"Dengenrin penjela-"
"GAK!"
"Nay.. Naya stop atau gu-"
"GUE BILANG GAK BEGO!"
"gue bakal bunuh diri kalo le pergi tanpa dengerin penjelasan gue"
Naya menghentikan langkahnya, badannya berputar, terlihat tangannya yang mengepal dan matanya yang berbicara kalau dia tidak tahan.
Jelas! Matanya mendung dan sebentar lagi pipinya akan basah.
"Lo udah ngomong gitu ribuan kali sama gue. Tapi lo masih hidup sampe sekarang, jangan tahan tahan gue!! atau kali ini gue yang bakalan bunuh diri biar lo merasa bersalah ampe mati!" Rahang Naya mengeras, emosinya sudah di ujung tanduk. Dan apa yang di lakukan Devv? Jelas dia termenung memikirkan apa yang harus ia katakan agar Naya tidak menangis dan kembali padanya setelah beberapa menit mereka Putus.
Devv kehilangan kesempatannya, Naya sudah pergi menghilang. Devv mengacak rambut frustasi,
"Argggghhhhhhhhh! Lo udah nolak gue Nay! Lo mau perang sama gue.. oke! Gue turutin."
Jelas saja dia berbicara sendiri, memaki dirinya sendiri dan bicara kalau kalau Naya ngajak perang dengannya. Ya kalii Naya itu Negara Sekutu .
***
"Ma.. Naya mau pulang ke indonesia" Rossi menjatuhkan garpu dan sendoknya diatas piring berisi nasi dan beberapa lauk itu. Mamanya kini melongo kebingungan. Gimana gak bingung? Baru dua minggu di London, kini Naya meminta Mamanya untuk memulangkannya lagi ke Indonesia.
"Ngaco kamu! Baru juga daftar sekolah disini. mama suka kamu disini, jangan bikin mood makan mama ilang dong" Rossi mencoba mengunyah makanannya dengan baik, yang terjadi hanya keheningan.
Selesai makan...
"Kamu niat nya apa sih? Mau sekolah disini atau?" Alis Rossie terangkat sebelah,
"Naya gak semangat hidup disini" keluhnya pada Mamanya.
"Lah? Kemarin kamu bilangnya pengen coba hidup baru, sekarang gak semangat hidup! Kamu ngelindur ya Nay?" Rossi mencoba menggali informasi kenapa Naya jadi berubah pikiran. Bagaimana bisa Naya menjelaskan semuanya, tujuannya balik lagi ke indonesia adalah agar Naya lupa sama Devv sialan itu dan alasan Naya gak semangat hidup itu karena Devv juga di London. Mama gak tau, tentang awal perkenalan mereka, pacaran mereka dan bahkan Naya gak niat untuk menceritakan ending dari perpisahan mereka. Bukan sulit bagi Naya untuk menceritakan semua ini pada mamanya, tapi, Naya rasa, Naya hanya perlu menganggap kalau Devv bukan bagian dari masalalunya.
"Naya gak lancar bahasa inggris dan pelajaran disini susah susah, mama mau Naya gak masuk Peringkat?" Jelas Naya berbohong, Naya terbilang pintar. Sampai sekarang Naya masih mempertahankan itu.
"Cerita sama mama! Ada apa? Memangnya ada siapa disini? Ada orang yang kamu gak suka? Atau kamu diem diem punya pacar di indonesia?" Naya menggeleng cepat .Naya bungkam dengan pertanyaan mamanya, dia tidak cerdas dalam berbohong.
"Nah loh? Kamu ko diem.."
"Maa.. pokoknya Naya gak semangat kalau harus disini.. naya pindah lagi ya?" Rossie menggeleng gelengkan kepalanya lalu, Rossie beranjak dari meja makan. Rossie pikir, Naya sedang ngelindur malam ini. Kalaupun tidak, Rossie tidak mau memikirkannya. Rossi tidak mau jauh jauh dari anak kesayangannya itu.
"Yasudah! Naya minta sama papa aja, lagian Naya gak bakal bener sekolah disini. Mama mau Naya gak dapet peringkat?" Naya muali berkaca kaca, dia benar benar tidak mau tinggal disini, disini akan membuat hidupnya semakin kelam, tidak terbayang jika Naya harus melihat Devv bersama wanita lain dan mengundangnya dalam acara pernikahan mereka..
Ancaman Naya sukses membuat Rossi berbalik dari tangga.
"Ini udah malem Naya! Kamu jangan mengubris kesabaran mama dong! Mama mau kamu disini ya disin-"
"Naya gak betah tinggal disini maa.. hikss" WAH! Kali ini Naya menangis di Meja makan. Rossi melongo kebingungan, Rossi berjalan menuruni anak tangga menggapai anaknya dan menatapnya bingung.
"Kamu kenapa sih Nay? Makanan gak di habisin, minta pindah lagi, sekarang nangis nangis gak jelas, kamu ada masalah disini?" Rossi mengusap puncak kepala Naya membuatnya semakin terisak.
"Naya pengen ke kamar" Naya beranjak lalu berlari kecil dan finish di depan kamarnya. Naya masuk kamar dan membanting pintu sedikit keras tetapi sukses membuat Rossi kaget.
Biasanya gak gini. Batin Rossi,
Hanya 1, Naya hanya ingin tetap di indonesia dan menolak untuk sekolah disini. Naya takut Devv, Naya takut Devv berencana sesuatu dan menggagalkan hidupnya. Dipikir pikir, siapa sih yang gak mau sekolah di London? Jika sekolah disana Dia akan sukses, munkin.
Naya lebih suka di indonesia, disini sedang musim dingin, salju berhamburan. Naya kurang tertarik dengan kedinginan. Naya memilih memainkan Iphone nya, saat mengaktifkan data ponselnya, Naya melihat banyak notifikasi di sosmednya, kebanyakan dari Instagram dan Bbm. Tidak ada yang menarik disana, Naya membanting Handphone nya ke ranjang. Gadis ini benar benar kesal, Naya melamun.. pikirannya berhamburan memikirkan apa yang di lakukan Devv kemarin.
@flashback on
"Haii devv.." wanita itu menggantungkan tangannya di bahu Devv. Devv diam saja dan tersenyum manis, mereka seperti dekat. Devv menangkup wajah wanita itu, entah siapa diaa.. tapi kedekatannya ..
Cup!
Devv mencium kening wanita itu, jelas wanita itu senang dengan semburat merah di wajahnya.
Ini di taman kota.. taman umum.. siapa saja dapat melihat mereka, tapi ini sudah larut malam. Jadi ini? Jadi ini alasan Devv menyuruhnya kesini? Memperlihatkan bagaimana kemesraan mereka. Pipinya mulai basah. Tangannya mengepal antara kesal,emosi dan bingung.
"Happy anniversary sayang, thankyou for 2 Years with you" Devv mengucapkan hari jadinya.. hari jadinya bersama Dellia, selama 2 tahun. Belum sempat Dellia menjawab,
PRANG!! Sial! Naya menginjak botol minuman kaleng. Taman kota begitu sepi saat ini, Devv menghiraukan itu.. tapi yang di dengar hanya isakan tangis seorang...
Perempuan. Pikir Devv,
"Devv kamu jahat! Hikss.. hiks.. hiiikk hikkk uhuk uhuk uhukk.. hikss hikss" Naya tidak bisa lagi menahan tangisnya. Naya menangis histeris kala itu. Devv mengkerutkan keningnya,
Naya? . Batin Devv curiga, Devv menatap Dellia dengan bingung.
"Iya aku yang nyuruh dia kesini! Pake hp kamu" Ucap Dellia seakan tau apa yang Devv pikirkan.
"Kamu gila? Kenapa bisa- arrrghhhhhh!!! Gimana kalo dia liatin kita?"
"Devv kamu marah sama aku? Aku pacar kamu selama 2 tahun! Dan dia baru aja pacaran setahun sama kamu"
"Gue marah dell! Lo gak ngerti sikon? Lo gagalin rencana gue!!"
"Devv, rencana apa lagi? Sekarang kamu ngomong rencana? Bahkan dia ada di belakang kitaa.. dan kamu masih mikirin rencana kedepannya? Mau sampai kapan aku menjadi nomor 2 dalam hidup kamu!"
"Lo pergi sekarang juga! Sebelum gue marah semarah marahnya!!"
"Alay lo Devv! Segini aja lo marah? Yang lo pikirin tuh harta sama harta! Lo mau berapa Devv? Kalo besok lo mati.. harta juga gak bakalan ngikutin lo ke lobang, gue udah sabar sama lo Devv.. lo bentak gue? Lo yang mancing emosi guee .. mancing perasaan gue.."
"Lo gak ngerti apa apa! Bego!! Jangan ceramahin gue.!" Devv kasar, dalam perkataan. Dellia sudah pergi dengan matanya yang berkaca kaca. Dia malas berdebat dengan cowo sialan itu.
Sementara disisi lain...
"Devv gue gak nyangkaaa hikss" Naya masih terisak,
seseorang telah mengusap bahunya. Naya berbalik dengan mata yang berbinar penuh pilu.
"Jangan sentuh gue! Jangan sentuh guee hiksss hikss" Naya meronta saat tangan kekar itu memeluknya .. membiarkan Naya menangis disana.
BUGHHH!!! Naya membenturkan kepalan tangannya ke perut Devv.. Naya melakukannya dengan penuh emosi dan kesal. Naya berdiri,
"Jadi ini taktik yang lo buat Devv? Gue jauh jauh dateng dari indonesia cuman buat liat lo sama wanita jalang itu hah? Apa bedanya lo sama semua masalalu gue.. Devv! Gue udah anggap lo sebagai orang yang paling gue cintai setelah nyokap bokap gue dan lo.. hiksss" Naya tidak bisa bergeming lagi, dadanya sesak.. sangat sesak.
"Nayy apa yang kamu liat tadi itu salah"
"Salah? Lo pikir gue rabun hah!"
"Naya.. aku bis-"
"Gue mau putus! Lo bukan siapa siapa gue lagi"
"Nay.. ko gitu! Aku gak mau putus sama kamu.."
"Gak mau lo bilang? Brengsek lu Devv.. lo cuman mau harta gue.. kawin sono sama harta!"
"Naya gue gak seburuk yang lo pikirin"
"Iya dulu gue mikirnya gitu. Lo itu bangsat Devv!"
Naya menahan amarahnya, bicaranya sudah kasar, Devv mulai jengah.
"Dengenrin penjela-"
"GAK!"
"Nay.. Naya stop atau gu-"
"GUE BILANG GAK BEGO!"
@flashback Of
Naya menggelengkan kepalanya cepat. Dia tidak mau mengingatnya lagi, dia sudah berjanji dia akan menganggap kalau Devv bukan bagian dari masalalu nya.
Mari buka lembaran baru Nay.. gumam Naya .
***
06.30
"Naya.. makan sayang"
"Sayang.. sarapan dulu nak,"
09.00
"Naya.. jangan gitu dong. Buka pintunya, mama khawatir."
"Naya kamu belum makan apa apa!"
"Naya.. mama pesenin makanan kesukaan kamu deh"
12.00
"Naya.. mama bawa makanan nih, sandwich sama jus alpukat, gak lupa sama mie ayam dari London, kamu gak mau nyoba?"
"Sayang, ngomong sama mama .. jangan siksa diri kamu sendiri lo"
04.00 (sore)
"Naya.. kamu makan ya.. mama pergi dulu, ada urusan sebentar"
"Kalo mau pesen makanan, kabarin mama"
06.00 (malam)
Belum ada tanda tanda Mama Rossi pulang,
Kruyuuk kruyukkk
Naya kelaparan.. sejak seharian Full, Naya enggan beranjak dari kamarnya. Naya memang begitu, dengan begitu Mama nya akan mengalah dan akhirnya memilih untuk berpisah dengan Naya.. munkin.
2 jam kemudian...
Tuk tuk tuk..
"Sayang kamu belum makan juga nak?" Tanya Rossi dibalik pintu kamar Naya, mana bisa? Mana bisa Naya menahan laparnya. 2 jam yang lalu Naya memesan Makanan di OnlineShop nya. Jelas saat Rossie tidak ada di rumah.
"Mama beliin kamu baju, sepatu, tas, sama ... buka dulu dong.. makan duluu.. mama bawa makanan kesukaan kamu" Naya cekikikan melihat tingkah mamanya itu. Rossi sangat memanjakan anak kesayangannya itu, tidak terlalu di manja ko..
"Naya.. udah dong marahannya, mama gak bisa liat kamu sakit" Naya semakin cekikikan, Gimana mau sakit? Barusan kan udah makan, walaupun masih laper. Cekikikan Naya terdengar dibalik pintu, Rossi yang mendengarnya beranggapan kalau itu tangisan. Itukan ketawa yang di tahan, bukan tangisan.
"Nay.. jangan nangis.. mama pusing sama kelakuan kamu!"
"NAYA BUKA PINTUNYA MAMA BAWAIN TIKET PESAWAT! KAMU HARUS MAKAN SAMA SIAP SIAP. BESOK JAM PENERBANGANNYA. JAM 7 PAGI" Teriakan Rossi sukses membuat Naya menganga tak percaya, sudah Naya tebak. Mamanya itu akan mengalah, hahahaha... tawa dan senyum jahil mulai menghias wajah cantik Naya. Dasar!
CKLEK. Naya membuka pintu kamarnya, dan memeluk mamanya dengan sangat.. sangat.. bahagia. Naya sangat bersyukur punya Mama seperti Rossi, dia tidak bisa marah. Dan kasih sayang nya begitu sampai di benak Naya.
"Nah gitu dong.. ayo makan, mama bawain makanan yang kamu suka" Naya segera mengangguk, lalu beranjak ke meja makan. Naya makan untuk kedua kalinya.
***
07.00
Naya sudah berada di dalam pesawat, Mamanya sudah memberi pesan setelah sampai di Bandara Soekarno, Naya harus menunggu jemputan. Naya tidak boleh naik Taxi, Naya harus di jemput. Dan selama di pesawat, Naya harus terus berdoa demi keselamatannya. Begitu pesan mamanya.
Naya beruntung saat ini, gadis manis ini duduk bersebelahan dengan jendela, dengan senang hati Naya menikmati pemandangan di luar jendela. Senyumnya tidak pudar, gadis ini seperti memakai Ganja saat tersenyum . Sangat menarik perhatian. Tetapi, berbahaya bagi orang yang menikmatinya. Bisa bisa.. kecanduan hahahaha...
Seorang pria dengan perawakan sepantaran dengan gadis yang berada di sebelahnya tengah menikmati senyuman yang kini menghiasi gadis itu.
Sangat manis. Batin pria itu..
"Kamu orang indonesia?" Tanya Will, pria yang sejak tadi mengagumi senyum manis Naya. Merasa terpanggil, Naya mengalihkan pandangannya.
"Eh?"
"Iy-iya.. em?" Alis Naya terngkat satu, apa pria itu mengenal Naya? Atau mau kenalan? Naya bertanya tanya dalam hatinya.
"Willdan, nama panggilan aku Will.. kamu?" Will memulai pembicaraannya dengan gadis manis ini,
"Naya" Naya membalas uluran tangan Will yang begitu hangat. Lalu segera melepaskannya kembali.
"Kamu sendiri atau sama keluarga?"
"Gue- eh. Aku sendiri" Naya merasa kikuk, dia jarang bicara seformal ini, apalagi dengan pria yang terlihat sepantaran dengannya. 17 tahun,
"Oh kirain elo sama keluarga lo, berani juga lo . eh ngobrol nya lo-gue aja biar gak kaku" Will tersenyum, Naya mengangguk lalu tersenyum tipis.
"Lo sendiri juga?" Naya mulai mencairkan suasana.
"Iya gue sendiri."
Hening!
"Lo mau dengerin lagu gak?"
Naya mematung, baru kenal beberapa menit.. pria itu seperti sudah lama mengenalnya. Naya hanya bisa mengangguk, Will melepaskan 1 airphone di telinganya dan memasangkan di telinga Naya, Romantis yaa?
Naya menikmati menit per menit lagu yang di putar, lagu lagunya terdengar enak di telinga Naya, karena hampir semua Naya tau lagu itu. Selera musiknya terlihat sama dengannya.
PUK.
Naya terjatuh di bahu Will, sepertinya dia ketiduran. Untung saja, pesawat akan mendarat kurang lebih 1-2 jam lagi. Will membenarkan posisi Naya..***
"Nay.. udah nyampe.." sudah 15 menit pesawat mendarat, tetapi tidak ada tanda tanda Naya terbangun. Dengan senang hati Will menunggu gadis di sebelahnya itu. Sebenarnya Will tidak membangunkannya, tetapi ini sudah hampir lama. Mau gak mau, enak gak enak, Will membangunkan Naya.
"Nay.. Pesawat udah kosong"
"Nay.. naya bangun" Will menepuk nepuk pelan pipi tirus nya.
"Emhhhh.." Naya mengeliat . Mulutnya menguap, mengucek mata lalu menengok ke kiri.
DEG! Sedari tadi Will menatap Naya dengan tatapan kagum, Naya cantik saat bangun tidur, Will terus manatapnya.. mereka bertatapan,
1 detik
3 detik
5 detik
10 detikCUP! Naya tersentak saat merasakan keningnya hangat oleh sentuhan. Darahnya berdesir, jantungnya bermaraton, dalam tubuhnya seperti ada aliran listrik. Disisi lain, Naya mendengus kesal, baru juga 3 jam kenalan udah main cium cium aja! Apaan coba?
Will tersenyum jahil, tadi sifatnya manis banget. Eh sekarang? Mesum! Naya memukul bahu Will,
"Apaan sih lo main cium cium aja!" Naya mendengus kesal, tetapi dia juga sedikit senang. Will kan ganteng, tapi bagaimanapun juga Will itu kan... ashhh!! Naya belum tahu siapa dia, jadi Naya harus berhati hati.
Will masih tersenyum memandang Naya dengan semburat merahnya.
"Gue cabut dulu!" Naya beranjak pergi meninggalkan Will. Will tersenyum lalu menggaruk tengkuk nya. Konyol! Iya.. Naya begitu kalau sudah malu.
***
"Nyari tumpangan?"
"..." Tidak ada jawaban, Naya masih kesal.
"Cantik cantik ko budeg"
"..." Naya masih enggan bicara dengan pria yang berada di sebelahnya. Dia harus berhati hati dengan pria disebelahnya itu. Kini Will melambai lambaikan tangan kiri di hadapan Naya.
"Hello.. lo gak turnanetra kan?"
"Apa!" Naya ketus, iya. Naya memang ketus kalau kalau diajak bercanda seperti itu, lagian dia kan gak kenal Will..
Will tersenyum,
"Eh lo tinggal dimana?"
"Jakarta"
"Oh"
"..."
"Lo lagi nungguin siapa?"
"Kaka"
"Gue duluan ya.. Orangtua gue udah nungguin tuh" Naya nenengok sekilas mengikuti arah pandang Will, dengan cepat ia memalingkan wajahnya lalu mengangguk.
"Kita bakalan ketemu lagi kan?"
Naya mengedikan bahunya tanda acuh, ngapain Naya ketemu sama orang mesum jahil kaya dia? Buang buang tenaga.
Will pergi meninggalkan Naya seorang diri, diam diam Naya melihat mobil Will yang meninggalkannya.
"Nayaaa!!!" Ah itu suara ka Afga, kaka kandung Naya, dengan cepat Naya menoleh. Benar saja itu Afga, Naya menghabur kepelukan pria itu, kedekatan mereka tidak bisa di ragukan lagi, 2 minggu berpisah dengan Afga rasanya seperti 2 Tahun. Itulah yang di rasakan Naya, Naya sangat terbuka pada kakanya bahkan Afga tau tentang Naya dan Devv, begitupun dengan Afga, dia terbuka juga. Dengan syarat, mereka harus bisa jaga rahasia mereka.
"Afga lo lama banget sih! Kaki gue pegel tau nungguin lo lama banget." jangan kaget! Naya dan Afga memang terpaut 1 tahun, karena itu Naya tidak pernah memanggilnya Kaka, walaupun dipaksa oleh mamanya, Rossi. Tetap saja, Naya tidak mau.
"Boong! Dari tadi juga gue liatin lo sama cogan!"
"Ishhh elo, udahlah mana mobil lo? Gue pengen duduk"
"Iyaiya!"
Afga menyampirkan tangannya di pundak Naya, terlihat akrab, memang. Afga membawanya ke mobil yang ia tumpangi, tanpa supir.
"Mama baik baik aja kan?"
"Baik"
"Jadi?"
"Jadi apa?"
"Lo kenapa berubah pikiran?"
Naya memalingkan wajahnya keluar jendela, Afga sudah mulai mengarah pembicaraan kenapa ia tidak mau tinggal dan sekolah di London.
"Males."
"Bullshit"
"Kaga"
"Bacot!"
"Diem bego. Gue mau tidur,"
"5 menit lagi juga nyampe kali Nay!"
"Yaudah sih lo jangan rimbil"
"Galak banget lo!"
"PMS" Umpat Naya yang langsung di respon 'oh' . Afga percaya saja, emang kalau cewe PMS gitu kan? Yaudah sih, Afga gak ambil pusing soal itu.
"Papa mana?" Tanya Naya begitu tiba di ruang keluarga miliknya.
"Di luar kota"
"..." Naya hanya diam dan menghempaskan pantatnya di sofa.
"Lo mau makan?"
Naya mengangguk antusias,
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja
Teen FictionPerasaan manusia akan berubah jika Tuhan berkata berubah. Dan akan tetap jika Tuhan berkata tetap. Siapkah kamu? Jika Tuhan berkata BERUBAH . Atau mampukan kamu jika Tuhan Berkata TETAP ?