laki laki menangis? Semua orang jika melewati batas kemampuannya, dan tidak bisa menghadapinya karena lelah atau terlalu kecewa, pasti menangis. Tidak peduli bahwa itu laki-laki atau perempuan. Yang terpenting, setidaknya dengan menangis, ia bisa melegakan sementara perasaannya.

Ali terus berjalan begitu saja, mendorong kursi roda Gladis dengan terburu-buru. "Kamu, kenapa, Li? Kok buru-buru?" Gladish mengenyirtkan dahinyanya. Bingung dengan Ali yang tiba-tiba berhenti sebentar, lalu berjalan mendorongnya dengan tergesa-gesa, serta dengan wajah tegang dan sedihnya. Gladish bisa melihat manik mata Ali, disana ada kesedihan, dan kekecewaaan yang sangat mendalam.

"Gak papa, ayo aku antar ke kamarmu!" Sampai ia telah sampai di kamar Gladish. Dirabahkan tubuh gladish. Ia terduduk di sofa. Bodoh. Memang. Tapi nasi sudah menjadi bubur bukan?

"Kamu ketemu Prilly di rumah sakit ini? Maaf, aku melihat kamu mengamati Prilly tadi. Aku juga lihat Prilly bersama laki-laki lain. Tapi, bukan maksud aku untuk membuatmu marah sama Prilly. Kamu gak nyusul kesana buat ketemu Prilly? Mungkin dia juga merindukan kamu," Gladish menghela napas lelah, tak ada harapan lagi untuknya. Tidak ada ruang lagi di hati Ali untuk ia singgahi. Tidak ada tahta tertinggi yang ia dinobatkan untuk menjadi ratu di hati Ali. Hanya Prilly, ratu di hati Ali. Hanya Prilly, yang Ali inginkan.

"Sama aja kalau aku ketemu sama dia, Dhis. Dia sudah ada yang jaga. Bahkan, dia juga terlihat bahagia sama laki-laki itu. Dia juga tidak berusaha mencariku atau menjengukmu, padahal dia satu rumah sakit sama kamu. Dia sudah bahagia,"

Gladish yang melihat Ali yang pasrah itu, "Ali, dia juga dirawat di rumah sakit ini. Prilly juga mau menolongku, aku masih setengah sadar saat itu. Mataku memang sedikit gelap karena tidak tahan dengan rasa pening saat terbentur terotoar. Tapi aku melihat sekilas, Prilly tertabrak juga, bahka ia terpental jauh. Mungkin, dia tidak mencarimu, bahkan menjengukku karena dia koma, dan hari ini baru sadar." Gladish memberi pengertian kepada Ali. Ia tidak tega melihat orang yang ia sayangi seperti tidak mempunyai tujuan hidupnya.

"Tapi bisa kan, kalau sudah sadar, setidaknya ia langsung berusaha tanya dimana keadaan kamu dan dimana keberadaan ku?" ucap Ali sedikit kesal.

"Ali, aku sudah mengikhlaskan kamu sama Prilly. Kamu coba shalat dan minta diberi petunjuk sama Allah." Gladish menenangkan Ali yang sedikit kesal, mungkin dengan keadaan.

"Coba temui dia!"

"Kalau aku temui dia, kamu sama siapa, Dish? Kamu sendirian, bunda sama Fraza masih di rumah." Ali sedikit kesal dengan Gladish yang menyuruhkan secara paksa menemui Prilly. Prilly, saja tidak berusaha menjenguknya bahkan mencarinya.

Terlalu banyak menangis dan lelah berfikir, ia putuskan tertidur di sebalah Gladish. Karena setelah itu, dia akan pulang bersama Gladish karena keadaan Gladish sudah membaik dan dokter memperbolehkan ia pulang.

* * *

a/n: Assalamualaikum, Aini kembaliii. Jngn lupa voment yaa 💕 maaf typo bertebaran

Jumat, 13 April 2017
Surabaya, Indonesia

Hijrah Cinta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang