4.Benci

59 6 0
                                    

Gadis itu meruntuki dirinya sendiri. Rasa kebencian itu perlahan-lahan semakin menyesakan saja. Kenapa? Kenapa kau malah membenci dirimu sendiri.

Apa yang kau lihat, apa yang kau rasakan semua berubah menjadi kebencian. Kau merasa seolah dunia ini sedang mencacimu, menghinamu, mengucilkan dirimu.

Sang gadis meremas kertas yang ada di gengamannya dan tanpa sadar dia merobek kertas itu dan mulai menangis.

"Aku bodoh mempercayai orang-orang seperti itu."

"Kenapa aku mudah sekali mempercayai mereka. Kenapa."

.

.

.

Tik...

Setetes air mata mengalir dengan mulusnya di pipinya kemudian mengenai tangannya yang sedang menutupi wajahnya.

"Tenang saja, kami akan urus itu kau tinggal mengerjakan apa yang kami suru."

"Ibu guru, dia yang gak bantuin kami mengerjakan tugas kelompok." sambil menunjuk sang gadis.

"BOHONG! ITU BOHONG!"

"Kami juga jadi saksi kalau dia malas mengerjakan tugas."

"Tidak! Aku yang mengerjakan itu semua! Mereka yang bohong!"

"Kamu jangan berbohong pada saya!" bentak sang guru.

.

.

.

.

Tik....

Air mata kembali menetes. Sang gadis meremas dan menjambak rambutnya. Warna hitam pekat di kanvas kehidupan semakin gelap. Kenapa kau bisa jadi seperti ini?

"Aku benci diriku, benci! Benci!"

Itu hanya bagian kecil dari kejadian hidupmu. Masih banyak luka, dan suramnya kejadian hidupmu lebih buruk dari itu. Suara isak tangis sang gadis hanya mampu di tangkap oleh ruang berbentuk persegi yang merupakan kamarmu.

Hanya disini tempatmu mengadu, hanya disini tempatmu menangisi apa yang telah kamu alami.

"Dunia ini kejam, kejam, aku benci..."

"Aku benci semuah orang yang hanya pura-pura baik dan perhatian padaku..."

"Aku benci diriku sendiri..."

"Menjijikan..."

"Aku muak liat mereka...pembohong besar...sialan..."

"Aku..."

"...Sendirian..."

"Tidak ada satu pun yang memahami apa yang aku alami."

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang