1.2 Penderitaan

31 13 23
                                    

Back to Bam's POV

Bel pergantian pelajaran pun berdering.

"Guys, katanya bu Nany gak bakal masuk kan?"

"Mantap, kantin kuy!"

"Kuy kuy kuy!!"

"Gue ke wc dulu, ntar nyusul."

***

Saat aku buang air kecil, terdengar suara lelaki menggeram dari bilik wc.

"Ah gak penting,"

"Eh tapi penasaran,"

Aku masuk ke bilik sebelahnya dan ku dengar ucapan-ucapan dengan kata-kata yang sulit dipahami. Tetapi itu terdengar seperti bahasa Belanda.

Tiba-tiba lelaki itu keluar dari biliknya, aku pun panik dan aku pun terpeleser hingga jatuh sampai pintu terbuka.

Tubuhku menabrak lelaki tersebut, dan sebuah buku layak diary book berwarna hitam—kusam jatuh di depan muka ku dalam keadaan terbuka.

Segera dia mengambil itu. Lalu dia menatapku dengan tatapan yang seram—panik.

Aku teringat sesuatu, bahwa lelaki tersebut adalah anak yang kemarin di kantin, anak yang kesurupan.

Segera aku menyusul teman-temanku ke kantin.

"Bam lo gapapa?"

"Lo keliatan bingung, basah juga baju lo,"

"Abis ngapain lu Bam, jangan-jangan..."

"Makanya jangan kelamaan jomblo, jadi gini kan akhirnya, hahaha..."

Aku hanya diam dan melihat sekeliling meja mencari lelaki tadi.

Aku terbayangkan isi buku tadi yang sekilas terlihat olehku, seperti sebuah buku setan di film-film biasanya. Didukung pula isi tulisan tersebut berwarna merah.

Apa bener dia turunan setan?

* * *

"Sialan, apa-apaan ini!"

Aku terbangun di sebuah garasi gelap yang cukup besar dan aku menyadari bahwa aku terikat pada sebuah tiang yang di kelilingi oleh lilin-lilin kecil membentuk pentagram.

Aku mencoba untuk melepaskan tali, namun ikatannya sangat kuat. Aku terdiam sejenak hingga seseorang lelaki berjubah hitam membawa sebuah lilin merah dan sebuah buku kecil hitam datang menghampiriku.

"Siapa kau! Lepaskan aku dari sini!"

Lelaki itu tetap meneruskan bacaan-bacaan yang membuat telingaku sakit juga membuat tubuhku kepanasan.

Sekuat tenaga aku berontak, tetapi lelaki itu menghiraukanku.

Lelaki itu pun membuka penutup kepalanya hingga terlihat wajahnya, ternyata dia lelaki yang sering menyendiri di kantin

"Heh lo anak baru! Lo apa apaan ini? Lepasin gak!!"

Dia mengambil sebuah pisau kecil dan menaruhnya di leherku, dia memaikan pisau itu di leherku. Pisau yang mengarah horizontal digesekan pada leherku dengan perlahan.

"Argh..."

--mohon kritik dan saran✔--
Terimakasih sudah menyempatkan untuk membaca, lanjutkan!:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Bro Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang