Bertemu

76 6 0
                                    

Suara langkah kaki yang terlihat ringan perlahan mendekati sosok yang meringkuk tidur di lantai. Kedua mata gadis itu perlahan terbuka karena menyadari ada seseorang yang menghampiri dirinya. Gadis itu melihat sosok yang sangat mirip dengannya tapi postur tingginya tidak sama dengannya dan warna kulitnya sedikit cerah. Rambutnya tergerai begitu saja kini sedang tersenyum pada gadis itu.

"Hai," sapanya sambil tersenyum. Sebuah senyum tanpa kepalsuan seolah memang dia tersenyum tulus ke arah sang gadis.

"Kau...siapa? Kenapa kau mirip denganku? Hanya saja kau, terlihat lebih cantik daripadaku." ucap sang gadis yang kini sudah bangun dari tidurnya.

"Hihihi...apa aku terlihat cantik yah, perasaan dari dulu wajah kita seperti inikan,"

"Kita?" wanita itu mengangguk mantap.

"Iya, aku adalah kau dan kau adalah aku."

"Tidak mungkin, aku yakin aku pasti sedang bermimpi." sang gadis mencubit dirinya lalu merasakan tubuhnya tidak sakit sama sekali.

"Ini memang mimpi, tapi aku ingin menyampaikan sesuatu padamu sebelum kau kembali terbangun."

"Apa yang ingin kau bicarakan padaku?"

"Keluarlah dari tempat gelap ini, sayang. Lihatlah dunia dengan usaha dan kekuatanmu sendiri."

"Aku tidak bisa keluar, aku nyaman berada disini. Tidak ada yang menyakitiku, tidak ada yang memanfaatkanku, aku cocok berada disini."

"Kau bohong."

"Aku tidak bohong! Aku suka disini!" seru sang gadis.

"Apa kau tidak ingin melihat indahnya dunia, dan kebahagian yang sebenarnya?"

"Dunia ini kejam! Aku membencinya! Aku juga membenci diriku sendiri! Bahagia apanya, tidak ada yang namanya kebahagiaan sebenarnya semuanya omong kosong."

"Itu hanya pola pikirmu saja, kau suka terus-terusan begini. Sebenarnya, banyak yang memperhatikan kita tapi mereka engan dengan kita karena sifat kita yang tertutup."

"Bohong! Jangan menghasutku!" tangan sang gadis terangkat menunjuk sang wanita yang mirip dengannya.

"Kau bukan aku! Siapa kau? Kau itu tau apa tentang hidupku? Tidak ada orang yang memahami keadaanku sekarang ini. Jadi, jangan sok menasehatiku!" seru sang gadis.

Wanita di depannya sempat terkejut lalu senyumannya kembali mengembang dan memgang tangan sang gadis yang menujuk ke arahnya.

"Apa yang kita lihat, kita alami semuanya sebenarnya tergantung pada kita dan pola pikir kita. Hidupku saja berubah setelah aku merubah pola pikirku."

"Apa maksudmu? Lepaskan aku! Tidak ada yang seperti itu!" seru sang gadis.

"Itu menurutmu, kelihatannya kanvas kehidupanmu sepenuhnya selalu hitam yah."

"Kanvas kehidupan?"

"Iya, setiap orang yang hidup memiliki kanvas kehidupan. Dan yang kulihat kanvasmu kau selalu memberinya cat hitam."

"Bukan aku yang melakukannya! Mereka yang memanfaatkanku, mengejekku, mengolokku, keadaan orangtuaku yang sering bertengkar, yang sering memarahiku bahkan memukulku, melarangku ini itu, berpura-pura memberikan kebebasan padahal tidak. Mereka semua yang melemparkan semua warna cat hitam itu!"

Wanita itu memegang tangan gadis itu dengan lembut, "Menurutmu begitu?"

"Jadi mau gimana lagi, memang itulah yang terjadi, dan masih banyak lagi yang memberiku cat hitam pekat."

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang