[4] Kamu

18 0 0
                                    

Sepertinya, kamu mulai berhasil menghidupkan hatiku yang sempat mati. Kamu hampir berhasil menyegarkan bunga yang layu didalam jiwaku.
Tapi hanya hampir. Akankah benar benar terjadi?
-Dino




"Gimana kalo kita ketoko buku aja habis ini?" Ujar Marsya sambil mengunyah cemilannya.

"Boleh sekalian gue mau beli novel juga." Kesya tersenyum lalu memainkan ponselnya.

"Gua boleh ikut?" Marsya dan Kesya pun menoleh kearah suara itu berasal.

"Yee mau aja lo" Marsya mencibir lalu melempar potongan cemilannya ke arah orang itu.

"Lo kenal dia juga?" Kesya melirik Marsya dan dibalas anggukan.

"Iya kenal. Dino kan?" Dino tersenyum lalu duduk didepan mereka.

"Ngapain liatin saya begitu?" Seketika Kesya memutar bola matanya.

"Siapa juga yang liatin kamu. Dasar geer" Dino tertawa melihat wajah lucu Kesya.
Marsya yang memperhatikan bahasa mereka, terheran.
"Ngapain pake saya kamu? biasanya juga pake elo gue end."

"Sewot lu nenek sihir." Dino menyentil dahi Marsya yang langsung dibalas tatapan tajam dari Marsya.

"Sakit peak." Marsya mendengus kesal sembari mengusap-usap dahinya.

Kesya hanya diam memperhatikan tingkah kedua temannya itu.
"Dia ini satu sekolah sama gue dulunya pas SMA Kes. Orangnya nyebelin."

Dino menaikkan alisnya lalu menunjuk dirinya sendiri.
"Me?"

"Iya lo lah." Marsya mencibir.

"Ah iya iya. Lo bener sya, dia emang nyebelin."

Dino kembali menunjuk dirinya sendiri.
"Mee??"

Kesya terkekeh lalu mengangguk. Dino menghela nafasnya lalu membuka bukunya. Ketika Kesya sedang memakan cemilannya, handphonenya pun berbunyi, Kesya langsung melihatnya dan mengangkat telfonnya.

"Iyaaa."

"Gak lg ngapa"in kok. lagi makan cemilan aja ditaman belakang"

Dino pun diam-diam memperhatikan gadis didepannya itu.

"Iyaaa... bawel."

Jangan jangan dia udah ada pacar lagi.
Dino menggelengkan kepalanya lalu mengusap wajahnya.

"Iyaa. Jangan telat makan juga. Iyaa loh. Huum. Iya nanti aku telfon lagii.. iya marvel bawel."

Ohh jadi nama pacarnya Marvel.

"Dadahhh." Kesya pun mematikan sambungan telfonnya lalu kembali memakan cemilannya.

Dino pun berusaha tidak peduli. Lagipula mengapa dia harus penasaran.
"Gak penting banget"

"Apanya?" Dino pun menoleh dan mendapati Kesya sedang melihatnya.

"Hah? Apanya?"

"Ya apanya yang gak penting?"

"Gak gak hehe." Dino menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Gue cabut dulu ya. Gue mau ke ruang dosen dulu. Ada urusan." Marsya pun berdiri dan meninggalkan Kesya dan Dino berdua.

Mereka berdua pun larut dalam keheningan. Dino tersadar mengapa sangat sulit sekali mencari topik saat ini. Biasanya otaknya selalu menyimpan ide ide lucu, namun untuk pertama kalinya ia seperti kehabisan ide untuk dijadikan bahan obrolan.

"Hmm.. besok kita gak ada jadwal kuliah kan? Gimana kalo kita jalan?"

Yes akhirnya dapet topik.

"Kemana?" Kesya menjawab tanpa melihat Dino sedikitpun.

"Kehati gue. Siapa tau lo betah."

Kesya terkekeh. "Gue lagi males main kehati orang. Pas gue udah betah, eh malah diusir gitu aja. Padahal dia yang ngajak dan bikin gue betah disitu." Kemudian Kesya tersenyum dan melanjutkan perkataannya. "Gak sopan kan?"

"Haha iya. Tamu itu raja kan? Ya mungkin ada tamu yang lain yang pengen dateng ke hatinya. Terkadang kita harus mengalah kan? Dikerajaan aja Rajanya ganti ganti."

"Iya. Apalagi dihati ya haha."

Dino tersenyum. "Dan harusnya kalo dia ngajak bertamu baik baik, keluar pun harus baik baik. Pilihannya cuma dua, keluar sendiri atau diusir."

"Makanya gue mau nabung dulu buat beli amplop buat bertamu ke hati lo."

Dino menautkan alisnya.
"Kenapa amplop?"

"Buat diisi kenangan pas di hati lo."
Kesya tertawa hambar.

"Ini kita ngapain ngomongin beginian?"
Dino merasa tidak nyaman dengan arah pembicaraan ini. Menurutnya ini sangat canggung.

"Gue kebawa perasaan. Sorry din. hehe."

"Keinget masa lalu?"

Kesya hanya diam. Dino pun mengangguk tanda ia mengerti.

"Sorry sorry bukan maksud gue begitu. Gue cuma kehabisan topik Kes. Gua gak.."

"Santai ajaa lagiiiii" Kesya tersenyum menampilkan lesung pipinya yang samar samar. "Gue biasa aja kok. Gue gak lebay kayak cewek diluar sana yang kalo keinget masa lalu langsung murung nangis gamau makan. Idihh"

Dino tertawa. "Bagusdeh."
Mereka pun kembali larut dalam keheningan.

"Makan yuk?"
Kesya menoleh dan menatap Dino lalu tersenyum memohon.

"Yuk yuk, laper abis bahas masa lalu?" Dino tertawa lalu berdiri.
Kesya mengangkat tangannya meminta bantuan untuk berdiri. Dino pun memegang tangan Kesya lalu menariknya untuk berdiri.

"Mending laper. Daripada baper?"
Mereka berdua pun tertawa lalu pergi meninggalkan area kampus.



"Nih pake helmnya."
Kesya mengambil helm yang diberi Dino lalu memakainya.

"Naik motor gue ada peraturannya Kes."

Kesya menghela nafas. "What?"

"Pertama gak boleh ngeluh kalo gua bawanya pelan atau ngebut. Kedua, kalo naik motor sama gue harus pegangan. Terserah dimana. Di ban, di bahu. Peluk juga boleh."

"Yeee itu mah sekalian modus."
Dino tertawa melihat Kesya mengembungkan pipinya.

"Deal gak?"

"Siapa takut."

"Yaudah ayo naik."

Kesya pun naik lalu memegang bahu Dino.

"Siap?" Dino menoleh dan menatap Kesya.

"Siapp.. gak usah liatin guee." Kesya mendorong wajah Dino kedepan.
Dino terkekeh dan melajukan motornya.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang