Awal Pertemuan

14 3 0
                                    

Selesai UN empat sekawan itu memutuskan untuk berlibur. Mereka memang sudah merencanakan segala bentuk liburan setelah UN, katanya biar otaknya adem.  Destinasi pertama mereka adalah wisata alam. Mereka mau pergi ke Lembang. 

"Ma, aku sama temen mau refreshing nanti jam 9. Mau main. Boleh ya?"

"Emang kalo Mama larang kamunya mau nurut?"

"Enggak. Kan kemarin udah nurut banget sama Mama. Disuruh belajar aku belajar. disuruh solat ini itu aku sholat. Disuruh ana unu anu. Semuanya deh. Kali ini aja ya, Ma. Gapapa ya?"

"Lah emang Mama ngelarang? Kok kata-kata kamu kaya mengindikasikan Mama ngelarang kamu?"

"Lah? Dibolehin, Ma? Asik. Peluk sini."

"Halah kalo ada maunya aja."

Lily menghambur ke pelukan Mamanya. Ga biasanya Mama kasih ijin Lily buat main. Kenapa? Ya katanya biar Lily fokus belajar dulu. Ditambah juga, Mama suka khawatir kalo Lily pergi jauh-jauh dari rumah. Lily itu orangnya ceroboh. Bingungan pula. Pokoknya jangan sampe ninggalin Lily di keramaian. Udah pastindia bakal hilang. Dan juga Lily itu anak perempuan satu-satunya di keluarga ini. Sayang banget pokoknya sama Lily. Walaupun Lily itu orangnya suka males-malesan, termasuk siswa bandel juga (pernah lo dia dkk hampir dipajang di tengah lapangan gara-gara acara membolos bersama di jam Pak Jaka), mereka tetap sayang 100% ke Lily. Eits, tapi bandel-bandel dia itu pinter. Ya untung pinter dia.

Setelah diberi ijin Mama, Lily langsung siap-siap. Mandi, gosok gigi, pake wangi-wangi. Pas lagi siap-siap sambil nyanyi-nyanyi bahagia, tiba-tiba Ayah menginterupsi.

"Euy, ini ada bau-bau wangi. Duh jangan-jangan ada hantu hantu di rumah kita, Ma. Aduh."

"Ih, Ayah. Jangan buat Lily takut."
Lily langsung keluar kamarnya sesaat ayahnya membicarakan tentang hantu. Ya Lily takut banget sama yang namanya hantu.

"Duh, duh tambah wangi ini, Ma. Gimana dong? Tambah dekat ini mah hantunya pasti."

"Ayah!"

Lily langsung lari mendekati ayahnya. Meluk ayahnya. Mama diam melihat kelakuan putrinya itu.

"Yah, Ma, ini wanginya lagi nempel sama Ayah. Gimana ini, Ma?"

Lily memperlihatkan wajah polosnya. Natap ayahnya. "Maksud Ayah yang wangi ini Lily, ya?"

Ayahnya cuma senyum, "Ih, Ayah! Apaan si. Bikin parno aja."

Kemudian ketawa ayahnya pecah, "Lagian kamu tumben pake wangi-wangian. Mau ke mana? Kencan?"

"Ih, apaan si, Yah! Dah ah mau ganti baju."

Lily melesat lagi ke kamarnya. Cari baju yang cocok buat dipake ke Lembang. Dia pake celana panjang, atasan kaos dibaluti outer. Ya sebenarnya memang begini si gaya Lily. Ga usah pake milih juga bisa.

"Kak, kok bajunya kayak gitu, si? Pantes ga ada yang ngelirik. Style bentukannya juga kaya gitu si.mau ke Lembang pakainnya ga fashionable banget. Feminim dikit kenapa? Biar dapet cowo. "

Mamanya menimpali, "Hush! Dek, bicaranya. "

"Halah dedeq jahat emang. Awas aja ga dibeliin stroberi dari Lembang. Wleeee."
"Ma, udah ya berangkat dulu. Daah.. salamu'alaikum."
"Eits," Lily balik lagi ke dalam. Datang ke ayahnya, "Yah, ini anak cantikmu mau melalang buana. Tidak ada subsidi bagi saya, wahai Ayah." Ucap Lily sambil bersimpuh di depan ayahnya, seperti bawahan raja gitu deh.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang