Insiden di Toko Buku

5 1 0
                                    

"Nuliiiiii!"
"Bukain pintu dong. Pegel nih nunggu lo di luar. "
Kesal panggilannya tidak dijawab, Lily pun memanggilnya lagi, kali ini bukan dengan nama panggilan kesayangannya. Tapi Nuri, berarti Lily lagi kesel banget. "Nurii, bukain ga?" 

Nuri yang sedang duduk santai di dalam bersama ibunya, sangat malas membukaan pintu buat Lily. Sebenarnya dia dengar, cuma dia sedang tidak ingin menemui siapapun kecuali ibunya. Ibunya sedang berada di rumah. Beliau biasanya menghabiskan waktu di rumah satunya bersama ayahnya juga kakek neneknya. Sekalian ibunya dirawat sama kakek nenek. Nuri di simi cuma tinggal sama Fahmi, jadi tak heran jika Fahmi sangat protektif sama Nuri.

Ibunya yang sedang ada di sampingnya bingung, kenapa anaknya tidak membukakan pintu buat tamunya. Seolah mengerti kebingungan ibunya, Nuri pun berkata, "Biarin, Bun. Suruh siapa pagi-pagi udah dateng. Lagian Nuri pengen sama Bunda aja pagi ini."

"Tapi ga baik mengabaikan tamu gitu, Nuri. Bukain atuh. "

"Males ah."

Kemudian terdengar teriakan lagi. "Ya Allah. Kamu tega sama kakak ipar sendiri, Nul? Nuuuuulll ku sayang."

"Hah? Siapa tadi? Kakak ipar? Itu pacar Kak Fahmi?" Buru-buru ibunya meminta penjelasan.

"Bukan Bun. Ih dia itu sahabat aku. Lily itu lo. Dia tu emang gitu. Heboh. Ih bukan pacar Kak Fahmi. Dia naksir sama Kak Fahmi si, tau gitu aku ga kenalin waktu itu. Ribet jadinya. Gini nih jadi sering main ke sini. Tadinya mah boro-boro mau main. Main kalo ada maunya aja. Sebel aku."

"Oh, Lily yang sering kamu ceritain itu. Kayaknya asik anaknya. Bukain gih. Gapapa, Bunda pengin ngobrol juga. "

"Gak ah. Kegirangan nanti dia Bun kalo dibukain terus diajak ngobrol sama Bunda. Nanti dikira Bunda ngerestuin dia sama Kakak. "

"Kamu ga suka Kakak sama Lily. Dia kan sahabat kamu. Kok kamu gitu?"

"Eh ga gitu Bun. Ah ga suka aja deh pokoknya. Udah biarin. Sini Bun lanjutin kepangnya. Hehe. "

Selang beberapa menit, kemudian terdengar teriakan heboh lagi. "Assalamu'alaikum. Ya ukhtiiii."

"Lily? Kok bisa masuk?"

"Bisa dong, kan ada Mas Fahmu yang baik bukain pintu. Makasih, Mas. Like  deh." Lily berkata seoerti itu belum sadar akan keberadaan ibu Nuri.

Kemudian dari arah belakang, "Bundaaaa!"

Fahmi berlari, menghambur ke pelukan ibunya. Malam tadi Fahmi ga pulang, dia lembur menyelesaikan tugas UKM nya. Maklum aktivis kampus. Pulang disambut dengan kedatangan ibunya, serasa membuang semua rasa lelahnya.

"Kak Fahmi! Kok bukain pintu buat Lily si?"

"Ga suka banget aku dateng ya Nul?" Lily kali udah pake aku-kamu berarti ada apa-apa,  kalo ga suka sama orang itu ya berarti dia lagi takut, atau malu.

"Hmm. Katanya dia  mau kasih kamu apa gitu. katanya kamu kaya orang ngidam tadi malam. Jadi ya Kakak bukain pintunya."

"Hah? Eh lo bawain apaan emang Li?"

"Ini aku bawain martabak yang tadi malam kamu idamin. Lagian mamang martabaknya malam gitu jam 12 mah udah tutup lah. Ini baru buka jam 9, aku langsung aja datengin mamangnya. Kasihan kamu nanti ngiler. Kan kasihan Bi Suri yang bersihin. Eh."

"Eh, maaf Li. Lo ga bilang si, bilang kek dari tadi. "

"Lah pintu pager aja dikunci. Masa aku teriak-teriak."

"Kaya yang biasanya nggak aja. Udah ah aku-kamu annya. Takut gue. Lu lagi kesambet, ya?"

"Nih, martabaknya. Ada dua. Yang satu spesial buat Mas Fahmi. Hehe. Nih."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang