Sekolah

5 0 0
                                    

Brukk

Sepatu hitam mendarat di tanah yang dilapiskan aspal. Lelaki itu berdiri tegap setelah melompati pagar yang menjulang tinggi.

"Shit, pegel gue." ucapnya. lalu ia menyeka keringat yang membasahi nya.

Ia berjalan dengan santai memasuki sebuah gedung bertingkat 2 dengan sebelah tangan yang di masukkan ke dalam saku.

"Ilalang tungguin gue.." ucap seorang cowok yang tak lain Rangga.

Yang di panggil bukan nya berhenti malah tetap melanjutkan jalannya.

"LANG." teriak nya.

"...."

"GALANG." teriaknya lebih kenceng.

Galang hanya menengok lalu menaikan sebelah alis nya seperti bertanya 'apa' tapi tidak lama lagi dia kembali menengok ke depan dan berjalan menuju kelas nya.

"Galang oy.. tungguin gue.." teriak nya lagi yang di hiraukan Galang.

"Temen vangsat." gumam nya yang masih bisa di dengar sama Galang dan membuat langkah nya berhenti.

Rangga yang merasa di perhatikan menegakan kepalanya yang tadi menunduk.

"Hehehe.." Rangga cuman cengengesan yang di tatap tajam sama Galang.

"Bilang apa lo tadi coba gue pengen denger sekali lagi?"

"Mang. gue ngomong apa?"

"Gue sumpahin lo budek beneran."
Ucap Galang yang ngebuat Rangga bergidik ngeri.

"Lo Nyumpahin gue!"

"iyadah semerdeka lo ajah. Orteng mah ngalah,"

Setelah mengucapkan kata itu Galang melanjutkan perjalanan menuju kelasnya yang tadi sempet tertunda.

"WOY! Tungguin gue." ucapnya berlari menyamai langlah Galang.

"Lang, ngemeng ngemeng orteng naon?"

"Orteng?"

"Yoi"

"Lo kaga tau?"

"Kaga lah lo ajah belum ngasih tau gue."

"oh iya ya. gue lupa."

"Trs apa?"

"Apa apanya?"

"Orteng?"

"Orteng?"

Wajah rangga yg tadinya penasaran jadi datar seketika saat mendengar ucapan Galang tadi.

"Hehe iya iya gak usah liatin gue gitu juga kali," ucap galang.

"Orteng itu....ORANG GANTENG." teriaknya yang langsung berlari.

"SUEE LO! WOY TUNGGUIN." teriak rangga.


*****


Gue sudah berdiri di depan pintu yang bertuliskan IPA1. Meninggalkan Rangga yang ngedumel di belakang gue. tiga langkah gue maju, gue akan berada di dalam kelas. Saat ingin melangkahkan kaki langkah gue terhenti karna ada suara yang gak asing bagi gue.

"Lo bukan nya nungguin gue malah ninggalin. Capek nih gue." ucap Rangga terengah karna berlari mengejar gue.

Udah tau gue lagi badmood dia malah tambah bikin down lagi. Rasanya pengen gue tendang nih bocah.

"Ga. bisa diem nggak?"

"mati donk gue."

"Lebih bagus tuh!"

KONGKAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang