02. Malam Petaka

76.2K 3.6K 34
                                    

Sedari tadi, Gerald terus memeluknya begitu erat, tak sedikit pun berniat melepaskan tangannya dari pinggang Vanya. "Kamu tahu, malam ini rasanya aku ingin mengubur semua laki-laki yang berada di sini."

"Kenapa?"

"Karena mata mereka terus melirikmu. Kamu sangat cantik, Sayang." Semburat merah keluar di kedua pipi Vanya. Hanya kata sederhana, namun mampu membuatnya tersipu malu. Itulah yang disukai Gerald. Vanya terlalu polos. Bahkan, dia ingat pertama kali mencium bibir Vanya. Gadis itu hanya diam saja, tidak mengerti. Jika dipikir-pikir, entah ada angin apa dia bisa mendapatkan hati gadis cantik ini. Walau dia sendiri tidak bisa menampik kenyataan bahwa mendapatkan Vanya tidak semudah ketika dia mendapatkan sepuluh gadis cantik yang biasa dia temui. Dia harus rela merubah kebiasaan buruknya, berkali-kali terus berusaha meyakinkan dan menunjukan keseriusannya. Hingga saat itu dia sendiri mengungkapkan perasaannya di tengah-tengah lapangan, disaksikan beberapa guru dan juga siswa-siswa yang memang berada tidak jauh dari sana. Perkara malu tidaknya, Gerald merasa biasa saja. Toh, bukan masalah jika pada akhirnya dia bisa mendapatkan Vanya.

Gerald menarik Vanya ke hadapannya. Melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping kekasihnya. Tanpa basa-basi lagi dia mencium Vanya di depan teman-temannya.

"Wuuuuhhhh!!!" Suara riuh dan tepuk tangan membuat Vanya enggan menoleh ke belakang. Alhasil, gadis itu menenggelamkan wajahnya ke dada kekasihnya.

"Kamu kok malah nyium aku," ujarnya sambil memukul dada Gerald.

"Kamu pacarku. Masa iya nyium cewek lain."

"Maksudku, enggak harus di depan mereka juga."

"Gak pa-pa. Mereka juga ngerti. Lihat!semua baik-baik saja, kan?" Vanya menatap sekelilingnya. Benar. Semua baik-baik saja. Teman-teman mereka pun kembali pada aktifitas masing-masing. Di antara beberapa orang yang tengah duduk, ada satu orang yang menunjukan wajah kentara tidak sukanya. Dia tidak menyukai kejadian tadi. Dan dia tidak menyukai pemandangan ini.

Gerald mengeluarkan ponselnya. Diam-diam ia mengetikan sebuah pesan yang dia kirimkan kepada seseorang. Tak berapa lama, seseorang itu muncul dengan segelas minuman berwarna keemasan.

"Gak asik diem mulu. Nih." Orang itu menyodorkan gelas tersebut ke arah Gerald dan diterima dengan senang hati.

"Cobain deh."

"Ini minuman apa?"

Vanya mencium aroma minuman itu dan mengernyit tidak suka.

"Anggap aja soda."

Gerald meminumkannya sedikit memaksa. Mau tak mau, Vanya membuka mulutnya dan mencicipi minuman itu untuk pertama kalinya.

"Pait." Ia menjauhkan tangan Gerald dari hadapannya. Rasa panas membakar tenggorokannya hingga dada. "Sayang. Kalau kamu minumnya sedikit-sedikit begitu, jelas rasanya bakalan pahit. Coba deh sekali tenggak. Lihat aku!" Gerald memberi contoh kepada Vanya dengan meminum cairan itu dalam sekali tenggak. Dengan mengangkat satu jarinya, seseorang datang membawa sebotol beer untuknya.

"Aku gak mau, Gerald."

"Aku jamin, kamu gak bakalan mabuk hanya minum beberapa gelas saja."

"Mata kamu memerah. Kamu mabuk."

"Vanya, ini hanya pengaruh alkohol." Merasa kalau dia butuh bantuan Jessica, Gerald pun pergi untuk mencari gadis itu.

"Lakukan dan pastikan berhasil."

Jessica menghela nafas dan memutar bola matanya. Begini nih cowok sok berubah jadi baik demi mendapatkan hati seorang perempuan yang dicintai. Akhirnya malah jadi merepotkan saja. Jessica yang memang sudah berjanji untuk membantunya sejak awal pun mau tak mau menurut dan pergi menemui Vanya dengan minuman berwarna bening di gelasnya.

"Mau minum?" tawar Jessica. Vanya sempat menatap selidik gelas yang disodorkan sahabatnya. Saat melihat bahwa isinya berbeda warna, aroma yang menguar pun tidak sama dengan minuman yang Gerald berikan, ia mengambilnya. "Ini apa?" tanyanya.

"Itu anggur putih dari Perancis. Lebih enak dari pada beer."

Benar. Rasa minuman ini jauh lebih enak dibandingkan segelas minuman tadi. Meski ada rasa pahit sedikit, minuman ini tidak membuat panas tenggorokannya. "Lagi?" Vanya mengangguk dan memberikan gelasnya. "Tunggu! Biar aku ambilkan."

Vanya menatap punggung Jessica yang menjauh. Gerald kembali menemuinya. "Nih. Aku bawain yang beda dari sebelumnya." Gelas kaca itu berwarna sama seperti minuman yang tadi Jessica berikan kepadanya. Vanya yang berpikir bahwa minuman itu sama, lantas mengambilnya dan meminumnya dalam sekali tenggak. Entah karena efek teman-temannya yang terus meneriakinya dan juga menyebutnya manja karena tidak mau minum bersama, seketika adrenalin di dalam dirinya muncul. Gelas demi gelas yang disodorkan oleh beberapa orang itu dia ambil dan dia minum begitu saja.

"Stop!! Vanya, berhenti." Gerald merebut gelas yang masih berada di tangan Vanya secara paksa. Gadis itu marah hingga mendorongnya. Namun, itu justru membuat Gerald senang. Dengan cepat dia memapah Vanya pergi menuju sebuah tempat yang tentunya aman untuk mereka berdua.

Gerald menekan tombol pembuka kunci mobilnya. Saat alarm mobil menyala, cepat-cepat dia memasukan Vanya ke dalam kursi samping kiri kemudi. Tak lupa, dia juga memasang sabuk pengaman pada tubuh kekasihnya. Sebelum dia menjalankan mobilnya, Gerald menyempatkan diri untuk memandangi wajah Vanya dari tempatnya.

Selama di perjalanan, dia terus mendengar ceracauan tidak jelas dari mulut kekasihnya. Berkali-kali Vanya mengatakan bahwa kepalanya sakit. Gerald pun lantas membantu memijat kepalanya dengan tangan kirinya.

"Sebentar lagi kita sampai."

Vanya sendiri sudah tidak bisa merespon apa yang dikatakan oleh Gerald. Ia enggan membuka mata. Kepalanya terasa berputar-putar. Perutnya juga merasa mual.

Sampai mobil itu berhenti, Gerald dengan sigap turun dan membopong tubuh Vanya memasuki salah satu kamar hotel yang sudah sengaja dipesankan seseorang.

Dia langsung membawa Vanya ke dalam sebuah kamar. Satu-satunya kamar yang ada. Vanya terbaring dengan mata tertutup. Seberkas senyum penuh kemenangan terbit di bibirnya.

"Maafkan aku, sayang. Mungkin malam ini aku akan menyakitimu. Setelah ini, kamu tidak akan pernah bisa lepas lagi."

Unwanted Wedding (Part Sudah Tidak Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang